Kamis, 12 Januari 2017

DORONGAN-DORONGAN DALAM AL-QUR’AN

DORONGAN-DORONGAN DALAM AL-QUR’AN

Oleh:
Aqim Durrotul Aimmah
Dewi Martalia K.
A.  Pendahuluan
Sebagai manusia yang memiliki banyak sekali kebutuhan baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, yang mana kebutuhan primer ini merupakan kebutuhan yang harus di penuhi karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kebutuhan mempertahankan eksisitensi diri dan memelihara keberlanjutan spesies. Ada juga kebutuhan untuk mencapai ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup. Kebutuhan-kebutuhan pokok itulah yang mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu kebutuhan primer manusia adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis berkaitan dengan keseimbangan organik dan kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari makanan atau kandungan air dalam tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia supaya berusaha memperoleh makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhannya.
Di samping kebutuhan fisiologis, manusia juga mempunyai kebutuhan psikologis dan spiritual. Diantara kebutuhan tersebut ada yang bersifat penting dan lazim. Tujuannya ialah untuk menciptakan rasa aman dan ketenangan jiwa. Kebutuhan ini ada pada setiap diri manusia seperti kebutuhan untuk mengenal Allah SWT. Dan sesuatu untuk mendapatkan rasa aman, nyaman dan damai dari mengenal Tuhannya. Sebagaimana juga manusia mempunyai naluri untuk bersosialisasi dalam suatu komunitas.
Manusia butuh untuk meraih prestasi, sukses, unggul dari yang lain, dan merealisasikan ambisinya, karena semua itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri, puas dan bahagia. Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang dorongan fisiologis dan psikologis. Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari bersama tentang kedua dorongan tersebut.

B.  PEMBAHASAN
1.    Pengertian Dorongan
Dorongan ialah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai tujuan. Dorongan-dorongan itulah yang mendorong makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhannya serta mendorong makhluk hidup untuk melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[1]

K.S. Lashley berpendapat bahwa motivasi dikendalikan oleh respon-respon susunan saraf sentral ke arah rangsangan dari dalam dan dari luar yang variasinya sangat komplek termasuk perubahan komposisi kimiawi dan aliran darah. Para ahli jiwa modern membagi dua dorongan pokok yaitu: dorongan fisiologis dan psikologis.

2.    Dorongan Fisiologis
Dorongan fisiologis berkaitan dengan keseimbangan organik dan kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari makanan atau kandungan air dalam tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia berusaha untuk mendapatkan makanan dan air untuk memenuhi kebutuhannya yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Motivasi fisiologis ini bersifat naluriah dan tidak di peroleh melalui proses pembelajaran (al-muktasabah). Motivasi fisiologis meliputi berbagai kebutuhan seperti rasa lapar, rasa haus, bernapas, istirahat (tidur), buang air besar dan air kecil, hubungan seksual, dan lain-lain.
Allah telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk, telah menciptakan dalam diri para makhluk-Nya karakteristik dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang telah di ciptakan Allah bagi mereka.
رَبَّنَاالَّذِى أَعْطَى كُلَّ شىءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
“Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS, Thaha, 20 : 50)
Fungsi fungsi fisiologis yakni melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia. Fungsi fisiologis inilah yang memenuhi kebutuhantubuh dan menutup semua kekurangan organis dan kimiawi yang menimpa tubuh. Fungsi-fungsi tersebut yang selalu menjaga kadar tertentu dari keseimbangan biologis yang di perlukan untuk memelihara diri dan kelangsungannya. Dan apabila keseimbangan ini mengalami gangguan maka timbulah suatu dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Kegiatan yang spontan ini berlangsung atas dorongan fisiologis murni, tanpa adanya dorongan individu yang bersangkutan, misalnya seperti dorongan yang timbul sewaktu mata meneteskan air mata karena ada benda asing yang masuk ke dalam kelopak mata.
Dorongan fisiologis terbagi menjadi dua yakni : pertama, dorongan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup individu, dan yang kedua dorongan yang di perlukan untuk menjaga kelestarian jenisnya.


a.    Dorongan Untuk Menjaga Diri
Allah telah mengemukakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang dorongan-dorongan  fisiologis yang berfungsi untuk menjaga diri dan kelangsungan hidup individu, misalnya dorongan rasa lapar, haus, lelah, kapanasan, rasa sakit dan bernafas.
Dalam firman-Nya kepada Adam sewaktu ia masih di surga, Allah mengingatkan nikmat yang telah ia terima. Karena karunia itulah ia tidak tertimpa rasa lapar atau haus, tidak telanjang sehingga tidak merasa malu dan menjadi sakit karena perubahan cuaca, serta tidak merasakan panasnya sinar matahari. Tetapi Allah juga mengingatkannya agar tidak terjatuh dalam godaan syetan yang berusaha mengeluarkannya dari surga, agar Adam turun kebumi dan ia beserta anak-anaknya akan merasakan susah payahnya berusaha, bekerja untuk mendapatkan makanan dan mencari air minum. Firman Allah SWT :
فَقُلْنَا يَأَدَمَ أِنَّ هَذَاعَدُوَّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمِامِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى . أِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوْعَ فِيْهَاوَلَاتَعْرَى وَأَنَّكَ لَاتَطْمَؤُا فِيْهَا وَلَا تَضْحَى.فَوَسْوَسَ أِلَيْهِ الشَّيْطَنَ قَالَ يَأَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ اَلحُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلِى .
“Maka kami berkata : “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali- kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkankamu sengsara. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan di timpa panas matahari di dalamnya”. Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “ Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?”(QS,Tha Ha, 20: 117-120).
Dalam ayat tersebut terkandung tiga dorongan penting untuk menjaga diri. Yaitu dorongan rasa lapar, rasa haus dan dorongan untuk menghidari panas dan dingin yang berlebih-lebihan. Di dalam ayat itu juga mengisyaratkan dorongan untuk tetap hidup dan dorongan memiliki (yang termasuk dorongan psikologis). Dorongan untuk tetap hidup dan dorongan untuk memiliki inilah yang melapangkan jalan syetan untuk menggoda Adam : “Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?”.  Maka Adam pun lupa akan peringatan Allah dan memakan buah pohon keabadian tersebut.
b.    Dorongan Mempertahankan Kelestarian Hidup Jenis
Sebagaimana dengan kebijaksanaan-Nya, Allah telah menciptakan dalam diri manusia dan hewan dorongan-dorongan fisiologis alamiah yang mendorong manusia untuk mempertahankan kalestarian jenisnya yang terbagi menjadi dua bagian yakni dorongan seksual dan dorongan keibuan.
1)   Dorongan Seksual
Dorongan seksual mempunyai suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksual inilah dapat terbentuknya keluarga, dari keluarga terbentuk bangsa, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan serta industri menjadi maju.
فَاطِرُالسَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَجًاوَمِنَ الْأَنْعَمِ أَزْوَجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ, وَهُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula) , di jadikann-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS, Asy-Syura, 42 : 11)
Dorongan seksual merupakan landasan pembentukan keluarga, dimana suami dan istri sama-sama mendapatkan kedamaian hati, sehingga timbul rasa aman tentram dan damai. Dan antara keduanya timbul perasaan cinta, kasih sayang, dan rahmah yang akan mendorong terpeliharanya kehidupan bersama dengan harmonis dan rasa saling tolong-menolong.
3.    Dorongan Psikis
Dorongan psikis ialah dorongan yang tidak bisa di rujukkan secara langsung pada kondisi fisiologis, dorongan psikis merupakan dorongan yang dipelajari manusia dalam proses sosialisasi yang dijalaninya. Ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan psikis merupakan dorongan yang di peroleh berdasarkan dorongan fisiologis kita. Dorongan psikis tidak ada hubungannya dengan menjaga eksistensi diri dan kelestarian jenis, dorongan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian dorongan ini juga menjadi kebutuhan penting bagi manusia, karena kebutuhan ini memberikan rasa aman, tentram dan bahagia. Dorongan psikis terbagi menjadi :
a.    Dorongan Memiliki
Dorongan memiliki termasuk dorongan psikis yang di pelajari manusia dalam proses sosialisasi. Dari kebudayaan manapun dan pengalaman pribadinya, manusia belajar rasa cinta untuk memiliki harta, dan berbagai hak milik yang menumbuhkan rasa tentram dari kemiskinan dan membekalinya dengan pengaruh pangkat, dan kekuatan dalam masyarakat. Firman Allah:
زُيِّنَ لِلنَّاسش حُبَّ الشَّهَوَتِ مِنَ النِّسَاءِوَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَطِيْرِ المُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْحَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَم وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَعُ الحَيَوةَ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَأَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik(surga).”(QS, Ali Imran, 3:14)
     
Dorongan memiliki ini merupakan salah satu di antara dua dorongan penting yang di bangkitkan iblis pada diri Adam as, yang membuatnya jatuh pada perbuatan maksiat. Seperti yang terkandung dalam QS, Tha Ha, 20:120, “Kemudian syetan membisikkan pikira jahat kepadanya, dengan berkata:” Hai Adam maukah saya tunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?”.
Dari godaan syetan terhadap diri Adam bahwa ia akan menunjukkan kepada Adam “ kerajaan yang tidak akan binasa”, dengan sendirinya dapat di simpulkan bahwa dorongan memiliki merupakan dorongan alamiah atau instink pada diri Adam dan anak-anaknya.
b.    Dorongan Memusuhi
Dorongan memusuhi nampak dalam tingkahlaku manusia yang memusuhi orang lain dengan tujuan untuk menyakiti, baik dalam bentuk fisik maupun kata-kata. Permusuhan pertama yang terjadi dalam kehidupan manusia yaitu permusuhan Qabil, anak adam terhadap saudaranya Habil yang tercantum dalam firman Allah :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأْ اَبْنَى أَدَمَ بِالْحَقِّ اِذْ قُرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِ هِمَاوَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنْ الْاَخَرِ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ .لَئِنْ بَسَطتَ اِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِىَ أِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَ اِنِّى أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَلَمِيْنَ . اِنِّى أُرِيْدُ أَنْ تَبُوْأَ وَاِثْمْكَ فَتَكُوْنَ مِنْ أَصْحَبِ النَّارِ وَذَلِكَ  جَزَؤُا الظَّلِمِيْنَ . فَطَوَّ عَتْ لَهُ نَفْسُهُ, قَتْلَ أَخِيْهِ فَقَتَلَهُ,فَأَصْبَحَ مِنَ الْحَسِرَيْنَ.
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak di terima dari yang lain. Ia (Qabil) berkata: “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerim korban dari orang yang bertakwa”. “ Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tikan akan sekali-kali menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itulah di bunuhnya, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi”. (QS,Al-Maidah, 5:27-30)



Para ahli ilmu jiwa dan pskologi berbeda pendapat mengenai permusuhan, apakah permusuhan itu termasuk dorongan alamiah atau dorongan yang di peroleh dengan belajar? Freud dan Lorenz bahwa permusuhan termasuk dorongan alamiah, namun ahli jiwa lainnya tidak sepakat dengan pendapat tersebut. Sebab ini memberikan konsepsi yang negatif dan pesimistis terhadap tabiat manusia. Dengan wawasan yang seperti itu manusia akan nampak memiliki fitrah yang cenderung melakukan kejahatan dan permusuhan. Sedangkan Fromm dan Moslow, cenderung mengukuhkan aspek-aspek yang positif, kooperatif dan baik dalam tabiat manusia.
c.    Dorongan berkompetisi
Kompetisi merupakan salah satu dari dorongan psikis yang dipelajari seseorang dari kebudayaan dimana ia hidup. Pendidikan yang di terimanya mengantarkannya pada aspek-aspek dimana kompetisi di pandang baik, demi kemajuan dan perkembangannya sesuai dengan nilai-nilai yang di pegang oleh masayakat dimana tempatnya tinggal. Terkadang seseorang belajar dari kebudayaan dimana ia hidup, kompetisi ekonomis, kompetisi politik, kompetisi ilmiah atau kompetisi-kompetisi lainnya. Dalam Al-Qur’an di jelaskan kompetisi dalam hal bertaqwa kepada Allah, kebajikan, berpegang teguh peda nilai-nilai manusiawi yang luhur, dan lain-lain.
سَا بِقُوْا اِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكَمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِوَالْاَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْابِاللهِ وَرُسُلِهِ,ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاُء وَاللهِ ذُوالْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang di sediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, di berikan-Nya kepada siapa yang  di kehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS, Al-Maidah, 5:48)
Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa manusia di anjurkan agar berlomba-lomba(berkompetisi) dalam mendapat ampunan dari Allah.
d.   Dorongan Beragama
Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah dalam waktak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan Sang Penciptanya dan Pencipta alam semesta, dorongan untuk menyembah-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali ia ditimpa malapetaka dan bencana. Namun godaan duniawi yang lebih mementingkan kebutuhan jasmani atau materi dapat membuat manusia lupa pada fitrahnya sebagai makhluk berTuhan bahkan lambat laun dapat terkikis sehingga manusia akan semakin jauh dari nilai-nilai spiritualitas keagamaan yang sebenarnya tersembunyi dalam relung bawah sadarnya.
وَاِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِى أَدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوْابَلَى شَهِدْنَا اَنْ تَقُوْلُوْايَوْمَ الْقِيَمَةِ اِنَّ كُنَّا عَنْ هَذَا غَفِلِيْنَ
“Dan (ingatlah),  ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):” Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul(Engaku Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) tak tahu apa-apa tentang hal ini”.(QS, Al-A’araf, 7: 172)
Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk mengenal Allah dan mengesakan-Nya. Jadi pengakuan terhadap terhadap Tuhan tertanam kuat dalam fitrahnya dan telah tertanam dalam jiwa manusia sejak zaman azali.
4.    Konflik Antar Dorongan
Apabila sebagian dorongan pada diri manusia saling bertentangan, misalnya saja salah satu dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain tertarik ke arah yang berlawanan, maka orang itu akan tertimpa perasaan resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus di tempuhnya. Keadaan demikian di sebut konflik psikis. Dalam Al-Qur’an konflik psikis di deskripsikan sebagai keadaan yang di derita oleh sebagian orang yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan. Jadi, tidak sepenuhnya mereka beriman tapi tidak juga dalam keadaan kafir. Firman Allah :
قُلْ أَنَدْعُوْامِنْ دُوْنِالله مَالاَيَنْفَعُنَا وَلاَيَضُرُّنَا وَنُرَدَّعَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدّ اِذَ هَدَنَا الله كَالَّذِى اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَطِيِنُ فِي الاَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ, أَصْحَبٌ يَدْعُوْنَهُ, اِلَى الْهُدَى ائتِنَا
“Katakanlah: “Apakah kita akan menyaru selain pada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan di kembalikan ke balakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah di sesatkan syetan di bumi dalam keadaan bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan) : “Marilah ikuti kami...”(QS, Al-An’am, 6:71)
     

Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang di  timbulkan pada diri seseorang. Dari satu pihak syetan berusaha menjatuhkan dan meniknya kearah kesesatan dan kekafiran. Di pihak lain, kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan. Sementara itu ia berdiri tegak ditengah-tengah, diantara kedua seruan.

5.    Pengendalian Dorongan
Allah telah menciptakan berbagai dorongan dalam diri manusia gunamerealisasian tujuan yang di kehendaki Allah seperti penjagaan diri dan kelangsungan hidup seluruh jenis. Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang mengisyaratkan di anggap buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun di ingkari. Sebaliknya, Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya mengendalikan dorongan-dorongan tersebut dengan batas-batas yang di perkenankansyari’at,dan tanpa berlebih-lebihan.
يَأَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُوْالاَتُحَرِّمُوْاطَيِّبَتِ مَاأَحلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَتَعْتَدُوْا اِنَّاللهَ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ, وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقْكُمُ اللهُ حَلَلاً طَيِّبًاوَاتَّقٌوا اللهَ الَّذِى أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai otang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kapada-Nya”. (QS, al-Maidah 5:87-88)

Dalam ayat di atas dijelaskankan bahwa Allah melarang berbuat sesuatu yang melampaui batas, dan Allah juga malarang untuk memenuhi dorongan-dorongan dengan malanggar syariat.

C.  Kesimpulan
1.        Dorongan ialah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai tujuan.
2.        Motivasi fisiologis yang bersifat naluriah dan tidak di peroleh melalui proses pembelajaran (al-muktasabah). Motivasi fisiologis meliputi berbagai kebutuhan seperti menjaga diri, rasa lapar, rasa haus, bernapas, istirahat (tidur), buang air besar dan air kecil, hubungan seksual, dan dorongan keibuan.
3.        Dorongan psikis ialah dorongan yang tidak bisa di rujukkan secara langsung pada kondisi fisiologis, dorongan psikis merupakan dorongan yang dipelajari manusia dalam proses sosialisasi yang dijalaninya. Dorongan psikis terdiri dari dorongan untuk memiliki, dorongan memusuhi, dorongan berkompetisi, dorongan beragama.
4.        Apabila sebagian dorongan pada diri manusia saling bertentangan, maka orang itu akan tertimpa perasaan resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus di tempuhnya. Keadaan demikian di sebut konflik psikis. Dalam Al-Qur’an konflik psikis di deskripsikan sebagai keadaan yang di derita oleh sebagian orang yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan.
5.        Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang mengisyaratkan di anggap buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun di ingkari. Sebaliknya, Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya mengendalikan dorongan-dorongan tersebut dengan batas-batas yang di perkenankan syari’at dan tanpa berlebih-lebihan.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim.
Utsman Najati, Muhammad . 1985. Al-Qur’an dan ilmu jiwa. Bandung : Pustaka.
Psikologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar