Sabtu, 22 April 2017

PRODUKTIVITAS dalam MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

MAKALAH
PRODUKTIVITAS dalam MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Manajemen Sumber Daya Manusia”

Dosen Pengampu :
Ahmad Syaifuddin, M. Pd. I





Disusun Oleh :
Anis Ita’ul Mufida


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
JAWA TIMUR
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi sumber daya manusia adalah yang paling penting. Dapat dibuktikan dengan adanya keberhasilan pencapaian tujuan bersama. Sejalan dengan keberhasilan tersebut organisasi dapat menyeimbangkan antara sumber daya alam dengan produktiitas manusia. Apalah arti sumber daya alam yang melimpah jika produktivitas manusia rendah. Maka diharapkan dapat seimbang keduanya.
Begitu juga pada sebuah lembaga pendidikan yang juga dapat meningkatkan produktivitas pada pendidiknya sehingga menghasilkan output yang memuaskan. Berikut penulis akan mengulas mengenai produktivitas dalam MSDM.

B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana Konsep Dasar Produktivitas?
2.   Bagaimana Lingkup Perbaikan Produktivitas?
3.   Bagaimana Urgensi Absen dan Pergantian?

C.    Tujuan Pembahasan
1.   Mengetahui Konsep Dasar Produktivitas.
2.   Mengetahui Lingkup Perbaikan Produktivitas.
3.   Mengetahui tentang Urgensi Absen dan Pergantian.



BAB II
PEMBAHASAN
Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas. Pada umumnya, produktivitas yang semakin tinggi merupakan pendayagunaan sumber daya secara efisien.
A.    Konsep Dasar Produktivitas
Istilah produktifitas memiliki banyak pengertian menurut para ahli,
Menurut Soedarmayanti dalam buku tata kerja dan Produktivitas kerja, produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang.[1]
Menurut George J. washin yang diterjemahkan oleh Slamet Saksono dalam buku Administrasi kepegawaian,”Produktivitas mengandung dua konsep utama, yaitu efisiensi dan efektifitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya, sedangkan evektifitas mengukur hasil mutu pelayanan yang dicapai”.
Pengertian produktivitas menurut Gaspersz dalam buku manajemen produktivitas total adalah berkaitan dengan pembuatan output secara spesifik menunjuk pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input (bahan baku) yang digunakan untuk memproduksi output.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, jelas bahwa produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja dengan bahan, waktu, dan tenaga yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisiensi, tetapi tetap menjaga mmutu barang atau jasa yang dihasilkan.[2]
Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor determinan antara lain: knowledge, skills, abilities, attitudes,  dan behaviors. Dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut sebagai asumsi-asumsi dasarnya.[3]
Produktivitas dan Efisiensi administrasi dalam MSDM sektor publik
Daya tanggap pemerintah terhadap dorongan nilai efisiensi administrasi telah menyebabkan tumbuhnya usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas para pegawai pemerintah. Tetapi sikap pihak pemerintah ini dibayangi oleh persaingan nilai-nilai yang sering memperlemah semangat semula untuk produktif. Efisiensi administrasi berselisih dengan nilai-nilai keadilan sosial dan hak-hak pegawai.[4] Untuk dapat menjangkau produktivitas dan efesiensi yang tinggi perlu diadakan penataan kembali, terutama penataan MSDM. Upaya untuk meningkatkan produktifitas dapat dilakukan melalui tiga rentetan proyek: operasi-operasi, teknologi, dan kepegawaian (personalia).[5]
Efektivitas Organisasi
Efektifitas dalam suatu organisasi bukan suatu benda atau suatu tujuan atau suatu karakteristik dari output atau perilaku organisasi, tetapi ukup suatu pernyataan dari suatu relasi-relasi di dalam dan diantara jumlah yang relavan dari organisasi tersebut. Suatu organisasi yang efektif adalah yang yang dapat membuat laporan tentang dirinya dan aktivitas-aktivitasnya menurut cara-cara dalam mana jumlah-jumlah tersebut dapat diterima. Suatu keprihatinan penuh mengenai suatu efektifitas menghendaki suatu pemahaman mengenai mengapa dan untuk siapa setiap perangkat jumlah garis bawah diproduksikan, dan mengenai pandangan dan logika institusional yang mendukung laporan bagi para pengikutnya. Pandangan efektifitas sebagai suatu proses ini mencerminkan aspek politik ketimbang aspek ekonomi atas bidang produktivitas. Oleh karenanya gerakan produktivitas tidak begitu disebabkan oleh dorongan ekonomi. Menjadi produktif adalah menjadi tanggap secara politik. Tetapi seperti setiap aktivitas perantara mempunyai sisi politik, aktivitas perantara juga mempunyai sisi teknisnya. Menghubungkan dunia politik dan teknis.[6]

B.     Lingkup Perbaikan Produktivitas
Dalam membicarakan tentang lingkup produktivitas ini tidak terlepas dengan program-program produktivitas. Dalam hal ini memiliki keterkaitan dengan struktur organisasi, proses-proses, dan prosedur-prosedur pelaksanaan antara lain:
1.   Fleksibilitas dalam prosedur-prosedur pelayanan sipil.
2.   Sentralisasi manajemen yang mendukung pelayanan.
3.   Desentralisasi yang terpilih atau reorganisasi ke dalam unit-unit yang sama.
4.   Pemakaian yang meningkat mengenai ukuran-ukuran kinerja dan standar kerja untuk memonitor produktivitas.
5.   Konsolidasi pelayanan-pelayanan.
6.   Penggunaan model-model keputusan ekonomi rasional untuk menjadwalkan masalah-masalah konservasi energy lainnya.
7.   Recycling projects.[7]
Peranan Manajer SDM, pimpinan-pimpinan, Departemen, Badan Legistatif dan Eksekutif dalam Peningkatan Produktivitas.
Pada level pimpinan instansi dan legislatif, produktivitas pegawai akan ditingkatkan melalui pengalokasian upah dan kondisi kerja yang bersaing dengan para majikan yang lain, dan melalui penerimaan kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen sumber daya manusia yang adil. Para politisi, para pemimpin administrasi dan politik harus menyediakan sumber daya yang memadai untuk mencapai tujuan-tujuan yang fisibel, juga untuk menetapkan prioritas program
Pada level departemen dan supervisor, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai termasuk perhatian pada metode-metode seleksi, pelatihan on the job, kaitan imbalan atau upah dengan kinerja, perlakuan yang adil terhadapa para pekerja, rancangan pekerjaan yang menantang dan tangga karir yang menunjukkan seorang pekerja bisa tumbuh bersama majikan yang sama.
Departemen kepegawaian terutama mengambil peranan yang mendukung usaha untuk memperbaiki produktivitas. Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan peranan ini termasuk penilaian kebutuhan pelatihan, lokasi kesempatan pelatihan, melengkapi para supervisor dengan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi pegawai dan persepsi mengenai perlakuan yang adil, membantu di dalam pengembangan dan pemeliharaan di suatu rencana pembayaran atau gaji yang adil dan pekerjaan-pekerjaan yang menantang para pegawai, memonitor tujuan-tujuan keselamatan, menetapkan program perlindungan pegawai, dan pelatihan bagi para supervisor dalam penetapan tujuan kinerja dan di dalam pengkomunikasian umpan balik yang membangun kepada para pegawai.[8]
Semangat bagi perbaikan produktivitas di dalam pemerintahan membuka peluang bagi peranan yang lebih luas. Departemen kepegawaian mempunyai kesempatan untuk menyumbangkan usaha bagi perbaikan produktivitas dalam tiga hal:
Pertama, banyak proyek melibatkan beberapa macam management by objectives (MBO), dan penyusunan standar pekerjaan yang merinci kinerja pegawai minimal yang dapat diterima.
Bidang kedua, yang bisa dilakukan intervensi oleh manajer dalam upaya meningkatkan produktivitas adalah melalui motivasi. Perbaikan produktivitas berkaitan langsung dengan motivasi pegawai.
Ketiga, program-program untuk mendorong motivasi harus didukung oleh pengetahuan mengenai keuangan, harus mampu menaksirdampak keuangan dari hasil-hasil program. Biaya program pelatihan pegawai baru dan waktu yang terapakai untuk itu, justru harus diperhitungkan secara masak oleh manajer.

C.    Urgensi Absen dan Pergantian
Bila seorang pekerja dibayar pada waktu tidak bekerja maka hal yang negatif ini sungguh berpengaruh terhadap produktivitas. Waktu absen yang terlampau banyak tidak saja memakan banyak biaya, tetapi juga berpengaruh negative terhadap produktivitas jika orang-orang yang tidak terlatih harus menggantikan mereka yang berpengalaman, waktu menunggu yang terlampau lama bisa mencetuskan keluhan, pelayanan yang rendah kualitasnya bisa menimbulkan kebutuhan akan tambahan waktu staff untuk membereskan masalah, dan supervisi pun harus meningkat.[9]
Area-area dari absen dan pergantian pegawai penting mendapat perhatian karena keduanya bisa menggambarkan tenaga-tenaga ahli masa depan yang harus dikembangkan. Costs of turnover yang dikeluarkan, telah memunculkan analisis mengenai sebab-sebab yang menimbulkannya. Masalah ini penting sama pentingnya dengan mengetahui sebab-sebab pergantian, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai upaya mengendalikan pergantian pegawai.[10]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja dengan bahan, waktu, dan tenaga yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisiensi, tetapi tetap menjaga mutu barang atau jasa yang dihasilkan.
Lingkup perbaikan produktivitas antara lain: Fleksibilitas dalam prosedur-prosedur pelayanan sipil, Sentralisasi manajemen yang mendukung pelayanan, Desentralisasi yang terpilih atau reorganisasi ke dalam unit-unit yang sama, Pemakaian yang meningkat mengenai ukuran-ukuran kinerja dan standar kerja untuk memonitor produktivitas, Konsolidasi pelayanan-pelayanan, Penggunaan model-model keputusan ekonomi rasional untuk menjadwalkan masalah-masalah konservasi energy lainnya, Recycling projects.
Area-area dari absen dan pergantian pegawai penting mendapat perhatian karena keduanya bisa menggambarkan tenaga-tenaga ahli masa depan yang harus dikembangkan.

B.     Saran
Dalam sebuah organisasi sangatlah dipentingkan produktivitas pegawainya, dengan demikian dapatlah terwujud suatu tujuan organisasi tersebut. Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik- baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka, penulis sangat mengharapkan saran terutama dari dosen kami dan juga para pembaca untuk membantu demi membangun kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

 Badriyah, Mila, 2015, Manajemen Sumber Daya, Bandung: Pustaka Setia.
Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset.
Ambar Teguh Sulistyani, Rosidah, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.


      [1] Mila Badriyah, Manajemen Sumber Daya, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 182.
      [2] Ibid, 183.
      [3] Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 160.
      [4] ibid, 162.
      [5] Ambar Teguh Sulistyani, Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 253.
      [6] Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia,.164.
       [7] Ambar Teguh Sulistyani, Manajemen Sumber Daya Manusia,.250.
      [8] Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia,.170.
      [9] Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia,.172.
     [10] Ambar Teguh Sulistyani, Manajemen Sumber Daya Manusia,.253.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar