SOSIOLOGI KURIKULUM
MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen
Pengampu : Ahmad Syaifuddin, M.Pd.I
Oleh
:
Dewi
Martalia Kurniasari
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan
membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada :
1.
Bapak Ahmad Syaifuddin, M.Pd.I yang telah memberikan
pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman semester III.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum. Saya menyadari
tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya saya senantiasa
mengharap adanya kritik dan saran guna perubahan yang lebih baik kedepannya.
Kendati demikian, saya berharap makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami
haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.
Krempyang, 21 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ....................................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum, Sosiologi, dan Hubungan Antara Keduanya.......... 2
B.
Perkembangan
Awal Sosiologi Kurikulum.................................................. 5
C.
Ruang
Lingkup dan Pokok Bahasan Sosiologi Kurikulum.......................... 8
D.
Kontribusi
Sosiologi Kurikulum................................................................. 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................................. 12
B.
Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan
pendidikan dan sekolah tentu tidak pernah lepas dari kata kurikulum. Seperti
yang kita ketahui, kemajuan jaman dengan berbagai perubahan didalamnya juga
menuntut penyesuaian dalam dunia pendidikan, dalam hal ini kurikulum sendiri
tentunya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan jaman ini akhirnya
menyebabkan kurikulum harus dirombak sedemikian rupa. Namun, merombak kurikulum
tentu tidak mudah, terlebih dengan berbagai masalah pendidikan di negara tersebut. Selain itu banyak pula
faktor yang dapat menghambat, salah satunya adalah faktor sosiologis yang
berhubungan langsung dengan masyarakat.
Salah satu tujuan
pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan
masyarakat, tentunya tidak hanya hidup, namun mempunyai kompetensi yang mampu
menjadi orang yang berguna bagi masyarakat itu sendiri. Adanya sosiologi
kurikulum adalah untuk mewujudkan pendidikan yang cenderung mempertahankan
keteraturan dan masyarakat normatif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat
ditari rumusan masalah sebagai berikut
1.
Bagaimanakah pengertian
kurikulum, soiologi, dan hubungan antara keduanya?
2.
Bagaimanakah awal
perkembangan sosiologi kurikulum?
3.
Bagaimanakah ruang lingkup dan
pokok bahasan sosiologi kurikulum
4.
Bagaimanakah kontribusi
sosiologi kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini yaitu
1.
Mengetahui dan memahami
pengertian kurikulum, soiologi, dan hubungan antara keduanya.
2.
Mengetahui dan memahami
awal perkembangan sosiologi kurikulum.
3.
Mengetahui dan memahami
ruang lingkup dan pokok bahasan sosiologi kurikulum.
4.
Mengetahui dan memahami
kontribusi sosiologi kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum, Sosiologi, dan Hubungan Antara Keduanya
1.
Pengertian Kurikulum
Ada berbagai definisi
kurikulum yang sudah berkembang seiring dengan dinamika dan urgensinya dalam
praktik pendidikan di sekolah. Beberapa definisi tersebut antara lain
dijelaskan oleh
a.
Bobbit : Kurikulum adalah sebuah jalan
untuk mempersiapkan murid untuk peran masa depan mereka dalam masyarakat
industri baru.
b.
John Dewey : Kurikulum
merupakan rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak
didik melelui suatu susunan pengetahuan yang terorganisasi dengan baik.
c.
Good : Kurikulum adalah sebuah rencana umum tentang isi atau materi
tertentu dari instruksi bahwa sekolah harus memenuhi kualifikasi atau
sertifikassi serta dpat melanjutkan bidag profesional atau kejuruan.
d.
Harold Rugg : Kurikulum
adalah suatu rangkaian pengalaman yang memiliki kemanfaatan maksimum bagi anak
didik dalam mengembangkan kemampuannya agar dapat menyesuaikan dan menghadapi
berbagai situasi kehidupan.
e.
Ralph Tyler : Kurikulum
seluruh pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahlan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
f.
Hilda Taba : Kurikulum
pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus, yang
materinya dipilih dan diorganisasikan berdasar suatu pola tertentu untuk
kepentingan belajar mengajar dan penilaian.[1]
Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan rekonstruksi
berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar dari sebuah rencana umum atau
materi yang diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.
Pengertian Sosiologi
Sosiologi berasal dari
bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours
De Philosophie Positive" karangan August Comte
(1798-1857). Beberapa definisi sosiologi menurut para ahli antara lain
a.
Pitirim Sorokin : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya
gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
b.
Roucek dan Warren : sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok.
d.
Sumardjan Soemardi : Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
e.
Soerjono Soekanto : sosiologi
adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan
masyarakat.[2]
Walaupun
banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya
sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat
adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan
bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis
oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga,
suku bangsa,
negara,
dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.[3]
3.
Hubungan Antara Kurikulum
dan Sosiologi
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk
mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah
peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat dan harus
kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik sudah kembali kemasyarakat tentunya
ia harus membekali diri dengan kompetensi-kompetensi sehingga mampu menjadi
orang yang berguna bagi masyarakat. Berdasarkan pemikiran ini maka sangatlah
logis jika pengembangan kurikulum juga dilandaskan pada kebutuhan masyarakat. Disamping itu,
dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan
pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar
apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan dan harus
ditunjang oleh masyarakat.
Dalam perspektif sosiologi, Emile Durkheim
mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses mempengaruhi yang dilakukan oleh
generasi dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan fungsi-fungsi
sosial. Sasarannya adalah melahirkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik,
intelekdan watak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sementara, Talcott Parsons
menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses sosialisasi yang dalam diri individu
memungkinkan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kecakapan yang diperlukan
dalam melaksanakan peran-peran sosial.
Kedua pengertian diatas menunjukkan bahwa pendidikan
tidak hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, akan tetapi juga kecakapan
dan keterampilan, sikap dan nilai-nilai
serta tanggug jawab agar peserta didik
mampu menjalankan fungsi dan peran
sosialnya.[4] Berkaitan dengan hal
tersebut, di Indonesia sendiri sudah dikembangkan kurikulum dengan konsep
muatan lokal dalam kurikulum 1984 dan 1994, yang kemudian disempurnakan dalam
kurikulum 2004 yang disebut kecakapan hidup. Nana Syaodih mengungkapkkan bahwa
melalui pendidikan, manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang, dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan
demikian, kurikulum yang dikembangkan seharusnya mempertimbangkan, merespon dan
berlandaskan perkembangan sosial buadaya masyarakat, baik dalam konteks lokal,
nasional, maupun global.[5]
B. Perkembangan Awal Sosiologi Kurikulum
1.
Munculnya Sosiologi
Kurikulum
Sosiologi
kurikulum merupakan studi yang relatif baru dalam disiplin sosiologi. Sosiologi
kurikulum awalnya hanyalah suatu kajian dalam sosiologi pendidikan. menurut
Musgrave, sosiologi kurikulum berkembang sejak awal 1970. Ini diawali dengan
konsen para sejarawan yang menulis tentang kurikulum dan mereka menggunakan
konsep-konsep sosiologis. Munculnya sosiologi kurikulum juga dikarenakan
perkembangan dalam sistem pendidikan di berbagai negara yang menempatkan
kurikulum sebagai posisi penting di sekolah. Pada akhir 1960 sampai awal 1970,
di Inggris terjadi pergeseran paradigma dalam kajian sosiologi pendidikan yang
cenderung mempertahankan keteraturan dan masyarakat normatif sebagaimana
menjadi corak pemikiran sosiologi di Inggris.
Menurut Michael
F.D Young, pada saat itu kalangan sosiolog pendidikan maupun ahli kurikulum Inggris
belum mampu memberikan jawaban memuaskan mengenai apakah pengetahuan itu
berharga bagi pendidikan? Dan apakah perbedaan signifikan antara kurikulum dan
pengetahuan sehari-hari yang didapatkan di rumah, di masyarakat dan di tempat
kerja? Mereka hanya mampu memberikan jawaban secara umum. Mereka melihat dua
pertanyaan ini sebagai bagian dari sistem pendidikan yang ada. Hal ini
mendorong kalangan sosiolog pendidikan untuk terus melakukan kajian guna
mencari jawaban dan analisis yang memuaskan. Pergeseran paradigma ini
melahirkan arah dan pendekatan baru yang dirintis oleh sejumlah intelektual
yang berada di Institute of Education, London. Lembaga ini berdiri sejak
1909 dan berada di bawah naungn University of London, yang memusatkan
perhatiannya pada kajian pendidikan dari berbagai perspektif.
Lembaga ini
menerbitkan publikasi yang menegaskan perhatiannya pada sifat dan karakteristik
pengetahuan sekolah sebagai hal penting dalam pendidikan khususnya sekolah.
Dalam diskusi-diskusi lembaga kemudian melahirkan sebuah pendekatan baru untuk
mengkaji kurikulum yang berada di sekolah. Pendekatan baru ini disebut dengan
“New Sociology of Education”. Fase yang berkembang pada periode ini adalah
bermunculannya generasi sosiolog dengan perspektif pemikiran fenomonologis dan
neo-marxian. Kurikulum dipahami sebagai manifestasi dan akumulasi pengetahuan
yang bekembang di sekolah. Yang mana dalam perkembangannya kita kemudian
mengenalnya sebagai sosiologi kurikulum.
Pendekatan “New
Sociology of Education” memandang sekolah atau pendidikan formal lebih luas,
melibatkan transmisi pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal
ini menjadi premis dari sosiologi pendidikan sejak awal, tetapi sejak 1970-an,
premis itu menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan atau bahkan bertentangan.
Pendekatan tersebut menjelaskan kurikulum sebagai realitas konstruksi soisl
sebagaimana realitas sosial lainnya. Hal tersebut dapat dilihat ketika
kurikulum dapat sering berubah seiring dengan perubahan kebijakan politik.
Dalam menjelaskan kaitannya dengan perubahan kebijakan politik, sering kali
sosiolog pendidikan mengabaikan aspek ini.
Di awal tahun
1970-an, Young mendefinisikan sosiologi kurikulum sebagai sebuah kerja
intelektual untuk mengaitkan prinsip-prinsip, seleksi dan pengorganisasian
kurikulum dalam sekolah serta kaitannya dengan setting interaksi sosial yang
mana berada dalam struktur sosial yang lebih luas. Penjelasan ini dapat
dipahami bahwa kurikulum bukanlah sebuah ruang yang hampa, tetapi sebuah arena
yang mengaitkan interaksi sekaligus relasi antara kelas, sekolah dan masyarakat
yang lebih luas. Pada level inilah, sosiologi kurikulum lahir dan berkembang.
Lahirnya sosiologi kurikulum juga harus dilihat bahwa kurikulum merupakan
sebuah penemuan sosial yang menggambarkan kesadran maupun ketidaksadaran
sebagai pilihan budaya yang didasarkan atas nilai , kepercayaan kelompok yang
dominan. Disinilah nilai sosiologi kurikulum mulai membahas tentang ideologi
kelompok dominan dalam praktik kurikulum di sekolah. Dengan demikian lahirnya
sosiologi kurikulum tidak bisa dipisahkan dari lahirnya “the New Sociology of
Education”.
2.
Perintis Sosiologi
Kurikulum dan Karyanya
a.
Basil Bernstein
Basil Bernstein adalah ahli
sosiologi Inggris yang turut merintis the New Sociology of Education. Ia
menjelaskan dua konsep analisis tentang kurikulum yaitu:
1)
Klasifikasi, yaitu
pengorganisasian pengetahuan ke dalam kurikulum dengan analisisnya terkait
transmisi pengetahuan berdasarkan praktik pedagogi di sekolah. Kurikulum dibagi
menjadi dua klasifikasi yaitu : (a) highly differentiated yang merujuk
pada pelajaran-pelajaran tradisional yang ketat standarnya, dan (b) weak
classification yaitu kurikulum yang terintegrasi, batasan antara subjeknya
lemah.
2)
Kode, yaitu prinsip
regulatif yang ditekankan melalui sejumlah sistem pesan terutama kurikulum dan
pedagogi. Ada dua tipe kode kurikulum, yaitu : (a) Collection yang lebih
cenderung masuk kedalam klasifikasi kurikulum yang kuat. (b) integrated yang lebih cenderung dalam
klasifikasi kurikulum yang lemah.
Selain turut merintis the New
Sociology of Education karya Basil Bernstein yang lain adalah buku Primary
Socialisation Language and Education; Class, Code, and Control, serta paper
yang berjudul On the Classification and Framing of Education Knowledge.
b.
Michael F.D Young
Michael F.D Young
lahir pada 1934 di London, ia adalah kolega dari Bail Bernstein yang merintis
pendekatan baru the New Sociology of Education. Ia fokus pada kajian
sosiologi pengetahuan dengan s[esialisasi isu kurikulum dalam reformasi pendidikan.
Dia juga konsen dengan pembelajaran digital dan peran kurikulum digital
teknologi. Menurut Michael F.D Young, peran kurikulum adalah memutuskan apa
yang harus dilakukan sekolah maupun hal-hal yang tidak dilakukan sekolah.
Selain itu juga, kurikulum menekankan bagaimana mencari jalan alternatifuntuk
mengembangkan intelektual murid-merid sebgai refleksi gnerasi muda di
negaranya.
Selain publikasi
Bernstein, karyanya yang lain adalah Knowledge and Control, Making
the Case for knowledge Bringing Knowledge Back in: From Social Constructivism
to Social Realismin the Sociology of Eduation.
c.
John Meyer
John Meyer adalah
profesor sosiologi pendidikan emiretus di University of Stanford AS. dia
menjelaskan kurikulum dengan pendekatan institusional, yakni bahwa seklah dan
kurikulum sepenuhnya dikontrol oleh pemerintah. Karakteristik pendekatan ini
juga menjelaskan bagaimana lembaga pendidikan selalu terkait dengan institusi
penting di masyarakat. Pemahaman intinya dalah setiap lembaga pendidikan
termasuk kurikulum harus mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat yang
dapat mempertahankan legitimasinya melalui penyesuaian kepada nilai dan norma
yang berlaku.
Dari pendapatnya
tersebut ia kemudian dikenal sebagai perintis dan kontributor teori
institusional dalam ilmu sosial khususnya sosiologi. Beberapa tulisannya yang
terkait dengan kurikulum yaitu “Values Education in the Curriculum: Some
Comparative Empirical Data”, “The Content of the Curriculum: An
Institutionalist Perspective”, “Comparative and Historical Reflections on the
Curriculum: The Changing Meaning of Science”.[6]
C. Ruang Lingkup dan Pokok Bahasan Sosiologi Kurikulum
Sosiologi
kurikulum adalah studi yang membahas relasi sosial politik kurikulum di
masyarakat secara luas. Di dalamnya juga menjelaskan bagaimana terjadinya
dominasi oleh kelompok dan ideologi dominan terhadap kelompok yang secara
sosial lebih lemah. Sosiologi kurikulum adalah sebuah terobosan akademik yang
dirintis oleh sosiolog pendidikan dari Institute of Education,
University of London melalui pendekatan new of Sociology Education.
Sosiologi kurikulum menggunakan basis perspektif sosiologi untuk menjelaskan
dinamika kurikulum.
Pada dasarnya
sosiologi kurikulum tidak menempatkan kurikulum sebagai sebuah ruang yang
hampa, melainkan kurikulum dipahami sebagai gejala sosial yang dinamis,
kontradiktif, dan contested. Asumsi dasar ini sama dengan berbagai
gejala sosial lainnya seperti agama, industri, demokrasi, kesehatan,
pembangnan, gender, olah raga, hak asasi manusia, dan sebagainya. Karena
menggunakan perspektif sosiologis, tentu pendekatannya berbeda dengan studi
kurikulum pada umumnya. Studi kurikulum sendiri pada awalnya menjadi rujukan
utama perintis sosiologi kurikulum. Sosiologi kurikulum tidak lagi mengkaji
kurikulum secara praktis yang membahas bagaimana implementasi kurikulum di
kelas. Meski demikian, sosiologi kurikulum tetap menempatkan kelas dan sekolah
sebagai setting penting beroperasinya praktik kurikulum tersebut.
Di awal lahirnya
studi kurikulum, sekitar tahun 1920, memang sudah disaddari bahwa studi
kurikulum akan melahirkan pendekatan hilostik, transdisiplliner yang
memperhatikan keterkaitan berbagai disiplin ilmu. Ada perbedaan mendasar
sosiologi kurikulum dengan pendekatan studi kurikulum, yaitu studi kurikulum
berkecenderungan membahas berbagai teknis dan praktik kurikulum di sekolah dan
khususnya kelas yaitu membahas tentang desain, implementasi dan evaluasi
kurikulum. Dalam pembahasan studi kurikulum juga terdapat beberapa isu penting
lain yang tertuang dalam beberapa pertanyaan seperti apa manfaat mempelajari
kurikulum, kenapa kurikulum harus dipelajari, bagaimana kurikulum diperaktikkan
di sekolah, apa yang bisa dijelaskan kurikulum tentang relasi teori dan praktik
pendidikan serta relasi program sekolah dan struktur masyarakat dimana sekolah
itu berada. Itulah beberapa isu penting yang dipelajari studi kurikulum.
Berbeda dengan
studi kurikulum, sosiologi kurikulum dalam analisisnya bergerak lebih jauh
untuk menjelaskan seluruh dinamikamaupun kontradiksi dalam produksi pengetahuan
hingga praktiknya di sekolah. Selain itu, sosiologi kurkulum juga menjelaskan
mengenai relasi dan kontestasi aktor-aktor yang terlibat dalam kurikulum
tersebut. Aktor tersebut antara lain guru (pendidik), murid, sekolah, maupun
masyarakat. Semua aktor ini berkepentingan untukterlibat dalam mekanisme
kurikulum tersebut. Hal lain yang perlu dijelaskan juga, studi sosiologi
kurikulum dalam analisisnya cenderung lebih menggunakan pendekatan makro. Hal
tersebut dapat dilihat dari peran dan kekuasaan negara maupun ideologi kelompok
dominan. Secara umum dapat dijelaskan pokok bahasan sosiologi kurikulum yaitu:
1.
Kekuasaan (power)
Tema kekusaan
adalah tema sentral dalam sosiologi kurikulum. Jika ditelusuri secara kritis di
semua referensi yang membahas tentang sosiologi kurikulum pasti selalu
membicarakan kekuasaan. Pokok bahasan ini seolah menjadi suatu kesatuan yang
tak bisa dipisahkan dalam praktik kurikulum di sekolah. Negara atau kelompok
dominan sangat berkepentingan dengan mekanisme kurikulum tersebut untuk
mempertahankan sekaligus memproduksi alat kekuasaan maupun kepentingan
ideologisnya. Kurikulum dalam kelompok dominan dipandang sebagai soft
mecanism yang paling ampuh dan strategis. Mekanisme tersebut berlangsung secara
masif, kontinu, dan menjadi sesuatu yang given. Hal itu terus
dipertahankan sepanjang sekolah tersebut ada. Beberapa pemikir yang fokus
dengan pokok bahasan ini antara lain Michael Apple, Michel Foucault, dan Henry
Giroux.
2.
Ideologi
Konstruksi ideologi
dapat ditransformasikan melalui kurikulum ileh aktor yang dominan. Mereka yang
memiliki kekuasaan akan dengan mudah mewariskandan mempertahankan wajah
ideologi mereka antargenerasi. Pokok bahasan ini juga menjadi isu sentralselain
kekuasaan. Penetrasi ideologis dapat berjalan tanpa kesadaran kritis dari
kelompok dominan yang berkuasa. Ideologi apapun akan dengan mudahdisampaikan
melalui praktik kurikulum tersebut. Studi sosiologi kurikulum berupaya untuk
menjelaskan bagaimmana ideologi itu bisa dipraktikkan dan dipertahankan secara
masif.
3.
Ketimpangan sosial ekonomi
Pokok bahasan lain
yang juga terkait aalah ketimpangan sosial ekonomi yang diakibatkan praktik
kurikulum tersebut. Kelompok dominan yang berkuasa sangat mungkin adalah mereka
yang secara sosial ekonomi merupakan kelompok yang memiliki akses kapitallebih
dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya. Pokok bahasan ini dijelaskan oleh
Pierre Bourdieu.
4.
Ketimpangan gender
Tidak dapat
dipungkiri juga bahwa praktik kurikulum di sekolah mewariskan ketimpangan
gender melalui seperangkat teks pelajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya.
Ketimpangan gender itu berada di teks, buku pelajaran maupun berbagai intruksi
pengajaran yang bias gender. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai
konstruksi yang seksis dan cenderung stereotipe terhadap perempuan. Laki-laki
dianggap superior dan perempuan sebaliknya. Murid tanpa disadari menerima teks
dan penjelasan yang bias gender sebagai sebuah kebenaran. Hal ini yang akan
terus direproduksi dalam rasionalitas masyarakat tersebut. Fenomena yang
terjadi kemusian adalah ketimpangan gender akan semakin terlembagakan dalam
masyarakat yang ada. Pokok bahasan ini banyak dianalisis oleh pemikir feminis
yang mendobrak ketimpangan gender dalam kontruksi teks maupun instruksi
pengajaran yang ada
D. Kontribusi Sosiologi Kurikulum
Meski sosiologi
kurikulum relatif baru perkembangannya, yaitu dirintis awal 1970, tetapi
perkembangannya hingga saat ini sangat signifikan. Studi sosiologi kurikulum
lahir hampir 50 tahun setelah studi kurikulum dirintis pada 1920. Peran dan
kontribusi sosiologi kurikulum dapat dikelompokkan dalam dua bagian pentig
yaitu:
1.
Secara teoretis
Sosiologi
kurikulum digagas sejak 1970 hingga saat ini masih terus berupaya mengembangkan
berbagai teori, pendekatan, maupun perspektif terbaru sebagai upaya
pengembangan keilmuan. Pengembangan keilmuan ini sangat penting untuk
memperkuat sosiologi kurikulum secara disiplin ilmu. Berbagai akademisi di
seluruh dunia terus melakukan riset dan kajiannya dengan menggunakan berbagai
perspektif maupun interdisiplin untuk melahirkan analisis-analisis baru.
Misalnya apa yang dilakukan Henry Groux tentang relasi kurikulum dengan cultural
studies maupun dengan popular culture. Peter McLaren mengaitkan isu
kurikulum dengan kajian citizenship. Masih banyak pendekatan lain yang
merupakan hasil dari riset akademik yang sangat panjang. Dengan demikian,
sosiologi kurikulum akan semakin dinamis kajiannya. Hal ini harus dilakukan
agar sosiologi kurikulum tidak mengalami kemandekan intelektual. Selain dengan
perkembangan berbagai perspektif baru, kontribusi ini juga melahirkan berbagai
pendekatan metodologi untuk melakukan penelitian terkait kurikulum.
2.
Secara praktis
Meski sosiologi
kurikulum tidak secara spesifik membahas mengenai hal ihwal
kurikulumdipraktikkan di dalam kelas atau sekolah, tetapi sosiologi kurikulum
menjelaskan mengenai implikasi praktik kurikulum tersebut dalam melahirkan
kesadaran kritis di kalangan aktor-aktor yang terlibat dalam praktik pendidikan
tersebut. Tentu saja ini tidak mudah dan secara langsung dpat melihat
perubahannya, tetapi implikasi sosial kritis ini dapat meresap dalam
rasionalitas dan diri mereka. Hal tersebut dapat memerlukan waktu yang lama. Dengan kata lain, melahirkan
kesadaran kritis melalui kajian sosiologi kurikulum bukanlah pekerjaan yang
instan atau seoalah membalikkan telapak tangan. Tujuan jangka panjangnya adalah
bagaimana menumbuhkan suasana demokratis dalam praktik pendidikan.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Kurikulum merupakan
rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar dari sebuah
rencana umum atau materi yang diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan, sedangkan umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat.
Hubungan antara keduanya yaitu pengembangan kurikulum yang berdasarkan
sosiologi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan pendidikann yang tidak hanya
mengembangkan aspek pengetahuan, akan tetapi juga kecakapan dan keterampilan
sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab agar peserta didik mampu menjalankan
fungsi dan peran sosialnya.
2.
Sosiologi kurikulum
berkembang sejak awal 1970. Ini diawali dengan konsen para sejarawan yang
menulis tentang kurikulum dan mereka menggunakan konsep-konsep sosiologis.
Lahirnya sosiologi kurikulum tidak bisa dipisahkan dari lahirnya “the New
Sociology of Education”. Perintis sosiologi kurikulum antara lain Basil
Bernstein, Michael F.D Young, dan John Meyer.
3.
Sosiologi kurikulum adalah
studi yang membahas relasi sosial politik kurikulum di masyarakat secara luas.
Di dalamnya juga menjelaskan bagaimana terjadinya dominasi oleh kelompok dan
ideologi dominan terhadap kelompok yang secara sosial lebih lemah. Secara umum
dapat dijelaskan pokok bahasan sosiologi kurikulum yaitu kekuasaan (power),
ideologi, ketimpangan sosial ekonomi, dan ketimpangan gender.
4.
Peran dan kontribusi
sosiologi kurikulum dapat dikelompokkan dalam dua bagian pentig yaitu secara
teoretis dan secara praktis
B. Saran
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk
mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat, disamping itu,
dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan
pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar
apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan dan harus
ditunjang oleh masyarakat. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan
seharusnya mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan perkembangan sosial
buadaya masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat Hidayat, Pengantar
Sosiologi Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011)
Sholeh Hidayat, Pengembangan
Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
Zainal Arifin, Konsep
dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014)
https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_Sosiologi
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi
[1]
Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011) hlm. 7-9.
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_Sosiologi
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi
[4]
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014)hlm. 66.
[5]
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013) hlm. 47-48
[6]
Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011) hlm. 49-65
[7] Ibid,
hlm. 66-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar