IDEOLOGI
PENDIDIKAN DALAM PARADIGMA LIBERAL DAN KONSERVATIF
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen
Pengampu : M. Munir, S.Pd.I., M.Pd.
Oleh:
Dewi
Martalia Kurniasari
Nofita
Diah Ayu Puspitasari
PROGRAN
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
NGANJUK
JAWA TIMUR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan
membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.
Bapak , M. Munir, S.Pd.I., M.Pd. yang telah memberikan
pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman semester IV.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Sosiologi Pendidikan. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran
guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam
makalah ini.
Tanjunganom,
24 Pebruari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan .................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ideologi Pendidikan................................................ 2
B.
Ideologi
Pendidikan dalam Paradigma Liberal......................... 3
C.
Ideologi
Pendidikan dalam Paradigma Konservatif................. 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.............................................................................. 11
B.
Saran ........................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan
baik formal maupun nonformal pada dasarnya memiliki peran penting untuk
melegitimasi bahkan melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada. Namun
juga sebaliknya, dapat merupakan proses perubahan sosial menuju kebidupan yang
lebih adil. Peran pendidikan terhadap sistem dan struktur sosial tersebut
sangat bergantung pada paradigma pendidikan yang mendasarinya. Untuk memahami
kedua paradigma tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu ideologi sosial dan
implikasinya terhadap berbagai teori pendidikan yang dianut masing masing
paradigma. Berikut ini akan dibahas ideologi pendidikan serta
fungsi dan peran ideologi pendidikan bagi pembangunan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut
1.
Bagaimana pengertian
ideologi pendidikan?
2.
Bagaimana ideologi
pendidikan dalam paradigma liberal?
3.
Bagaimana ideologi
pendidikan dalam paradigma konservatif?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasn makalah ini yaitu
1.
Mengetahui pengertian
ideologi pendidikan.
2.
Mengetahui ideologi
pendidikan dalam paradigma liberal.
3.
Mengetahui ideologi
pendidikan dalam paradigma konservatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi Pendidikan
Menurut
William F. O’Neil sebagaimana dikutip
Arif Rohman, pembicaraan masalah ideologi pendidikan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari ideologi politik yang dominan disuatu wilayah, sehingga bisa
dikatakan ideologi pendidikan lahir dari induknya yaitu ideologi politik.
Karena tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada hirakhi nilai yang terkait dari
yang lebih tinggi ke herarkhi yang paling rendah. Kedudukan yang lebih tinggi
akan menjadi dasar rekomendasi terhadap lahirnya nilai dibawahnya. Dan ideologi
politik suatu Negara merupakan tingkatan tertinggi dan jelas akan mempengaruhi
ideologi pendidikan yang ada di suatu negara tersebut. Karena pada dasarnya
pendidikan berada di bawah naungan suatu negara.[1]
Secara
harfiah ideologi berasal dari kata “ide” dan “logis” yang dapat diartikan
sebagai aturan atau hukum tentang ide, konsep ini berasal dari Plato. Ditinjau
dari pendekatan aliran, pengertian ideologi dapat dibagi menjadi 2 kelompok:[2]
1.
Ideologi sebagai
seperangkat nilai dan aturan tentang kebenaran yang dianggap terberi, alamiah,
universal dan menjadi rujukan bagi tingkah laku manusia.
2.
Ideologi sebagai ilmu yang
mengkaji bagaimana ide-ide tentang suatu hal diperoleh manusia dari pengalaman
serta tertata dalam benak untuk kemudian membentuk kesadaran yang mempengaruhi
tingkah laku.
Ideologi
diartikan sebagai sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau
kebenaran oleh kelompok tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi
diartikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, atau cara
berpikir seseorang atau suatu golongan.[3]
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah seperangkat
nilai atau cara berpikir yang dijadikan pedoman oleh seseorang atau golongan.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka ideologi pendidikan dapat diartikan
sebagai ideologi adalah seperangkat nilai atau cara berpikir yang dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pendidikan.
B. Ideologi Pendidikan dalam Paradigma Liberal
1.
Konsep Paradigma Liberal
dalam Pendidikan
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, liberal diartikan sebagai bersifat bebas, berpandangan bebas
atau luas dan terbuka.[4] Penganut ideologi ini berangkat dari keyakinan bahwa memang ada
masalah di masyarakat, tetapi bagi mereka, pendidikan tidak ada kaitannya
dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu,
tugas pendidikan juga tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan politik dan
ekonomi. Namun demikian, proses pendidikann tidak boleh lepas sama
sekali dengan kondisi-kondisi eksternal.[5]
Pendidikan harus
bisa menyesuaikan diri terhadap konndisi-kondisi tersebut, dengan cara
memecahkan berbagai masalah internal. Hal yang
umum dilakukan adalah membangun kelas dan fasilitas baru, memodernkan peralatan
sekolah dengan pengadaan komputer yang lebih canggih dan laboratorium, serta
berbagai usaha untuk menyehatkan rasio murid-guru. Selain itu juga berbagai investasi untuk meningkatkan
metodologi pengajaran dan pelatihan yang lebih effisien dan partisipatif,
seperti kelompok dinamik (group dynamics), learning by doing,
experimental learning, ataupun Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan
sebagainya. Usaha tersebut terisolasi dari sistem dan struktur ketidakadilan
kelas dan gender, dominasi budaya dan represi politik yang ada dalam masyarakat.[6]
Pendekatan liberal inilah yang mendominasi
segenap pemikiran tentang pendidikan baik pendidikan formal seperti sekolah,
maupun pendidikan nonformal seperti pelatihan. Akar pendidikan ini adalah
liberalisme, suatu pandangan yang menekankan pengernbangan kernampuan,
perlindungan hak, dan kebebasan (freedom), serta rnengidentifikasi problem
dan upaya perubahan sosial secara inkremental demi menjaga stabilitas
jangka panjang. Pengaruh liberal ini terlihat dalam pendidikan yang
mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antarmurid. Perangkingan untuk
menentukan murid terbaik adalah implikasi dari paham pendidikan ini. Pengaruh
pendidikan liberal juga dapat dilihat dalam berbagai pendekatan andragogy
seperti dalam training management, kewiraswastaan, dan manajemen lainnya.[7]
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar
dari cita-cita Barat tentang individualisme. Ide politik liberalisme berkait
erat dengan bangkitnya kelas menengah yang diuntungkan oleh kapitalisme.
Menurut cita-cita ini, gambaran manusia ideal adalah manusia “rasionalis
liberal”. Yakni semua manusia memiliki potensi sama dalam intelektual, baik
tatanan alam maupun sosial dapat ditangkap oleh akal. Serta individualis,
yakni adanya anggapan bahwa manusia adalah atomistik dan otonom. Menempatkan
individu secara atomistik, akan membawa pada keyakinan bahwa hubungan sosial
sebagai kebetulan, dan masyarakat dianggap tidak stabil karena interest
anggotanya yang tidak stabil. Ideologi liberalisme ini juga dipengaruhi oleh
positivisme. Seperti pendewaan terhadap scientific method serta adanya
pemisahan antara fakta dengan nilai menuju pemahaman objektif.[8]
2.
Tradisi
Pokok Ideologi Liberal
Ideologi liberalisme bercabang menjadi tiga
tradisi pokok yaitu:[9]
a. Libelarisme
Pendidikan
Tujuan jangka
panjang menurut kaum liberal adalah melestarikan dan memperbaiki tatanan
sosial yang ada dengan cara mengajar setiap individu sebagaimana dia menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupannya sendiri secara efektif. Anak-anak memiliki
masalah hidup sendiri dan cara dan memiliki pendekatan dalam penyelesaian
masalah sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana mereka diarahkan agar cara
dan pendekatan penyelesaian masalah tersebut bisa optimal. Oleh karenanya,
cita-cita liberalisme pendidikan adalah hendaknya pendidikan mengajar anak-anak
tentang bagaimana mereka menghadapi sendiri masalah-masalah hidupnya secara
efektif.[10]
Dalam liberalisme pendidikan terdapat tiga
macam intensitas, yaitu:[11]
1)
Liberalisme
Metodis
Kaum liberalisme metodis adalah mereka yang
bersikap bahwa metode-metode pengajaran harus disesuaikan dengan jaman, namun
tujuan pendidikan, isi tradisionalnya secara fundamental tidak memerlukan
penyesuaian yang penting. Maria Montessori sebagai tokoh liberalisme metodis-
mengusulkan tentang cara mengajar yang baru tetapi sasaran-sasaran atau isi
pendidikan tetap dipertahankan. Oleh karena itu definisi liberal metodis adalah
seseorang yang mengusulkan sebuah cara baru dalam mengajar tetapi ia tidak
bersikap kritis terhadap tujuan dan isi pendidikan yang sudah ada.
2) Liberalisme
Direktif
Aliran ini menginginkan perubahan yang mendasar
dalam hal tujuan sekaligus dalam hal cara kerja sekolah-sekolah sebagaimana
adanya. Penganut aliran ini menganggap wajib belajar adalah perlu dan memilih
untuk mempertahankan beberapa keperluan dasar serta mengajukan penetapan
tentang isi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Di sisi lain mereka
bersikap bahwa cara tradisional (baik sasaran, isi, dan metode) memerlukan
perombakan secara radikal dari orientasi awal yakni cara otoritarian
tradisional ke arah yang lebih tepat yaitu mengajar setiap anak untuk berpikir
secara efektif bagi dirinya sendiri.
3) Liberalisme
Non Direktif
Kaum liberalisme non direktif akan sepakat
terhadap pandangan bahwa tujuan dan cara pelaksanaan pendidikan perlu diarahkan
pada pendidikan yang mengajar siswa untuk memecahkan masalah-masalahnya secara
efektif. Namun mereka ingin mengurangi seluruh batasan dengan cara melenyapkan
hal-hal seperti wajib belajar dan pengajaran mata pelajaran wajib, kemudian
mengganti wewenang lembaga dengan kebebasan para siswa untuk memilih apakah
mereka ingin belajar atau tidak, apa yang ingin dipelajari dan memberi mereka
kebebasan untuk memilih pengalaman-pengalaman pendidikan apapun yang mereka
anggap paling relevan dengan kebutuhan-kebutuhan personil mereka. Dengan kata
lain siswa sendirilah yang menentukan apakah mereka ingin belajar sesuatu atau
tidak menetapkan kapan, di mana, dan sejauh mana mereka ingin belajar.
b. Liberasionisme
Pendidikan
Liberasionisme pendidikan berpandangan bahwa
pendidikan hendaknya ditujukan untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan
mempromosikan perwujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Seklah harus
bersifat objektif. Sekolah memiliki fungsi tidak hanya mengajarkan pada sisiwa
bagaimana cara berpikir yang efektif, tetapi juga membantu siswa tentang
kebijakan tertinggi yang ada di dalam pemecahan masalah secara intelek dan
meyakinkan. Liberasionisme pendidikan mendasarkan diri pada sistem kebenaran
yang terbuka , mencakup komitmen terhadap rangkaian tindakan apapun yang
didukung oleh kesepakatan yang sarat pengetahuan dan bersifat objektif dalam
komunitas intelektual.[12]
c. Anarkhisme
Pendidikan
Secara umum pandangan anarkhisme pendidikan
sama dengan liberalisme dan liberasionisme pendidikan, yaitu menerima sistem
penyelidikan eksperimental yang terbuka dengan prinsip penalaran ilmiah melalui
pembuktian. Anarkhisme pendidikan berpandangan perlunya meminimalisir dan
ataumenghapuskan hambatan kelembagaan terhadap tindakan profesional.
Pendekatannya adalah mengusahakan percepatan perombakan humanistik berskala
besar.[13]
3. Pengaruh
Positivisme dalam Paradigma Liberal
Menurut Schoyer, positivisme pada dasarnya adalah ilmu sosial
yang dipinjam dari pandangan, metode dan teknik ilmu alam memahami realitas.
Positivisme sebagai suatu aliran filsafat berakar dari tradisi ilmu-ilmu sosial
yang dikembangkan dengan mengambil cara ilmu alam menguasai benda, yakni dengan
kepercayaan adanya universalisme dan generalisasi, melalui metode detenninasi, fixed
law atau kumpulan hukum teori.
Positivisme berasumsi bahwa penjelasan tunggal dianggap appropriate
untuk semua fenomena. Oleh karena itu mereka percaya bahwa riset sosial ataupun
pendidikan dan pelatihan harus didekati dengan metode ilmiah yang obyektif dan
bebas nilai. Pengetahuan selalu menganut hukum ilmiah yang bersifat universal,
prosedur harus dikuantifisir dan diverifikasi dengan metode scientific.
Dengan kata lain, positivisme mensyaratkan pemisahan fakta dan nilai menuju
pemahaman obyektif atas realitas sosial.[14]
C. Ideologi Pendidikan dalam Paradigma Konservatif
1.
Konsep Paradigma Konservatif
dalam Pendidikan
Faham ideologi ini, memandang bahwa
ketidaksederajatan masyarakat merupakan salah satu hukum keharusan alami, suatu
yang mustahil bisa dihindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah. Perubahan
sosial bagi penganut faham ini bukanlah sesuatu yang harus diperjuangkan,
karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih sengsara saja. Dalam
bentuknya yang paling klasik, kaum konservatif berkeyakinan bahwa masyarakat
pada dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau paling tidak mempengaruhi
perubahan sosial, hanya Tuhanlah yang merencanakaan keadaan masyarakat dan
hanya Dia yang tahu makna dibalik semua itu. Dengan demikian, kaum konservatif
lama tidak menganggap rakyat memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk merubah
kondisi mereka.[15]
2.
Tradisi Pokok Ideologi
Konservatif
Ideologi pendidikan konservatif memiliki tiga
tradisi pokok yaitu:[16]
a.
Fundamentalisme Pendidikan
Fundamentalisme Pendidikan meliputi semua corak
konservatisme poitik yang pada dasarnya anti intelektual dalam arti ini bahwa
mereka ingin meminimalkan pertimbangan-pertimbangan filosofis atau intelektual,
serta cenderung mendasarkan diri pada permintaan tanpa kritik terhadaap
kebenaran yang diwahyukan atau konsensus sosial yang sudah mapan. Penerimaan
tanpa kritik ini biasanya di absahkan pada akal sehat.
Dalam kondisi pokok fundamentalisme pendidikan
terdapat dua varian yaitu: fundamentalisme pendidikan religius dan
fundamentalisme pendidikan sekuler. Masing-masing memiliki corak dan fokus
pendidikan tertentu. Meskipun keduanya sama-sama anti intelektual. Keduanya
dapat digolongkan memiliki tradisi filsafat pendidikan Parenialisme yang
mengagungkan warisa leluhur dan senioritas.
Fundamentalisme pendidikan religius tampak pada gereja-gereja Kristen
Katolik tertentu yang lebih fundamentalis. Mereka memiliki pandangan atas
kenyataan yang kaku dan tekstual.
Fundamentalisme
pendidikan sekuler memiliki ciri mengembangkan komitmen yang sama tidak
luwesnya bila dibandingkan dengan fundamentalisme pendidikan religius.
Pandangan yang tidak luwes ini dilakukan terhadap cara pandang dunia melalui
“akal sehat” yang disepakati, yang umumnya menjadi pandangan dunia”orang
biasa”. Fundamentalisme pendidikan sekuler lebih menekankan pada nasionalisme
dan patriotisme.[17]
b.
Intelektualisme Pendidikan
Intelektualisme pendidikan muncul dari
konservatisme politik yang mendasarkan diri pada pemikiran filosofis atau
religius yang otoritarian. Intelektualisme pendidikan inggin mengubah
praktek-praktek politik dan pendidikan demi menyesuaikan secara lebih sempura
dengan cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan dan tak bervariasi.
Semua pandangan dan pemikiran dari intelektualisme pendidikan adalah tradisi
filsafat pendidikan Esensialisme.[18]
c.
Konservatisme Pendidikan
Konservatisme Pendidikan berakar pada
konservatisme politik yang memiliki corak mendukung ketaatan terhadap
lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu.
Konservatisme menekankan sikap hormat terhadap hukum dan tatanan sebagai
landasan perubahan sosial yang konstruktif.
Konservatisme Pendidikan beranggapan bahwa
sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola-pola sosial serta
tradisi-tradisi yang sudah mapan. Ada dua ungkapan dasar yang dipegang teguh
oleh konservatisme pendidikan. Pertama, peran sentral pelatihan rohaniah
sebagai landasan pembangunan karakter moral yang paling tepat. Kedua,
perlunya melestarikan dan meneruskan keyakinan-keyakinan dan praktek-praktek
yang sudah ada sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup secara sosial.[19]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ideologi pendidikan dapat diartikan sebagai ideologi
adalah seperangkat nilai atau cara berpikir yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan pendidikan.
2.
Konsep pendidikan dalam
tradisi liberal berakar dari cita-cita Barat tentang individualisme. Menurut
ideologi liberal, tugas pendidikan juga tidak ada sangkut pautnya dengan
persoalan politik dan ekonomi. Namun demikian, proses pendidikann tidak boleh
lepas sama sekali dengan kondisi-kondisi eksternal, namun harus bisa
menyesuaikan diri terhadap konndisi-kondisi tersebut. Ideologi
liberal bercabang menjadi tiga tradisi pokok yaitu libelarisme pendidikan,
liberasionisme pendidikan, dan anarkhisme pendidikan. Paradigma liberal ini
juga dipengaruhi oleh positivisme.
3.
Faham ideologi konservatif
memandang bahwa ketidaksederajatan masyarakat merupakan salah satu hukum
keharusan alami yang mustahil dihindari serta merupakan ketentuan sejarah.
Perubahan sosial bagi penganut faham ini bukanlah sesuatu yang harus
diperjuangkan. Ideologi
konsevatif bercabang menjadi tiga tradisi pokok yaitu fundamentalisme
pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan konservatisme pendidikan.
B. Saran
Ideologi
merupakan suatu dasar yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Baik
ideologi liberal maupun konservatif memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, oleh sebab itu tugas pendidik adalah memilah kelebihan dari
berbagai ideologi dalam pendidikan untuk diterapkan dalam pembelajaran. Terlepas
dari itu semua, penulis menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini, oleh
karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
hasil yang lebih baik ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rahman. 2012. Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika
Formulasi dan Implementasi. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, cet. 1).
Bagus Takwin. 2009.
Akar-akar Ideologi. (Yogyakarta: Jalasutra, cet. 2).
http://kbbi.web.id, diakses pada 24/02/2017
M.Yunus Abu Bakar, Pengaruh
Paham Liberalisme dan NeoliberalismeTerhadap Dunia Pendidikan di Indonesia, Jurnal
TSAQAFAH Vol. 8, No.1, April 2012, (Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor).
Toto Rahardjo, Mansour
Fakih, Roem Topatimasang. 2010. Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran
Kritis, (Yogyakarta: INSIST Press).
[1]
Arif Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, cet. 1 2012) 60.
[2]
Bagus Takwin, Akar-akar Ideologi, (Yogyakarta: Jalasutra, cet. 2, 2009)
27.
[3]
Ibid., 27.
[5]
Arif Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi, 63-64.
[6] Toto
Rahardjo, Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Pendidikan Popular: Membangun
Kesadaran Kritis, (Yogyakarta: INSIST Press, 2010) 24.
[7]
Ibid., 24-25.
[8]
Arif Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi, 64.
[9]
Arif Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi, 65-66.
[10]
Ibid., 65.
[11]
M.Yunus Abu Bakar, Pengaruh Paham Liberalisme dan NeoliberalismeTerhadap
Dunia Pendidikan di Indonesia, Jurnal TSAQAFAH Vol. 8, No.1, April 2012,
(Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor). 152-153
[12]
Arif Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi, 65-66.
[13]
Ibid., 66.
[14] Toto Rahardjo, Mansour Fakih, Roem
Topatimasang, Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Kritis,
(Yogyakarta: INSIST Press, 2010) 25-26.
[15] Arif
Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi,
60-61.
[16] Arif
Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi,
62-63.
[17]
Ibid., 62.
[18] Arif
Rahman, Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi,
63.
[19]
Ibid., 63.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar