Minggu, 30 April 2017

KONFLIK STRUKTURAL

MANAJEMEN KONFLIK STRUKTURAL
MAKALAH
Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Manajemen Konflik”

Dosen Pengampu :
Idam Mustofa, S.Pd.I.,M.Pd.


Disusun Oleh :
Ana Masrifatul Umi
Anis Ita’ul Mufida


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
JAWA TIMUR

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konflik dapat terjadi kapanpun dan dimana pun. Termasuk dalam sebuah organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem terdiri dari komponen-komponen (subsistem) yang saling berkaitan atau saling tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam interaksi antar subsistem seringkali terjadi ketidak cocokan yang membawa organisasi dalam suasana konflik.
Dalam organisasi klasik ada empat daerah structural dimana konflik sering timbul, misalkan konflik hierarki, konflik fungsional, konflik lini-staf, konflik formal-informal. Disini penulis akan menguraikan mengenai konflik structural, Pandangan Konflik Lini dan Staf, Penanganan Konflik Lini dan Staf.

B.     Rumusan Masalah
1.   Apa Pengertian Konflik Struktural?
2.   Bagaimana Pandangan Konflik Lini dan Staf?
3.   Bagaimana Penanganan Konflik Lini dan Staf?

C.    Tujuan Pembahasan
1.   Apa Pengertian Konflik Struktural?
2.   Bagaimana Pandangan Konflik Lini dan Staf?
3.   Bagaimana Penanganan Konflik Lini dan Staf?






BAB II
PEMBAHASAN
Bagian pengarahan dan pengembangan organisasi tidak lengkap tanpa pembahasan manajemen konflik. Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya struktur organisasi.
A.       Pengertian Konflik Struktural
Arti konflik telah dikacaukan dengan banyaknya definisi dan konsepsi yang saling berbeda. Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan kegiatan kerja dan karena kenyataan bahwa merek mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti struktural berkenaan dengan struktur yakni sesuatu yang disusun atau dibangun. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik struktral yakni pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.[2]
Dalam organisasi klasik ada empat daerah struktural di mana konflik sering timbul, yaitu:
1.   Konflik hirarki yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi.
2.   Konflik fungsional yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
3.   Konflik lini-staf yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini merupakan adanya perbedaan-perbedaan yang melekat pada personalia lini dan staf.
4.   Konflik formal-informal yaitu konflik antara organisasi formal dan informal. [3]
Keempat hal di atas dapat disederhanakan lagi bahwa konflik dapat terjadi  antara berbagai tingkatan organisasi, konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi, konflik antara lini dan staf, konflik antara organisasi formal dan informal.

B.       Pandangan Konflik Lini dan Staf
Bentuk umum konflik organisasi yang sering terjadi adalah konflik antara anggota-anggota lini dan staf. Perbedaan pandangan para anggota lini dan staf yang dapat menimbulkan konflik di antara mereka, walaupun perbedaan-perbedaan tersebut juga dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas mereka.[4] Konflik lini adalah konflik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat (lini) dalam organisasi. Sedangkan apabila konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi hal tersebut merupakan konflik staf.[5]
Dalam banyak organisasi, manajer biasanya menggunakan wewenang lini dan staff. Manajer dengan wewenang lini adalah orang dalam organisasi yang langsung bertanggung jawab untuk menapai sasaran organisasi. Wewenang ini diwujudkan dengan rantai komando standar, mulai dari dewan direktur sampai tempat aktifitas dasar organisasi dilaksanakan. Wewenang lini di dasarkan pada kekuasaan sah. Wewenang staf menjadi milik indiidu atau kelompok dalam organisasi yang memberikan pelayanan dan saran kepada manajer lini. Konsep staf memasukkan semua elemen organisasi yang tidak digolongkan lini. Staf penasihat telah digunakan oleh pembuat dari kaisar dan raja sampai dictator dan parlemen selama masa sejarah yang tercatat.[6]
1.      Pandangan lini[7]
Para anggota lini sering memandang para anggota staf dalam hal:
a.       Staf melangkahi wewenangnya, karena manajer garis merupakan pemegang tanggung jawab atas hasil akhir, mereka cenderung menolak dorongan staf dan wewenangnya.
b.      Staf tidak memberi nasehat yang bermanfaat, para anggota staf sering tidak terlibat dalam kegiatan operasional harian yang di hadapi oleh para anggota lini, sehingga saran–sarannya sering tidak terap.
c.       Staf menumpang keberhasilan lini, para anggota staf sering lebih dekat dengan manajer puncak dibanding orang–orang lini, sehingga dapat mengambil keuntungan atas posisi mereka.
d.      Staf memiliki pandangan sempit, sehingga mempunyai pandangan terbatas dan kurang dapat merumuskan sarannya atas kebutuhan dan tujuan organisasi keseluruhan.
2.      Pandangan staf[8]
Para anggota staf mempunyai keluhan–keluhan yang berlawanan tentang para anggota lini:
a.       Lini kurang memanfaatkan staf. Manajer lini menolak bantuan staf ahli, karena mereka ingin mempertahankan wewenangnya atas bawahan atau karena mereka tidak berani secara terbuka mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan. Sebagai akibatnya staf hanya diminta bantuannya bila situasi benar–benar sudah kritis.
b.      Lini menolak gagasan-gagasan baru. Anggota staf biasanya yang pertama berkepentingan dengan menggunakan inovasi dalam bidang keahlian mereka. Manajer garis mungkin menolak perubahan–perubahan tersebut.
c.       Lini memberi wewenang terlalu kecil kepada staf. Anggota staf sering merasa bahwa mereka mempunyai penyelesaian masalah-masalah yang paling baik dalam spesialisasinya. Oleh sebab itu mereka kecewa bila saran-sarannya tidak didukung dan di implementasikan oleh manajer lini.
Beberapa faktor dapat menimbulkan berbagai konflik antara orang-orang lini dan staf. Faktor tersebut antara lain:[9]
1.    Perbedaan umur dan pendidikan, orang-orang staf biasanya lebih muda dan lebih berpendidikan daripada orang-orang staf, sehingga menimbulkan “generation gap”.
2.   Perbedaan tugas, dimana orang lini lebih sedang staf spesialis. Hal ini dapat menimbulkan kejadian-kejadian sebagai berikut:
a.       Karena staf sangat spesialis, mungkin menggunakan istilah-istilah dan bahasa yang tidak dipahami orang lini.
b.      Orang lini mungkin merasa bahwa staf spesialis tidak sepenuhnya mengerti masalah-masalah lini dan mengganggap mereka tidak dapat diterapkan atau dikerjakan.
3.   Perbedaan sikap ini tercermin pada:
a.       Orang staf cenderung memperluas wewenangnya dan cenderung memberikan perintah–perintah kepada orang lini untuk membuktikan eksistensinya.
b.      Orang staf cenderung merasa yang paling berjasa untuk gagasan-gagasan yang diimplementasikan oleh lini, sebaliknya orang lini mungkin tidak menghargai peranan staf dalam membantu pemecahan masalah-masalahnya.
c.       Orang staf selalu merasa dibawah perintah orang lini, dilain pihak orang lini selalu curiga bahwa orang staf ingin memperluas kekuasaannya.
4.   Perbedaan posisi, manajemen puncak mungkin tidak mengkomunikasikan secara jelas luasnya wewenang staf dalam hubungannya dengan lini. Padahal organisasi departemen staf ditempatnya relatif pada posisi tinggi dekat menajemen puncak. Depertemen lini dengan tingkatan lebih rendah cenderung tidak suka dengan hal tersebut.

C.    Penanganan konflik lini dan staf
Para penulis manajemen telah menyarankan berbagai cara dengan nama aspek-aspek peran-salah konflik lini dan staf dapat dikurangi:[10]
1.      Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan.
Secara umum, para anggota lini bertanggung jawab atas keputusan-keputusan operasional organisasi atau dengan kata lain, mereka harus bebas menerima, mengubah, atau menolak saran-saran staf. Di pihak lain, para anggota staf harus bebas untuk memberikan sasaran bila mereka merasa hal itu diperlukan tidak hanya bila anggota lini memintanya.
2.      Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf.
Saran-saran staf akan lebih realistik bila berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini dalam proses penyusunan saran-saran mereka. Konsultasi staf-lini ini juga akan membuat para anggota lini bersedia mengimplementasikan gagasan-gagasan staf.
3.         Mengajarkan lini untuk menggunakan staf.
Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan keahlian staf bila mereka mengetahui kegunaan staf spesialis bagi mereka.
4.         Mendapatkan pertanggung-jawaban staf atas hasil-hasil.
Para anggota lini akan lebih bersedia melaksanakan saran-saran staf bila para anggota staf ikut bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi. Pertanggung jawaban ini juga akan membuat para anggota staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.
Dengan demikian penanganan konflik lini dan staf dapat menggunakan berbagai cara berikut: Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan, Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf, Mengajarkan lini untuk menggunakan staf, Mendapatkan pertanggung-jawaban staf atas hasil-hasil.





















BAB III
                                                           PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konflik struktral yakni pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber daya-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
Para anggota lini memandang anggota staf sebagai berikut: staf melangkahi wewenang, staf tidak memberi nasihat yang bermanfaat, Staf menumpang keberhasilan lini, Staf memiliki pandangan sempit, sedangkan anggota staf berpandangan sebagai berikut: Lini kurang memanfaatkan staf, Lini menolak gagasan-gagasan baru, Lini memberi wewenang terlalu kecil kepada staf.
Dengan adanya konflik lini dan staf dapat ditangani dengan cara, Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan, Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf, Mengajarkan lini untuk menggunakan staf, Mendapatkan pertanggung-jawaban staf atas hasil-hasil.

B.     Saran
Konflik bukanlah hal yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, namun sering terjadi termasuk dalam organisasi dimana anggotanya juga banyak yang berkonflik. Dalam makalah ini penulis memaparkan mulai dari pengertian konflik structural, konflik lini dan staf hingga penanganannya. Dengan adanya pemaparan makalah ini diharapkan penulis dan pembaca dapat menangani konflik yang ada di masyarakat dan makalah ini dapat bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA

Hani Handoko, 2009, Manajemen edisi II, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
James A. F. Stoner, A. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert. JR, 1996, Manajemen Jakarta: PT Prenhallindo.



      [1] Hani Handoko, Manajemen edisi II (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2009), 346.
      [2] ibid.,345.
      [3] Hani Handoko, Manajemen Edisi II.,354.
      [4] http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/03/konflik-kerja-definisi-jenis-dan_10.html, diakses tanggal 20 Maret 2017.
      [5] http://ghanie-np.blogspot.co.id/2009/05/memahami-konsep-tentang-konflik.html, diakses tanggal 20 Maret 2017.  
      [6] James A. F. Stoner, A. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert. JR, Manajemen (Jakarta: PT Prenhallindo, 1996) 45.
      [7] Hani Handoko, Manajemen Edisi II,.354.
      [8] Ibid,.356.
      [9]http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/03/konflik-kera-definisi-jenis-dan_10.html, diakses tanggal 20 Maret 2017.
      [10] Hani Handoko, Manajemen Edisi II,. 356.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar