MAKALAH
KAITAN ANTARA
PENDIDIKAN DAN TERBENTUKNYA STRATIFIKASI DAN DIFERENSIASI SOSIAL
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Dari Mata Kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing:
M. Munir.
S.Pd.I.,M. M.Pd.
Disusun oleh:
Apriliana
Novi Indah Kumla
Sari
Jurusan:
Tarbiyah (MPI)
Tarbiyah (MPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(STAIDA)
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
2017
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh
dosen mata kuliah “SOSIOLOGI PENDIDIKAN”. Makalah ini di tulis dari hasil penulisan data-data yang diperoleh dari
buku panduan yang bersangkutan.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu matakuliah ini, atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini, sehingga dapat selesaikannya makalah ini.Kami berharapkan, dengan
membaca makalah ini dapat memberi manfaaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Krempyang,
22 Febuari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAM
AN JUDUL.............................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan
Masalah.................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Stratifikasi Sosial.................................................................................. 2
B.
Diferensisasi Sosial............................................................................... 6
C.
Hubungan Antara Pendidikan dan Terbentuknya Diferensiasi Sosial
Serta Stratifikasi Sosial......................................................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 12
B.
Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat
selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan zaman.semakin kompleks suatu
masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin rinci. Dalam masyarakat
primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi social mulai dari merawat
dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat pakaian, membuat rumah, dan
sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan masyarakat modern. Berbagai urusan
dan kebutuhan hidup dikerjakan oleh orang-orang tertentu sesuai keahlianya. Misalnya
pendidikan anak di serahkan kepada guru, perawat kesehatan dikerjakan oleh
dokter, dan lain-lain.
Semakin rinci
pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakin banyak kelompok-kelompok social
itu membentuk kebutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di
masyarakat, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok
dengan strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi
sosial, sedangkan kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh
diferensiasi sosial.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari stratifikasi sosial?
2.
Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
3.
Bagaimana hubungan antara pendidikan dan terbentuknya diferensiasi sosial
serta stratifikasi sosial?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahu pengertian dari stratifikasi sosial.
2.
Mengetahui pengertian dari diferensiasi sosial.
3.
Mengetahui bagaimana hubungan antara pendidikan dan terbentuknya
diferensiasi sosial serta stratifikasi sosial.
BAB
II
PEMBAHASAN
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan
tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penghargaan tersebut akan menempatkan seseorang pada sebuah kedudukan kelas
sosial.
A. Stratifikasi
Sosial
Coba Anda
perhatikan masyarakat di sekitar anda! Ada yang miskin, kaya, buruh, pengusaha,
sarjana, tukang, dan sebagainya. Adakah perbedaan perlakuan masyarakat terhadap
mereka? Oleh karena status, baik yang berupa harta, kedudukan atau jabatan,
seringkali menciptakan perbedaan dalam menghargai seseorang. Dalam suatu
masyarakat, orang yang memiliki harta berlimpah lebih dihargai daripada orang
yang miskin. Demikian pula orang yang lebih berpendidikan dihargai lebih
daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu, kemudian masyarakat
dikelompok-kelompokkan secara vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga
membentuk, lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya masing-masing.[1]
1. Pengertian
Stratifikasi Sosial
Sejak lahir, seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang
perbedaan antar individu atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh
dengan sendirinya itu, anggota masyarakat di beda-bedakan berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan, hubungan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok
tertentu, seperti kasta dan kelas. Berdasarkan status yang di peroleh ini,
terjadilah stratifikasi atau lapisan di dalam masyarakat.
Masyarakat sebenarnya telah mengenal pembagian atau pelapisan sosial
sejak zaman dahulu. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial
sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun
secara bertingkat (hierarki). Sedangkan Max Weber berpendapat bahwa
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan.
Cuber juga mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang
ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda. Stratifikasi sosial (Social
Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau
“strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, Stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat.[2]
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang
menduduki kelas sosial lebih tinggi, sedang yang lainya berada dikelas sosial
lebih rendah. Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat
yang bersangkutan. Secara umum, kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi
dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas
bawah. Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun berfariasi menurut kondisi
maayarakat yang bersangkutan. Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan)
orang-orang yang berkedudukan sama dalam suatu kesatuan status sosial. Dapat
dikatakan bahwa kelas sosial memiliki kebudayaan khusus atau subkultur.
Sedangkan status sosial sendiri adalah posisi seseorang di dalam masyarakat
yang didasari pada hak-hak dan kuwajiban tertentu. Stratifikasi sosial muncul
dalam dua cara yakni disengaja dan tidak disengaja. Hal tersebut membuat
kelas-kelas sosial di setiap masyarakat berbeda-beda.[3]
2. Faktor-faktor
Pembentuk Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang
dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Secara teoritis,
semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan
hidup kelompok-kelompok sosial. Pembedaan lapisan merupakan gejala universal
yang merupakan bagian system sosial setiap masyarakat.[4]
Stratifikasi sosial juga terbentuk karena di masyarakat terjadi persaingan
untuk memperoleh sesuatu yang dianggap berharga, seperti sesuatu yang bernilai
ekonomi. Berikut ini fakttor utama yang sering menjadi petunjuk dalam
menentukan kelas sosial di masyarakat:
a. Faktor Ekonomi
Bentuk stratifikasi berdasarkan factor ekonomi terjadi
sejak zaman Aristoteles. faktor-faktor ekonomi yang sering menjadi dasar
terbentuknya kelas sosial antara lain kekayaan, penghasilan, dan kepemilikan
alat produksi. Penghasilan adalah
pemasukan bersih yang diperoleh seseorang dalam jangka waktu tertentu.
Uang dan kekayaan dapat menentukan kelas sosial
seseorang. Secara umum kekayaan dan uang masih merupakan faktor penting dalam
menentukan perbedaan kelas sosial seseorang. Dengan mengukur tingkat
pendapatan, uang dan kekayaan seseorang, maka diperoleh bentuk stratrifikasi
sosial yang menggolongkan warga masyarakat menjadi kelas bawah atau atas.
b. Faktor Pekerjaan
Masyarakat memiliki penilaiantertentu terhadap setiap
jenis pekerjaan. Ada jenis pekerjaan yang dianggap memiliki pestasi lebih
dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainya. Penghargaan terhadap setiap jenis
pekerjaan berbeda-beda antara satu dengan masyarakat yang lain. Misalnya di
Indonesia secara umum, pekerjaan sebagai bpegawai negeri lebih tinggi
kedudukanya daripada sebagai buruh pabrik. Demikian pula pekerjaan sebagai
dokter dianggap lebih tinggi kedudukanya disbanding pekerjaan sebagai guru.
Penilaian seperti itu berhubungan dengan keahlian dan
pendidikan yang menjadi syarat pekerjaan tersebut serta penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan itu. Namun ada pengecualian, misalnya seorang artis
mampu memperoleh penghasilan jauh lebih tinggi daripada penghasilan seorang
guru dalam sebulan. Walaupun demikian, masyarakat tetap menilai bahwa guru
adalah jenis pekerjaan yang lebih tinggi dan terhormat dari pada artis.
c. Faktor
Pendidikan
Latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi kelas
sosial seseorang. Ada dua alasan mengapa bisa demikian. Pertama, pendidikan
tinggi memerlukan biaya dan motivasi. Artinya pendidikan hanya diperoleh bagi mereka
yang mempunyai biaya dan motivasi untuk belajar. Walaupun demikian, tidak ada
jaminan bagi kelas sosial yang mempunyai kemampuan financial dapat memperoleh
pendidikan pada jenjang yang tinggi dengan mudah apabila mereka tidak memiliki
motivasi. Sebaliknya, tidak mustahil bagi kelas sosial bawah untuk memperoleh
pendidikan yang tinggi walaupun hanya dengan motivasi belajar yang kuat.
Kedua, setelah seseorang memperoleh pendidikan, maka
terjadilah perubahan mental, selera, minat, tujuan hidup (cita-cita),
tatakrama, cara berbicara, dan aspek gaya hidup lainya. Selain itu pendidikan
juga membekali seseorang dengan keahliandan ketrampilan yang memungkinkanya
memperoleh status sosial yang lebih baik.
d. Faktor Status
Sosial
Kelas sosial dimasyarakat terjadi karena adanya perbedaan
status berdasarkan kehormatan. Disatu sisi ada kelas sosial yang memiliki
status yang lebih tinggi dan terhormat, sedangkan disisi lain ada kelas yang
tidak memiliki kehormatan seperti yang disebutkan tadi. Kelas terhormat
biasanya eksklusif, membatasi kelas sosial dibawahnya, dan melarang adanya
perkawinandengan orang luar kelas sosialnya. Status sosial berdasarkan
kehormatan dalam masyarakat berupa kelas bangsawan.
e. Faktor Usia (Age Stratification)
Stratifikasi berdasarkan usia (Age Stratification) membagi masyarakat menjadi kelompok usia
balita, anak-anak, remaja, remaja dan manula. Setiap kelompok memiliki hak dan
kuwajiban berbeda. Oaring yang lebih muda selayaknya menghormati orang yang
lebih tua. Salah satu contoh stratifikasi usia terdapat sistem pewarisan tahta
kerajaan di Inggris, Jepang dan Belanda. Di ketiga negara itu, orang yang
berhak mewarisi tahta adalah anak tertua dari keturunan raja atau kaisar. Dalam
lingkup yang lebih luas, stratifikasi usia mengndung arti status kehormatan
yang didasarkan kepada senioritas.[5]
3. Ciri-ciri
Stratifikasi Sosial
Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang
memiliki cirri-ciri yang berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan
sumber daya. Ketiga cirri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut:
a) Perbedaan
kemampuan
Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki
kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelas sosial dibawahnya.
Misalnya, orang kaya tentu mampu membeli barang-barang mewah dan membiayai
pendidikan anaknya sampai jenjang tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Berbeda
dengan orang yang miskin. Harus berjuang keras untuk biaya hidup sehari-hari.
b) Perbedaan Gaya
Hidup
Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian,
model rumah, selera makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, cara bicara, hobi
dan pergaulan. Orang yang berasal dari kelas atas (pengusaha besar atau pejabat
tinggi), tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang
kalangan atas biasanya berbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar negeri,
bepergian naik pesawat atau mobil sedangkan orang kalangan bawah biasanya
sebaliknya.
c) Perbedaan Hak
dan Sumber Daya
Hak adalah sesuatu yang dapat di peroleh atau
dinikmati sehubung dengan kedudukan seseorang, Sedangkan sumber daya adalah
segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin
tinggi kelas sosial seseorang maka hak yang diperolehnya bsemakin besar,
termasuk kemampuan untuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki
seorang direktur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentu
berbeda. Penghasilanya pun berbeda.[6]
4. Proses
Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
a. Terjadinya secara
otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya,
kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan
seseorang dalam masyarakat itu sendiri. Adapun lapisan tersebut dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya, melainkan berjalan secara
alamiah.
b. Terjadi dengan
sengaja untuk tujuan bersama
Biasanya
dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik, perusahaan,
perkumpulan, angkatan bersenjata[7]
B. Diferensiasi
Sosial
Diferensiasi
sosial yang muncul bersamaan dengan terbentuknya stratifikasi sosial, tumbuh
sebagai konsekuensi dari bperubahan sosial. Seperti organism biologis,
masyarakat berkembang semakin lama makin terspesialisasi dan kompleks atau
heterogen.
1. Pengertian
Diferensiasi Sosial
Kalau kita
memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan
yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis,
clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat
diklasifikasikan secara bertingkat/vertical seperti halnya pada tingkatan dalam
lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Perbedaan
itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal
dengan istilah Diferensiasi Sosial.
Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap
perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada
penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau
sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih
tinggi dari pada golongan lainnya. Pengelompokan horisontal yang didasarkan
pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan
sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin
disebut heterogenitas sosial.
Sebagaimana
disebutkan oleh Nasikhun bahwa perbedaan masyarakat secara vertical disebut
stratifikasi sosial, sedangkan perbedaan masyarakat secara horizontal di sebut
dengan diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial muncul Karen ketimpangan
distribusi dan kelangkaan barang berharga yang dibutuhkan masyarakat, seperti
uang, jabatan, pendidikan, kekuasaan, dan semacamnya itu. Sedangkan
diferensiasi sosial muncul karena adanya perbedaan agama, ras, (pengelompokan
individu berdasarkan cirri fisik), etnis (pengelompokan individuates dasar
cirri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat sejarah, dan wilayah), atau
perbedaan jenis kelamin.[8]
2. Ciri-ciri yang
Mendasari Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial
ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini
terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk
mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial
ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola
perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah
perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang
perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya
berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai
yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan
dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat
dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan
sebagainya.[9]
3. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Masyarakat manusia
pada dasarnya bisa dibedakan atau terdiferensiasikan menurut berbagai criteria
seperti ciri fisik dan kebudayaan. Berikut bentuk-bentuk diferensiasi sosial.
a) Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu
kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi
ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan cirri-ciri fisiknya, bukan
budayanya. Para ahli antropologi fisik
umumnya membedakan ras berdasarkan lokasi geografis, cirri-ciri fisik seperti
warna mata, warna kulit, bentuk wajah, warna rambut dan bentuk kepala. G.
Cuvier (1812) membedakan masyarakat kedalam tiga ras pokok, yaitu:
1) Leukoderm (Leuko artinya putih) termasuk dalam ras
ini adalah Europid, Polinesid, Weddid, Ainuid dengan ciri-ciri umum: wajah dan
bagian-bagianya menonjol, rambut lurus hingga berombak, hidung sempit, tinggi.
Contonya: orang-orang eropa dan polinesia.
2) Melanoderm (Melano artinya hitam) termasuk di dalam
ras ini adalah Negrid, Melanesid, Pigmid, Australid dengan ciri-ciri umum:
warna kulit agak gelap, rambut agak kriting, hidung sangat lebar, wajah
prognat, bibir sangat tebal. Contohnya: orang Afrika, Aborigin di Australia,
dan Melanesia.
3) Xantoderm (xanto artinya kuning) termasuk dalam ras
ini adalah Mongoloid, Indianid, Khoisanid, dengan ciri-ciri umum: wajah
mendatar dengan pangkal hidung rendah, dan pipi menonjol kedepan, rambut hitam
lurus. Contoh: orang Asia, Indian, bangsa Khoisan di Afrika.
Seiring dengan
perubahan sosial yang terjadi, perbedaan masyarakat ras akhirnya makin lama
makin kompleks karena masyarakat semakin terbuka, baik secara budaya, sosial,
maupun secara geografis.
b) Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan
rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa
merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti
ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu
adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaann berikut : ciri fisik, kesenian,
bahasa daerah, adat istiadat.
c) Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering
juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan
keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi).
Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang
sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah
(patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal). Klen atas dasar garis keturunan
ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada: Masyarakat Batak (dengan sebutan
Marga).Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus,Tambun,
Paranginangin; Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar; Marga Batak
Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara,Daulay.
d) Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan
dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah
yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang
yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu
membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa
dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya.
Jadi, diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.
Komponen-komponen Agama meliputi: Emosi keagamaan, sistem keyakinan, upacara
keagamaan, tempat ibadah, dan umat.[10]
e) Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia
sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi
merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau
profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus.
Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai
berbicara, suka membimbing, sabar, dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan
profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter,
pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi
biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku
seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan
pekerjaannya.
f) Diferensiasi Jenis Kelamin (Gender)
Jenis kelamin
merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau
jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat
dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar
itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan
atau wanita.
g) Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah
atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi: masyarakat desa yaitu kelompok orang yang tinggal di pedesaan
atau berasal dari desa, masyarakat kota yaitu kelompok orang yang tinggal di
perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat
kita temukan dalam hal-hal berikut ini : perilaku, tutur kata, cara berpakaian,
cara menghias rumah, dan sebagainya.
h) Diferensiasi Partai
Demi menampung
aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/berkuasa, maka
bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat
dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan
sosial, seazas, seideologi dan sealiran. Pada Pemilu tahun 1999 yang lalu
terdapat 48 partai, pada Pemilu tahun 2004 mungkin jumlah partai sudah
bertambah lebih banyak.[11]
C. Hubungan Antara Pendidikan
dan Terbentuknya Diferensiasi Sosial Serta Stratifikasi Sosial
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut pengertian pendidikan di atas, jelas
lah bahwa pendidikan dan diferensiasi serta stratifikasi sosial mempunyai
hubungan dan keterkaitan yang sangat erat, di mana tujuan pendidikan adalah
kekuatan spiritual agama, pengendalian dri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta ketrampilan dimana sumaunya merupakan pecahan dari diferensiasi dan
stratifikasi sosial.
Keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan tempat
terjadinya proses pendidikan, di mana diferensiasi dan stratifikasi sosial
sudah mengakar dan tak terpisahakan tempat terjadinya proses pembelajaran
tersebut, dan terbentuknya diferensiasi dan stratifikasi sosial juga sangat di
pengaruhi pendidikan. Pendidikan
juga meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi, dimana kebudayaan lama dan pengaruh lingkungan
sekitar akan sangat berpengaruh.
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat lebih
disebabkan oleh adanya sesuatu yang dihargai lebih, baik itu kekayaan,
kekuasaan, kehormatan, keturunan, maupun ilmu pengetahuan. Pendidikan atau ilmu pengetahuan
dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan,
orang yang memiliki keahlian atau berpendidikan tinggi akan mendapat
penghargaan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu dasar ter bentuknya stratifikasi sosial, dan
mungkin dasar yang paling kuat karena orang yang mempunyai pendidikan akan
lebih mudah dalam mendapatkan kekuasaan, kehormatan dan akan yang merupakan
dasar terbentuknya stratifikasi sosia.[12].
D.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarki).
Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang
biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau
klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya
adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi dari pada
golongan lainnya.
pendidikan dan diferensiasi serta
stratifikasi sosial mempunyai hubungan dan keterkaitan yang sangat erat, di
mana tujuan pendidikan adalah kekuatan spiritual agama, pengendalian dri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan dimana sumaunya
merupakan pecahan dari diferensiasi dan stratifikasi sosial.
B.
SARAN
Penulis telah menyelesaikan makalah ini
dengan baik . Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada
kurang lebihnya penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sanapiah Faisal, Sosiologi
Pendidikan,
Surabaya : Usaha Nasional
Suhardi Sri Sunarti, Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional,
2009.
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:
Kharisma Putra Utama,
2004.
Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), Bandung
: Pustaka Setia,
2007.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali
Pers 2010.
[1]
Ramdani Wahyu,ISD (Ilmu Sosial
Dasar),(Bandung : Pustaka Setia,2007)183
[2]
Ibid,184
[3]
Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2
untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional,2009)5
[5]
Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2
untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional,2009)10
[6]
Ibid,12
[8]
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto,Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta : Kharisma Putra Utama,2004)194
[9]
Ibid,13
[10]
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto,Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta : Kharisma Putra Utama,2004)204
[11]
Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2
untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional,2009)17
http://unipdupaib2012.blogspot.com/2014/10/hubungan-pendidikan-dan-terbentuknya.html
BalasHapus