MENEJEMEN KAS
MAKALAH
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan
Semester: IV
Dosen Pengampu : Niken Ristianah M.Pd.I.
Oleh :
APRILIANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
JAWA TIMUR
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi
Robbil’alamin, puji syukur
senantiasa kami panjatkan kehadirat Robbil
Samawati wal Ard yang senantiasa mencurahkan lipatan kasih sayang dalam
debaran nadi hingga yaumus Sa’ah.
Sholatullah
ma’a Salamuhu semoga
senantiasa mengalir ke haribaan Habibullah
nabi muhammad SAW. Dan menetes pula pada umatnya yang mengharapkan beliau
sebagai Sidjul Qolbi fi Dunya ila Yaumil
Qiyamah.
Selanjutnya
karya tulis sederhana ini mengharap agar karya sederhana ini dapat bermanfaat
khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk orang lain. Dengan
terselesaikannya tugas makalahyang berjudul Manajemen Kas yang merupakan tugas
semester IV dari mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan.
Dengan terselesainya makalah ini kami
berterimakasih kepada :
1.
Bpk. Burhanuddin, Lc. M. Ag. Selaku ketua STAIDA
2.
Ibu Niken Ristianah M.Pd.I. selaku dosen pengampu
3.
Semua pihak yang ikut andil dalam penyusunan karya ini
Semoga
magfiroh Allah SWT senantiasa memeluk mereka dimanapun berada. Amin.
Sebagai manusia
biasa tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan pada penyusunan karya ini,
maka penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi tersempurnakanya karya ini.
Krempyang,
07 Maret 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.
Pengertian Manajemen
Kas........................................................................ 2
B.
Perencanaan
Kas......................................................................................... 6
C.
Pengendalian
kas……...................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................ 8
A. Kesimpulan................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kas
merupakan bentuk aktiva yang paling liquid, yang bisa dipergunakan segera untuk
memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Karena sifat liquidnya tersebut, kas
memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di
bank dalam bentuk rekening giro, maka jasa giro yang diterima oleh perusahaan
presentasenya akan lebih rendah daripada kalau disimpan dalam bentuk deposito
berjangka (yang tidak setiap saat bisa digunakan). Karena itu masalah utama bagi
pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak (agar
keuntungan tidak berkurang terlalu besar) tetapi tidak terlalu sedikit
(sehingga akan mengganggu likuiditas perusahaan.
B.
Rumusan
Masalah
1.Bagaimana pengertian manajemen kas?
2.Bagaimana perencanaan kas?
3.Bagaimana pengendalian kas?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui pengertian manajemen kas.
2.
Mengetahui
perencanaan
kas.
3.
Mengetahui pengendalian kas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Tujuan Menejemen Kas
Kas merupakan suatu aktiva lancar
yang meliputi uang logam, uang kertas, dan pos-pos lain yang dapat digunakan
sebagai alat tukar dan mempunyai dasar pengukuran akutansi. Kas juga merupakan
harta yang paling lancar (aktiva yang paling liquid) bagi perusahaan. Disamping
paling liquid kas juga merupakan harta yang paling beresiko sehingga pengamanan
terhadap kas perlu dilakukan seketat mungkin, untuk menghindari kebocoran yang
akan merugikan perusahaan.[1]
Sedangkan manajemen kas sendiri
menurut Mike Williams (2004) mendefinisikan
manajemen kas pemerintah sebagai strategi dan proses-prosesnya untuk mengelola
secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada
dalam pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sector-sektor lain. Sementara
itu, Storkey (2001) mendefinisikan manajemen kas sebagai “memiliki uang yang
cukup pada tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk membayar
kewajiban-kewajiban pemerintah dalam cara yang efektif dan efisien. pengelolaan sumber daya kas suatu
organisasi memberikan alat kepada manajemen agar suatu organisasi berfungsi
dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya dengan cara
yang tepat. manajemen kas adalah strategi mengelola secara efektif dan efisien
arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam pemerintahan maupun
antara pemerintah dengan sector lain. Serta merupakan kumpulan kegiatan
perencanaan, perkiraan, pengumpulan, pengeluaran, dan investasi kas dari suatu
perusahaan agar dapat beroprasi dengan lancar.[2]
Jadi dapat kita menyimpulkan bahwa
manajemen kas adalah kegiatan mempertimbangkan resiko dana imbal hasil agar
terjadi keseimbangan antara memiliki terlalu banyak atau sedikit kas. Kas yang
cukup akan meningkatkan kemampuan perusahaan memenuhi segala pengeluaran yang
dibutuhkan. Kas yang cukup artinya cadangan kas dipelihara pada titik minimum
sehingga tidak terlalu banyak cash
yang idle (menganggur) dan justru dapat mendatangkan potensi keuntungan jika
diinvestasikan pada instrument investasi. Secara
khusus, Williams (2004) menyatakan tujuan-tujuan dari manajemen kas pemerintah
yang efisien adalah:
1. Menyimpan seminimal mungkin saldo
menganggur dalam sistem perbankan dan menekan seminimal mungkin biaya-biaya
yang terkait dengan penyimpanan saldo tersebut pada sistem perbankan.
2. Mengurangi risiko operasional, risiko
kredit dan risiko pasar yang terkait dengan kegiatan pemerintah dan pendanaan
kegiatan pemerintah.
3. Menambah fleksibilitas dalam cara
pemerintah menentukan kapan penerimaan kas pemerintah ditandingkan dengan
pengeluaran kas pemerintah.
4. Mendukung kebijakan-kebijakan keuangan
lainnya.
Berkaitan
dengan pengelolaan keuangan Negara di Indonesia, tujuan-tujuan manajemen kas
dapat dikelompokan kedalam tiga bagian berikut:
1. Manajemen likuiditas
Manajemen
likuiditas penting untuk memastikan negara memiliki kas yang cukup untuk
menyelesaikan semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu
mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan.
a. Monitoring
penerimaan dan pengeluaran kas negara. Pemerintah perlu mengetahui
berapa besar pengeluaran kas yang akan dilakukan. Beberapa pengeluaran
pemerintah mungkin saja dapat ditunda atau dipercepat, pemerintah harus mampu
melihat saat pengeluaran kas yang menguntungkan pemerintah. Penerimaan kas
negara seluruhnya harus segera disetor (Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pasal 16). Penerimaan negara yang tidak segera disetor
akan menguntungkan penyetor atas biaya pemerintah.
b. Antisipasi
atas kemungkinan kekurangan atau kelebihan kas. Kekurangan/kelebihan
kas akan membebani keuangan pemerintah karena adanya time value of money.[3]
2. Minimalisasi
kas yang menganggur (idle cash)
a.
Pemanfaatan kas secara maksimal untuk memperoleh
keuntungan (yield) Sesuai dengan UU. No.1 Tahun 2004
tetang Perbendaharaan Negara pada pasal 24 dinyatakan bahwa pemerintah berhak
untuk mendapatkan bunga/jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum maupun
bank sentral, bunga/jasa giro yang diperoleh didasarkan pada tingkat suku bunga
yang berlaku. Pemerintah
juga dapat melakukan investasi jangka panjang untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. Investasi tersebut
dapat berupa saham, surat utang dan investasi langsung (pasal 41, UU No.1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara) Pembelian kembali (Buy back) Surat
Utang Negara (SUN). Pembelian kembali SUN akan memberikan dampak positif
terhadap pengurangan beban bunga yang harus dibayar oleh pemerintah.
b.
Mengurangi cost of financing. Jika
negara mempunyai manajemen kas yang baik negara dapat melakukan penundaan
penerbitan SUN dengan membiayai pengeluaran-pengeluaran dari kas yang berasal
dari pendapatan yang ada atau melakukan buy back SUN untuk mengurangi
pembayaran beban bunga.
3. Mengurangi
biaya transaksi keuangan pemerintah
a. Mengurangi
jumlah bank accounts pemerintah. Banyaknya rekening
pemerintah yang tersebar di berbagai bank menimbulkan biaya tinggi untuk
memelihara rekening tersebut. Selain itu tersebarnya rekening mengkibatkan semakin
banyaknya ‘idle cash’.
b. Mengurangi
biaya revenue collection dan expenditure processing (administration of payment process)
Manajemen kas akan merestrukturisasi cara-cara
pengumpulan pendapatan pemerintah sebagai contoh banking arragement mengenai
saat penyetoran oleh bank persepsi dan renumerasi yang diberikan atau yang
harus dibayarkan oleh pemerintah kepada bank persepsi. Restrukturisasi tersebut
perlu agar penerimaan negara dapat masuk ke rekening kas umum negara sesegera
mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Demikian pula dengan pemrosesan
pengeluaran. Pemrosesan pengeluaran perlu dilakukan dengan se-efisien dan secepat
mungkin, misalnya dengan menggunakan fasilitas perbankan. Jika hal tersebut
dapat berjalan dengan baik maka manfaat lain yang didapatkan adalah
minimalisasi terjadinya penyelewengan keuangan negara. Manajemen kas sektor
publik meliputi empat elemen2 antara lain: perencanaan (forecasting), mobilisasi
dan manajemen arus kas (mobilizing and managing the cash flow),
pemeliharaan hubungan dengan perbankan (maintaining banking relations),
dan investasi kelebihan kas (investing surplus cash). Setiap elemen
harus dikelola secara aktif untuk mencapai efektifitas manajemen kas.[4]
Arus kas (cash flow) adalah suatu
laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, Kegiatan
transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta
kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh
perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan
ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode
tertentu (biasanya satu tahun buku). Laporan
arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran atau arus kas yaitu:
1. Cash inflow.
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
a. Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.
b. Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c. Penjualan aktiva tetap yang ada.
d. Penerimaan investasi dari pemilik atau
saham bila perseroan terbatas.
e. Pinjaman/hutang dari pihak lain.
f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain.
2. Cash out flow.
Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan
beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri dari :
a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga
kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.
b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan
administrasi penjualan.
c. Pembelian aktiva tetap.
d. Pembayaran hutang-hutang perusahaan.
e. Pembayaran kembali investasi dari
pemilik perusahaan.
f. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga
dan pengeluaran lain-lain.
Laporan
arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan
pendanaan.[5]
B. Perencanaan
Manajemen Kas
Manajemen kas membutuhkan
perencanaan. Aspek utama perencanaan kas adalah penyusunan anggaran kas.
Manajer harus menyiapkan terlebih dahulu daftar kegiatan untuk menimbulkan kas
(pembelanjaan) dan kegiatan menggunakan kas (pengoperasian, pembiayaan, dan
penginvestasian) dengan perkataan lain manajer harus menyiapkan proyeksi yang
berkaitan dengan aliran kas masuk (inflow), aliran kas keluar (outflow), dan
saldo kas (balance). Perencanaan kas perlu disiapkan agar keseimbangan antara
dana yang dibutuhkan untuk membiayai operasi perusahaan setiap hari
(liquiditas), dan dana yang digunakan perusahaan untuk investasi dapat terjaga.
Agar tujuan perencanaan tercapai
maka perlu ditentukan dua hal, yaitu:
1. Menentukan
sumber-sumber penerimaan kas, misalnya: kas dari operasi rutin, kas dari huang
jangka panjang, investasi dari pemilik, penjual aktifa tetap mengeluarkan
obligasi dan lain-lain.
2. Menentukan
rencana penggunaan kas, misalnya pembayaran deviden, pembayaran hutang jangka
panjang, pembelian aktifa tetap, membayar gaji karyawan dan lain-lain.
Jika kedua tahapan tersebut telah
dilaksanakan, maka manajemen dapat mengetahui seberapa besar kas yang
dibutuhkan atau seberapa besar kas yang menganggur.[6]
C. Pengendalian
kas
Sistem
pengendalian intern yang baik dalam sistem kas mensyaratkan agar dilibatkan
pihak luar (bank) ikut serta dalam mengawasi kas organisasi. Untuk pengeluaran
kas digunakan cara sebagai berikut:
1. Semua pengeluaran kas dilakukan dengan
cek
2. Pengeluaran kas yang tidak dapat
dilakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil) dilakukan melalui dana kas kecil
yang diselenggarakan dengan imprest fund.
Aktivitas pengendalian kas adalah
sebagai berikut:
1. Pemisahan
tugas yang cukup. Fungsi penyimpangan
kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Unsur pengendalian
intern mengharuskan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi penyimpanan, agar
data akuntansi yang dicatat dalam catatan akuntansi dijamin keandalannya. Transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh Bagian Kas
sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi lain. Unsur sistem pengendalian intern
mengharuskan pelaksanaan setiap transaksi oleh lebih dari satu fungsi agar
tercipta adanya internal check.
2. Otorisasi yang
pantas atas transaksi dan aktivitas; dan dokumen dan catatan yang memadai. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi
pejabat yang berwenang. Transaksi
pengeluaran kas diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dengan menggunakan
dokumen bukti kas keluar. Berdasarkan bukti kas keluar ini, kas organisasi
berkurang dan catatan akuntansi dimutakhirkan (updated). Pembukuan dan
penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang
berwenang. Jika terjadi pembukaan dan penutupan rekening giro organisasi
di bank tanpa otorisasi dari pejabat yang berwenang, akan terbuka kemungkinan
penyaluran penerimaan kas dari organisasi ke rekening giro yang tidak sah dan
pengeluaran kas organisasi untuk kepentingan pribadi pegawai.
3. Pengendalian
fisik atas aktiva dan catatan Saldo
kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan
yang tidak semestinya. Saldo kas di
tangan,baik yang berupa dana kas kecil atau penerimaan kas dari penjualan tunai
dan piutang yang belum disetorkan ke bank, perlu dilindungi dari kemungkinan pencurian
dengan cara menyimpannya dalam lemari besi dan menempatkan kasir di suat
ruangan yang terpisah. Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah terjadinya pencurian
terhadap kas yang ada di tangan (misalnya mesin register kas, almari besi, dan
strong room). Umumnya fungsi penyimpanan kas ditempatkan dalam suatu
ruangan yang tidaksetiap pegawai diperkenankan melakukan akses ke dalamnya
tanpa izin dari pejabat yang berwenang serta dilengkapidengan perlengkapan
pengamanan yang memadai.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. manajemen
kas adalah kegiatan mempertimbangkan resiko dana imbal hasil agar terjadi
keseimbangan antara memiliki terlalu banyak atau sedikit kas. Kas yang cukup
akan meningkatkan kemampuan perusahaan memenuhi segala pengeluaran yang
dibutuhkan. Kas yang cukup artinya cadangan kas dipelihara pada titik minimum
sehingga tidak terlalu banyak cash
yang idle (menganggur) dan justru dapat mendatangkan potensi keuntungan jika
diinvestasikan pada instrument investasi.
2. Manajemen
kas membutuhkan perencanaan. Aspek utama perencanaan kas adalah penyusunan
anggaran kas. Manajer harus menyiapkan terlebih dahulu daftar kegiatan untuk
menimbulkan kas (pembelanjaan) dan kegiatan menggunakan kas (pengoperasian,
pembiayaan, dan penginvestasian) dengan perkataan lain manajer harus menyiapkan
proyeksi yang berkaitan dengan aliran kas masuk (inflow), aliran kas keluar
(outflow), dan saldo kas (balance).
3. Sistem pengendalian intern yang baik dalam
sistem kas mensyaratkan agar dilibatkan pihak luar (bank) ikut serta dalam
mengawasi kas organisasi. Semua pengeluaran kas dilakukan dengan cek. Pengeluaran
kas yang tidak dapat dilakukan dengan cek (karena jumlahnya kecil) dilakukan
melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan imprest fund.
B.
SARAN
Dengan terselesaikannya makalah ini mengajak
kita untuk menyelami lebih dalam tentang bagaimana
perencanaan manajemen kas yang baik. Kami berharap masyarakat dapat
menjadikan ini sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pendekatan kita
pada Allah SWT. Kritik dan
saran sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Suad Husnan, 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP STIM YPKN.
Setia Mulyawan ,2015, Manajemen Keuangan, Bandung: Pustaka Setia.
Agus Sartono, 2010, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE.
James C.Van Horne, 2005, Fundamentals Financial Management Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,
Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar