KEHADIRAN MURID DAN MASALAH YANG
BERKAITAN DENGAN KEAKTIFAN
MAKALAH MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Peserta Didik
Dosen
Pengampu : M. Mustafid Hamdi, S.Pd.I, M.Pd
Oleh
:
Dewi
Martalia Kurniasari
Nofita
Diah Puspitasari
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan
membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.
Bapak M. Mustafid Hamdi, S.Pd.I, M.Pd yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman semester III.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Manajemen Peserta Didik. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran
guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam
makalah ini.
Krempyang, 18 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ..................................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan ................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Analisis
Kehadiran Peserta Didik Berdasarkan Masalah-masalah yang Berkaitan dengan
Keaktifan......................................................................2
B.
Pelaporan Peserta Didik.......................................................................... 5
C.
Keterampilan
Peserta Didik dalam Bidang Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Berkaitan dengan
Kemajuan dan Prestasi Belajar................................................... 6
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
............................................................................................ 12
B.
Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................................... 13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar merupakan aspek yang penting, dimana
kehadiran ini memiliki pengaruh yang besar karena jika peserta didik tidak
hadir di sekolah, tentu aktivitas belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan.
Kehadiran peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang memungkinkan
terjadinya interaksi belajar mengajar. Peserta didik yang hadir lebih
memungkinkan untuk lebih aktif dalam interaksi tersebut, berbeda dengan peserta
didik yang tidak hadir.
Keaktifan peserta
didik tentunya juga akan membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang akan
dicapai nantinya. Tidak hanya dalam hal persentase kehadiran, namun kehadiran
sendiri tentunya akan membawa dampak yang mana dalam hal ini berkaitan dengan
penilaian baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terlebih ditengah pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dimana dunia pendidikan
semakin mudah dan serba online, bahkan pemindahan ilmu pengetahuan tidak
lagi perlu bertatap muka. Berangkat dari hal ini seorang pendidik dituntut
untuk mampu menyelesaikan berbagai masalah terkait kehadiran, pelaporan, juga
hubungannya dengan kemajuan dan prestasi belajar peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut
1.
Bagaimana analisis
kehadiran peserta didik berdasarkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
keaktifan?
2.
Bagaimanakah pelaporan
kehadiran peserta didik?
3.
Bagaimana keterampilan
peserta didik dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik berkaitan dengan
kemajuan dan prestasi belajar?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dibahasnya makalah ini antara lain
1.
Mengetahui dan memahami
analisis kehadiran peserta didik berdasarkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan keaktifan.
2.
Mengetahui dan memahami
pelaporan kehadiran peserta didik.
3.
Mengetahui dan memahami
keterampilan peserta didik dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik
berkaitan dengan kemajuan dan prestasi belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Analisis Kehadiran Peserta Didik Berdasarkan Masalah-masalah
yang Berkaitan dengan Keaktifan
1.
Batasan Kehadiran dan
Ketidakhadiran Peserta Didik
Kehadiran peserta
didik di sekolah (school attandence) adalah kehadiran dan keikutsertaan
peserta didik secara fisik dan mental
terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan
ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik peserta didik terhadap
kegiatan-kegiatan sekolah. Pada jam efektif sekolah seorang peserta didik
memang harus berada di sekolah, jika tidak, maka harus dapat memberikan
keterangan yang diketahui orang tua atau walinya. Pengertian kehadiran seperti
yang dikemukakan di atas seringkali dipertanyakan, terutama pada saat teknologi
pendidikan dan pengajaran telah berkembang pesat seperti sekarang ini. Jika
aktivitas sekolah dapat dilakukan secara online melalui media televisi, apakah
kehadiran peserta didik secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak?
Jika pendidikan
atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian pengetahuan, sedangkan
para peserta didik dapat menyerap pesan-pesan pendidikan melalui layar kaca di
rumah, ketidakhadiran peserta didik di sekolah secara fisik mungkin tidak
menjadi persoalan. Sebaliknya, jika pendidikan bukan sekedar penyerapan ilmu
pengetahuan, melainkan lebih jauh membutuhkan keterlibatan aktif secara fisik
dan mental dalam prosesnya, maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap
penting apapun alasannya, dan bagaimanapun teknologi yang dipergunakan.
Pendidikan telah lama dipandang sebagai suatu aktivitas yang harus melibatkan
peserta didik secara aktif, dan tidak sekedar penyampaian pengetahuan belaka.
Ada
beberapa jenis ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama, ktidakhadiran
tanpa memberi ijin atau membolos (truency). Kedua, ketidakhadiran
beberapa jam pelajaran karena terlambat (tardiness). Ketiga,
ketidakhadiran (permission). Dan ada pula peserta didik yang sebelum jam
sekolah berakhir sudah meninggalkan sekolah. Terhadap peserta didik yang
membolos, sekolah dapat memberikan peringatan lisan, kemudian peringatan
tertulis dalam bentuk surat pemberitahuan kepada orang tua, hal ini penting
agar orang tua memperhatikan kehadiran anak di sekolah. Terhadap peserta didik
yang terlambat, jika peserta didik sudah terlalu sering terlambat, perlu adanya
kontrak antara guru dengan peserta didik mengenai sanksi atas keterlambatannya,
dapat juga dengan surat pemberitahuan kepada orang tua agar orang tua dapat
ikut memperhatikan ketepatan waktu sekolah anaknya. Hal yang sama juga perlu
diberlakukan kepada peserta didik yang kedapatan meninggalkan sekolah sebelum
waktunya guna menciptakan ketertiban dan kelencaran pendidikan di sekolah.
2.
Sebab-sebab Ketidakhadiran
Peserta Didik
Ada banyak sumber
penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama, ketidakhadiran yang
bersumber dari keluarga. Ada kalanya suatu keluarga mendukung kehadiran peserta
didik di sekolah, dan ada kalanya tidak. Pemecahan atas ketidakhadiran peserta
didik yang bersumber dari keluarga demikian, tentu lebih ditujukan pada langkah
kuratif bagi kehidupan keluarga. Diantara penyebab ketidakhadiran peserta didik
karena faktor keluarga yaitu
a.
Kedua orang tua yang
bekerja, sehingga pengawasan peserta didik menjadi kurang.
b.
Kedua orang tua yang
bekerja, sehingga peserta didik harus berada di rumah.
c.
Adanya masalah dalam
keluarga yang mempengaruhi jiwa peserta didik.
d.
Adanya kegiatan darurat
ataupun musibah sehingga tidak memungkinkan untuk hadir di sekolah.
e.
Jarak rumah dengan sekolah
yang jauh sehingga peserta didik malas hadir di sekolah.
f.
Fasilitas maupun sarana
prasarana yang dimiliki peserta didik tidak memadai.
Kedua,
ketidakhadiran yang disebabkan oleh peserta didik itu sendiri. Hal ini sering
terjadi terutma pada peserta didik yang berjiwa labil serta kurang pengawasan
orang tua. Adapun penyebab ketidakhadiran tersebut diantaranya
a.
Lupa tidak bersekolah.
b.
Moralnya tidak baik.
c.
Terjadi perkelahian antar
peserta didik.
d.
Sakit yang tidak diketahhui
kapan sembuhnya.
e.
Anggota kelompok peserta
didik yang suka membolos.
f.
Prestasinya lemah.
Ketiga,
ketidakhadiran yang bersumber dari sekolah. Sekolah juga dipersepsi oleh
peserta didik tidak mengakomodasi keinginan mereka. Oleh karena itu
ketidakhadiran mereka di sekolah, dapat juga bersumber dari lingkungan sekolah.
Adapun penyebab ketidakhadiran tersebut diantaranya
a.
Lokasi sekolah tidak
menyenangkan.
b.
Program sekolah tidak
efektif atau tidak menarik.
c.
Terlalu sedikit peserta
didik yang masuk.
d.
Biaya sekolah terlalu
mahal.
e.
Fasilitas sekolah yang
kurang.
f.
Bimbingan guru yang kurang.
g.
Suasana sekolah yang tidak
kondusif.
Keempat, ketidakhadiran yang
bersumber dari masyarakat, penyebab dari ketidakhadiran ini diantaranya
a.
Terjadi ledakan penduduk
sehingga sumber daya yang ada tidak memungkinkan dipergunakan untuk hadir di
sekolah.
b.
Situasi di masyarakat yang
tidak kondusif.
c.
Kemacetan lalu lintas.
d.
Adanya pemogokan massal.
3.
Pendekatan Peningkatan
Kehadiran Peserta Didik
Usaha-usaha yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah adalah
dengan melihat kasus per kasus, sebab antara peserta didik satu dengan peserta
didik lainnya mempunyai masalah-masalah yang berbeda. Upaya tersebut dapat
dilakukan menyesuaikan sumber-sumber ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Perbaikan
lingkungan rumah atau keluarga, usaha yang dapat dilakukan berkaitan dengan
perbaikan lingkungan rumah dalam rangka meningkatkan kehadiran peserta didik di
sekolah antara lain
a.
Mengantarkan peserta didik
tepat pada waktunya atau lebih awal.
b.
Sekolah mengakomodasi alat
transportasi menuju sekolah dengan baik.
c.
Penataan waktu tidur anak oleh
orang tua.
d.
Mengupayakan agar anak
memahami aturan dan tata tertib sekolah.
Perbaikan kondisi sekolah dapat
diusahakan dengan usaha sebagai berikut
a.
Menggunakan tata tertib
sekolah sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan kehadiran peserta
didik.
b.
Memberikan pengertian
kepada peserta didik tentang pentingnya kehadiran di sekolah.
c.
Menjadikan kehadiran
peserta didik sebagai prasayarat mengikuti ujian, atau sebagai bagian dari
perhitungan nilai ujian.
d.
Memperbaiki kondisi sekolah
agar peserta didik tertarik pada lingkungan sekolah.
e.
Melibatkan guru secara
efektif dalam upaya peningkatan kehaddiran peserta didik.
f.
Selalu mempresensi siswa
dalam tiap pergantian jam pelajaran.
Perbaikan terhadap
peserta didik sendiri penting karena yang menentukan hadir tidaknya peserta
didik adalah mereka sendiri. Usaha yang dapat dilakukan adalah secara
preventif, kuratif, dan preservatif. Yang melakukan tentu saja sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Sebab jika ketiga wahana ini sama-sama berusaha
dengan bahasa dan gerak langkah yang sama, maka kehadiran peserta didik di
sekolah dapat ditingkatkan. Dan menekan angka ketidakhadiran.
Pengawasan
terhadap peserta didik yang dilakukan secara bersama-sama ini akan menjadikan
peserta didik yang ingin tidak hadir ke sekolah menjadi tidak berkutik.
Kemanapun dia akan membolos tetap akan diketahui baik oleh pihak sekolah, orang
tua, maupun wali.
Perbaikan terhadap kondisi masyarakat dapat
dilakukan manakala ada kerjasama yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
Jika sekolah tersebut didirikan untuk masyarakat, maka semestinya masyarakat
mendukung terhadap keberlangsungan sekolah. Peserta didik tidak diperbolehkan
memasuki tempat-tempat hiburan pada saat jam sekolah sedang berlangsung. Hal
itu sebagai salah satu manifestasi dukungan yang patut dikembangkan. Demikian
juga meminta keterangan pada peserta didik yang kedapatan berjalan-jalan di
luar sekolah pada jam pelajarana dapat dilakukan oleh masyarakat karena hal
tersebut dapat mendukung kehadiran peserta didik di sekolah.[1]
B. Pelaporan Peserta Didik
Proses pendidikan akan berjalan dengan baik
apabila interaksi antara guru dengan peserta didik berada dalam suasana yang
mendukung. Pelaporan yang merupakan salah satu upaya pengelolaan kelas adalah
upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas terkait kehadiran peserta didik yang menunjang
program pengajaran dengan jalan memotivasi siswa agar selalu berperan aktif
dalam pendidikan di sekolah, dalam kegiatan ini guru harus dapat memotivasi dan
mengendalikan kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada umumnya sekolah
harus dapat mengendalikan kehadiran siswa tersebut, menerapkan atau menggunakan
sistem absensi pada setiap siswa. Pengabsenan itu biasanya dilakukan setiap
hari belajar, yaitu pada waktu jam pelajaran dimulai, dan sewaktu pelajaran diakhiri.
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk
melakukan pencatatan kehadiran siswa tersebut antara lain: 1) Papan absensi
harian siswa perkelas diletakkan pada masing-masing kelas dan diisi oleh guru
kelas (wali kelas) atau badan pengurusan kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa
dan guru akan dapat mengetahui siapa saja yang tidak hadir pada hari yang
dimaksud. 2) Buku absensi harian peserta didik, buku ini dimiliki oleh semua
guru, yang digunakan untuk mengabsensi kehadiran peserta didik setiap hari.
Data yang ada pada absensi harian akan digunakan oleh guru untuk bahan
pertimbangan laporan kemajuan belajar siswa. Data absensi peserta didik ini
sangat diperlukan oleh kepala sekolah maupun dinas pendidikan setempat untuk
tujuan peningkatan pembinaan pendidikan. Disamping peralatan di atas juga perlu
dilakukan kegiatan pencatatan peserta didik di kelas. Pencatatan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar peserta didik di kelas, grafik prestasi
belajar, dan daftar kegiatan peserta didik. Adapun format buku presensi
peserta didik adalah seagai berikut
C. Keterampilan Peserta Didik dalam Bidang Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik Berkaitan dengan Kemajuan dan Prestasi Belajar
1. Pengertian dan Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar siswa adalah
hasil yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan/dikerjakan.[2] Sejalan dengan pendapat itu Sunarya menyatakan
prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang merupakan ukuran keberhasilan
siswa. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai siswa yang terlihat
dari pengetahuan, sikap, dan keahlian yang dimilikinya.
Setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang mempengaruhinya, baik yang
cenderung mendorong maupun menghambat. Demikian juga yang dialami dalam belajar.
Ahmadi menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,
diantaranya[3]
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis.
1) Faktor Fisiologis
(jasmaniah)
Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang
bersifat bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat
menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
atau tidak berbekas.
2) Faktor Psikologis
a) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa.
b) Sikap siswa.
c) Bakat siswa.
d) Minat siswa.
e) Motivasi siswa.
a) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa.
b) Sikap siswa.
c) Bakat siswa.
d) Minat siswa.
e) Motivasi siswa.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada prestasi
belajar siswa dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1) Faktor sosial, yang terdiri atas:
a)
Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang memberi pengaruh pada
seorang anak. Begitu pula dengan keberhasilan belajarnya pun siswa banyak
sekali dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Siswa yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan sekolah
Sekolah adalah tempat dimana
berlangsungnya proses belajar mengajar. Faktor sekolah yang mempengaruhi proses
belajar siswa antara lain: metode mengajar guru,hubungan siswa dengan guru,
hubungan siswa dengan siswa, keadaan gedung sekolah, sarana sekolah, metode
belajar, tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya.
c) Lingkungan masyarakat
Masyarakat terdiri atas sekelompok manusia yang menenpati daerah
tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa
kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama,
mempunyai kesadaran akan kesatuan tenpat tinggal dan bila perlu dapat bertindak
bersama.
Dengan ini sudah barang tentu masyarakat mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap belajar siswa. Karena dalam masyarakat siswa berinteraksi
dengan lingkungannya dan interaksi yang kurang tepat kerap kali terjadi
sehingga dapat menghambat siswa untuk belajar. Dan diantara pengaruh tersebut
adalah: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, mas media, bentuk
kehidupan masyarakat.
2) Faktor budaya
Faktor budaya yang termasuk mempengaruhi belajar adalah faktor
yang disalurkan melalui media massa baik elektronik maupun surat kabar yang ada
disekeliling kita. Begitu juga dengan adanya kemajuan teknologi saat ini yang
mana segala informasi dapat secara cepat diterima oleh kalangan manapun.
Melalui media diatas pengaruh budaya asing yang mana secara tidak langsung akan
lebih mudah mempengaruhi perilaku anak, serta mempengaruhi pula dalam kegiatan
belajarnya. Dengan banyaknya acara-acara yang ditayangkan ditelevisi maka
banyak pula anak-anak yang menjadi malas belajar karena disibukkan dengan acara-acara
yang ada di televisi, sehingga mengakibatkan semangat untuk meningkatkan
prestasi anak didik lebih menurun.
3) Faktor lingkungan fisik
Faktor lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak
jauh dari fisik individu itu sendiri. Faktor yang termasuk lingkungan fisik
ialah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar yang
terdapat dirumah sebagai sarana belajar siswa. Faktor inilah yang dipandang
turut menentukan keberhasilan siswa.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan
Lingkungan spiritual atau keagamaan yang berada ditempat tinggal
anak sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Masyarakat yang
beragama maka lingkungan sebagai tempat tinggal untuk hidup akan damal,
masyarakatnya karena tidak ada keributan, penuh dengan kerukunan dan saling
menghormati sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi anak yang sedang belajar.
Keadaan yang temtram dan aman penuh dengan nuansa keagamaan inilah dapat
memudahkan anak untuk berkonsentrasi dalam belajarnya.
5) Faktor sumber belajar
Sumber belajar dapat
berupa media atau alat bantu belajar serta bahan buku penunjang. Alat bantu
belajar adalah semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
belajar. Belajar akan lebih menarik, kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga
serta hasilnya lebih bermakna.
2. Jenis Prestasi Belajar
Pada dasarnya sasaran belajar merupakan konsep penting
dalam proses pembelajaran. Secara teoritis sasaran pembelajaran mencakup tiga
aspek yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Namun dalam
kenyataannya hal itu bukanlah suatu hal yang terpisah sama sekali. Maka dari
itu tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut secara
bersama dalam suatu unit pembelajaran. Bloom dalam Taksonomi Bloom-nya mengklasifikasikan
prestasi belajar dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.[4]
a. Ranah Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition
yang berarti mengetahui. Dalam perkembangannya istilah kognitif menjadi populer
sebagai suatu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah psikologis yang berpusat
di otak ini juga berhubungan dengan konasi dan afeksi.[5]
Prestasi belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu :
1) Pengetahuan, mencapai
kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
ingatan. Hubungan antara fakta dan konsep mata pelajaran. Hal ini dideteksi
melalui keberhasilan menjawab tes dalam aspek pemahaman. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
2) Pemahaman, mencakup
kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang telah dipelajari.
3) Penerapan, mencakup
kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan
baru, misalnya menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup
kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur
keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang lebih kecil.
5) Sintesis, mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan menyusun suatu program
kerja.
6) Evaluasi, mencakup
kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Prestasi belajar dalam ranah afektif terdiri dari lima
kategori dimana pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
1) Penerimaan (Receiving/Attending),
kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
2) Tanggapan (Responding),
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
3) Penghargaan (Valuing),
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena,
atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
4) Pengorganisasian (Organization),
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
5) Karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex), Memiliki
sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya-hidupnya.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.[6] Prestasi belajar dalam ranah psikomotorik terdiri dari
tujuh kategori yaitu:
1) Persepsi, yang mencakup
kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan
menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya pemilahan warna, angka
6 (enam) dan 9 (sembilan).
2) Kesiapan, yang mencakup
kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya posisi
start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing,
mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa,
mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan
lompat tinggi dengan tepat.
5) Gerakan kompleks, yang
mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak
tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan
secara tepat.
6) Penyesuaian pola
gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan
bertanding.
7) Kreativitas, mencakup
kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Analisis kehadiran
peserta didik mencakup beberapa masalah diantaranya batasan kehadiran peserta
didik, penyebab ketidakhadiran dari berbagai sumber, serta pendekatan untuk
meningkatkan kehadiran peserta didik.
2. Pelaporan
yang merupakan salah satu upaya pengelolaan kelas adalah upaya mengelola siswa
di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas terkait
kehadiran peserta didik yang menunjang program pengajaran dengan jalan
memotivasi siswa agar selalu berperan aktif dalam pendidikan di sekolah.
Pelaporan sendiri ditunjang dengan adanya papan absen dan buku absensi.
3. Prestasi
belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai siswa yang terlihat
dari pengetahuan, sikap, dan keahlian yang dimilikinya. Prestasi belajar sendiri dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Prestasi belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B. Saran
Kehadiran merupakan
aspek yang penting dalam menunjang proses pembelajaran dan akan mempengaruhi
prestasi belajar karena kehadiran sendiri terkait dengan kegiatan belajar di
sekolah. Atas dasar itu, seorang pendidik dan calon pendidik diharapkan mampu
memperhatikan hal ini, baik dari penyebab ketidak hadiran hingga upaya
meningkatkan kehadiran. Selain kehadiran banyak faktor lain yang dapat di
efektifkan guna memperbaiki prestasi belajar peserta didik baik faktor internal
maupun eksternal, juga pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotori, dimana
setiap peserta didik mempunyai perbedaan prestasi belajar masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2014. Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta)
Ali
Imron. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. (Jakarta: Bumi
Aksara)
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom,
diakses pada 20 Agustus 2016
Muhibbin
Syah. 2014. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar