Sabtu, 22 April 2017

GAYA, STRATEGI, DAN TAKTIK KONFLIK

MANAJEMEN KONFLIK

Makalah
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen konflik
Dosen pengampu: Idam Mustofa, M.Pd.


Description: STAIDA.jpg

Oleh:
Aksarul Ifadah
Naning Nur Farichah


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
JAWA TIMUR
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya yang telah memberikan jalan dan pemikiran sehingga makalah yang bejudul “Manajemen konflik” dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.    Idam Mustofa, M.Pd.  selaku dosen pengampu.
2.    Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan serta doanya.
3.    Pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran demi kebaikan makalah selanjutnya akan sangat membantu kami. Dan apabila ada kekurangan dari makalah ini kami mohon maaf. Ibarat tiada gading yang tak retak, tiada sesuatu di dunia ini yang tanpa cela. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Nganjuk, 6 Pebruari 2017


Penyusun










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1   
C. Tujuan Makalah...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.Pengertian dan Tujuan Konflik............................................................... 3
B.Gaya Manajemen Konflik....................................................................... 4
C. Strategi, Taktik, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik..........8
D. Kebijkan Organisasi Mengenai Konflik…………………………….... 12
BAB III PENUTUP........................................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
                                                                                                                         


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Organisasi terdiri atas berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki kebergantungan dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi sering menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Konflik antar individu atau kelompok dapat merugikan bagi kelangsunan organisasi. Konflik antar individu tidak dapat dielakkan, tetapi dapt dimanfaatkan ke arah yang produktif apabila dikelola dengan baik. Dengan kata lain, jika konflik dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu meningkatkan kepercayaan dan dan harga diri,  mempertinggi kreativitas dan produktivitas., jika tidak dikelola dengan baik misalnya dengan cara menerapkan sanksi yang berat bagi bawahan.
Untuk itu tema ini layak untuk dibahas sebagai pengetahuan. Lebih lanjut makalah ini akan membahas tentang pengertian manajemen konflik, gaya manajemen konflik, strategi, taktik dan faktor-faktor yng mempengaruhi konflik dan  kebijakan organisasi mengenai konflik.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian manajemen konflik?
2.      Bagaimana gaya manajemen konflik?
3.      Bagaimana strategi, taktik dan factor-faktor yang mempengaruhi konflik?
4.      Bagaimana kebijakan organisasi mengenai konflik?





C.      Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal:
1.      Mengetahui pengertian manajemen konflik.
2.      Mengetahui gaya manajemen konflik.
3.      Mengetahui strategi, taktik dan factor-faktor yang mempengaruhi konflik.
4.      Mengetahui kebijakan organisasi mengenai konflik.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Manajemen Konflik
1.      Pengertian manajemen konflik
Secara etimologi manajemen berarti kepemimpinan, proses pengaturan. Dengan kata lain manajemen adalah pengelolaan.[1] Menurut Taquiri, seperti dikutip Rusdiana, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang berlaku dalam berbagai keadaan akibat bangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi, pertentangan diantara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.[2]
Di pihak lain, Wirawan menyebut manajemen konflik adalah proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilakan resolasi yang diinginkan.[3]
Dengan demikian manajemen konflik dapat diartikan suatu pengelolaan atau proses yang diterapkan untuk mengendalikan konflik yang dihasilkan dari suatu ketidaksetujuan atau pertentangan antara pihak yang berkonflik agar mendapatkan resolasi yang diinginkan.

2.      Tujuan manajeman konflik
Konflik merupakan fenomana yang sering kali tidak bisa dihindari dan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Manajemen konflik harus dilakukan secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Berikut adalah tujuan-tujuan dari manajemen konflik yang dikutip dari pendapat Wirawan:[4]
a.       Memahami orang lain dan menghargai keberagaman.
b.      Maningkatkan kreativitas.
c.       Meningkatkan keputusan melalui pertimbangan berdasarkan pemikiran berbagai informasi dan sudut pandang.
Jadi tujuan manajemen konflik adalah untuk memahami dan menghargai pendapat pihak lain dan melatih menyelesaikan persoalan dengan cara musyawarah.

B.       Gaya Manajemen Konflik
1.      Pengertian gaya manajemen konflik
Ketika menghadapi situasi konflik, orang berperilaku tertentu untuk menghadapi lawannya. Perilaku mereka membentuk satu pola atau beberapa pola tertentu. Pola perilaku orang dalam menghadapi situasi konflik disebut sebagai gaja manajemen konflik. Dalam hal ini, Wirawan yang mengutip pendapat Stella Ting-Toomey (2005), menggunakan istilah gaya komunikasi konflik bukan gaya manajemen konflik. Sebagai contoh seorang pemimpin yang autokratis cenderung menggunakan gaya manajemen konflik represif, supresif, kompetitif, serta agresif dan berupaya mengalahkan lawan konfliknya. Sebaliknya seorang pimpinan yang demokratis jika menghadapi konflik akan menggunakan musyawarah, mendengarkan pendapat lawan konfliknya.[5]
Pendapat di atas dapat diperjelas lagi, bahwa gaya konflik adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan oleh pihak yang berkonflik dalam menghadapi situasi konflik.

2.      Faktor-faktor yang memengaruhi gaya manajemen konflik
Gaya manajemen konflik yang digunakan pihak-pihak yang terlibat konflik dipengaruhi oleh sejumlah factor. Mengikuti pendapat Wirawan, fakto-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:[6]
a.       Asumsi mengenai konflik
Asumsi seseorang mengenai konflik akan mempengaruhi pola perilakunya dalam menghadapi situasi konflik. Birokrat yang berpendapat konflik merupakan sesuatu yang buruk akan berusaha untuk menekan lawan konfliknya dengan menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi. Sebaliknya, seorang biroktrat yang menganggap konflik baik dan toleran terhadap konflik akan menggunakan gaya manajemen konflik kompromi.
b.      Persepsi mengenai penyebab konflik
Persepsi seseorang mengenai penyebab konflik akan mempengaruhi gaya manajemen konfliknya. Persepsi seorang yang menganggap penyebab konflik menentukan kehidupan atau harga dirinya akan berupaya untuk berkompetisi dan memenangkan konflik. Dan sebaliknya, jika seseorang menganggap penyebab konflik tidak penting bagi kehidupan dan harga dirinya akan menggunakan pola perilaku menghindar.
c.       Ekspektasi atas reaksi lawan konfliknya
Seseorang yang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan menyusun strategi dan taktik untuk menghadapi lawan konfliknya. Jika ia memprediksi bahwa lawan konfliknya akan menggunakn gaya manajemen konflik kompetisi atau agresi ia akan menghadapinya dengan gaya manajemen konflik kompetisi atau agresi untuk melawan lawan konfliknya.
d.      Pola komunikasi dalam interaksi konflik
Konflik merupakan proses interaksi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat konflik. Jika proses konflik berjalan dengan baik, pesan kedua belah pihak akan saling mudah dimengerti dan mudah diterima secara persuasif tanpa gangguan dan menggunakan humor yang segar. Hal ini menunjukkan kemungkinan besar bahwa kedua belah pihak akan menggunakan gaya manajemen konflik kolaborasi dan kompromi tinggi.
e.       Kekuasaan yang dimiliki
Konflik merupakan permainan kekuasaan diantara kedua belah pihak yang terlibat konflik. Jika yang terlibat konflik mempunyai kekuasaan lebih  besar dari lawan konflikya kemungkinan besar ia tidak mau mengalah dalam interaksi konfliknya.

3.    Teori-teori gaya manajemen konflik
      Para pakar telah mengembangkan berbagai teori mengenai gaya manajemen konflik. Menurut Wirawan, R.R. Blake  dan J. Mouton (1964) merupakan pendahulu yang menggunakan istilah gaya manajemen konflik. Teori mengenai gaya manajemen konflik merupakan bagian dari teorinya mengenai gaya kepemimpinan mereka. Kerangka teori gaya manajemen konflik itu disusun berdasarkan dua dimensi: [7]
1.      perhatian manajemen terhadap orang/ bawahan pada sumbu horizontal.[8]
 


Memaksa                            Konfrontasi


­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­                                    Kompromi


                 Menarik diri                 Mengakomodasi

_______________________________________________
a.       Memaksa.
Perhatian seorang manajer yang tinggi terhadap produksi sedangkan rendah perhatiannya terhadap orang yang dipimpinnya cenderung akan menggunakan gaya manajemen konflik memaksa ketika memanajemanikonfli.
b.      Konfontasi.
Perhatian seorang manajer yang tinggi terhadap produksi dan bawahannya cenderung menggunakan konfrontasi dalam memanajemeni konflik.

c.       Kompromi.
Perhatian seorang manajer yang sedang terhadap produksi dan bawahannya cenderung berkompromi jika memanajemani konflik.
d.      Menarik diri.
Perhatian seorang manajer yang perhatiannya rendah trhadap produksi dan bawahannya biasanya akan menarik diri jika menghadapi konflik.
e.       Mengakomodasi.
 Perhatian seorang manajer yang rendah terhadap produksi, sedangkan tinggi perhatiannya terhadap bawahannyacenderung memberikan akomodasi jika menghadapi konflik.
2.      perhatian manajer terhadap produksi pada sumbu vertical.[9]
 


Kompetisi                       Kolaborasi


Kompromi



  Menghindar                       Mengakomodasi

 

a.       Kompetisi
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasrifan tinggi dan tingkat kerja sama yang rendah
b.      Kolaborasi
Gaya manajemen konflik yang tingkat keasrifan dan kerja sama yang tinggi.


c.       Kompromi
Gaya manajemen konflik tengah dimana tingkat keasrifan dan kerja sama sedang.
d.      Menghindar
Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasrifan den kerja sama yang rendah.
e.       Mengakomodasi
Gaya manajemen konflik yang tingkat keasrifan rendah dan tingkat kerja sama yang tinggi.

C.      Strategi, Taktik dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Konflik
1.      Strategi konflik
Starategi adalah cara untuk mengarahkan tenaga, dana, daya dan peralatan yang dimiliki untuk memenangkan suatu pertempuran atau memecahkan masalah atau mengahadapi suatu ancaman.[10]
Strategi konflik adalah proses yang menentukan tujuan seseorang terlibat suatu konflik dan pola interaksi konflik yang digunakan untuk mencapai keluaran konflik yang diharapkan. Wirawan merumuskan langkah-langkah penyusunan strategi konflik sebagai berikut:[11]
a.       Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat) mengenai diri sendiri dan lawan konflik.
      Analisis SWOT mengenai diri sendiri akan mencerminkan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) diri sendiri dalam menghadapi lawan konflik dan mencerminkan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dari lawan konflik.
b.      Menentukan tujuan konflik
      Tujuan konflik adalah sesuatu yang ingin dicapai saat menghadapi lawan konflik.
c.       Pola interaksi konflik
      Pola interaksi konflik merupakan bentuk interaksi dengan pihak lawan konflik dalam upaya mencapai keluaran konflik yang diharapkan. Berikut merupakan factor-faktor pola interaksi konflik:
1.      Metode resolusi konflik yang digunakan dalam interaksi konflik.
2.      Gaya manajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik.
3.      Perkembangan situasi konflik. Konflik bisa berkembang dari konflik kontruktif menjadi konflik detruktif atau sebaliknya.
2.      Taktik konflik
Dalam marealisasikan strategi konfliknya, pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik konflik. Taktik konflik adalah teknik yang memengaruhi lawan konflik untuk menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Berikut ini merupakan gambaran mengenai taktik-taktik konflik yang disarankan Wirawan.[12]
a.       Taktik persuasive rasional
Taktik ini digunakan untuk memengaruhi lawan konflik dengan mengemukakan data, fakta, informasi, atau pengalaman masa lalu, baik yang baik maupun yang buruk.
b.      Taktik legitimasi
Taktik yang digunakan oleh pejabat yang menduduki posisi tertentu secara sah. Jika menghadapi konflik pejabat tersebut menunjukan bahwa apa ya ng dilakukannya tidak bertentangan dengan jabatan, posisi, atau perannya.
c.       Taktik pertukaran
Memberi janji untuk memberikan sesuatu atau tidak memberikan sesuatu sebagai imbalan jika lawan konflik berperilaku tertentu atau lawan konflik memberi sesuatu.
d.      Tatik menahan diri atau diam.
Taktik ini berupa tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan atau tidak berinteraksi atas apa yang dilakukan olah lawan konfliknya sebagai contoh mogok kerja atau mogok makan.
e.       Taktik menangis atau menghimbau.
Taktik ini menunjukkan ketidakberdayaan pihak yang terlibat konflik menghadapi tindakan lawan konfliknya. Taktik menangis biasanya digunakan oleh anak-anak, wanita, dan laki-laki lemah. Tujuannya untuk meminta belas kasihan kepada lawan konfliknya atau menarik perhatian pihak ke tiga.
f.       Taktik mengancam.
Seorang manajer atau pemilik perusahaan yang terlibat konflik dengan karyawannya bisa menggunakan taktik mengancam untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan karyawannya tersebut. Contoh manajer mengancam akan memecat karyawan yang terlibat konflik dengannya.
3.      Factor-faktor yang memengaruhi konflik
Wirawan merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik sebagai berikut: [13]
a.    Emosi
Emosi mempunyai hubungan erat dengan konflik dan proses interaksi konflik. Emosi dapat menyebabkan terjadinya konflik dan memengaruhi proses interaksi konflik. Emosi merupakan perasaan subjektif yang kompleks sebagai reaksi kognitif dan fisiologis atas suatu pengalaman yang memengaruhi sikap dan perilaku.
b.   Marah
Dalam menghadapi situasi konflik , tujuan yang tidak tercapai karena terhalang oleh lawan konfliknya akan menyebabkan pihak yang terlibat konflik bisa marah. Kemarahan bukan hanya mengubah sikap dan prilaku pihak yang terlibat konflik. Marah merupakan keadaan jiwa orang dengan emosi yang tinggi yang mempengaruhi pola pikir dan perilakunya.
c.    Stress
Orang yang menghadapi konflik terutama orang yang belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi konflik bisa mangalami konflik.
d.      Menyelamatkan muka
Muka atau wajah merupakan gambaran umum mengeni kualitas seseorang. Ketika bertemu orang lain bagain tubuh yang pertama kali yang dilihat adalah  muka.
e.       Perbedaan fisik
Perbedaan fisik lebih menekankan pada keadaan jasmaniah. Misalnya: rupa atau kecantikan, kesempurnaan indra, dan bentuk tubuh. Perbedaan mental misalnya: kemampuan dan keterampilan.
                        Selain hal-hal di atas, Rusdiana juga menambahkan: [14]
a.       Perbedaan pola kebudayaan
Perbedaan yang terdapat antardaerah atau suku bangsa yang memiliki budaya yang berbeda, atau terdapat dalam satu daerah yang sama karena perbedaan faham dan agama.
b.      Perbedaan status sosial
Status sosial adalah kedudukan seseorang dalam kelompok atau masyarakat, yang untuk mendapatkannya ada yang diusahakan dan ada yang tanpa diusahakan. Terdapatnya beragam kedudukan dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan untuk mendapatkan kedudukan yang baik.
Lebih jelasnya, strategi konflik digunakan untuk mempertahankan diri. Adapun taktik konflik dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Namun, kedua hal ini tetap harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik yang secara garis besar dapat menggerakkan perubahan.



D.      Kebijakan Organisasi Mengenai konflik
Organisasi atau perusahaan yang mapan mempunyai kebijakan mengenai konflik. Kebijakan tersebut seperti:[15]
1.      Asumsi mengenai konflik
Organisasi mempunyai asumsi yang jelas mengenai konflik. Apakah perbedaan pendapat dan konflik diperbolehkan atau dilarang. Di perusahaan tertentu perbedaan pendapat diperbolehkan dan dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kreativitas  dan inovasi para pegawai. Sebagai contoh Toyota Motor company menyatakan bahwa konflik tidak dapat dihindari jika para pegawai harus bekerja secara bersama.
2.      Definisi mengenai konflik
Organisasi perlu membuat definisi mengenai konflik yang bisa diterima oleh organisasi.
3.      Pedoman manajemen konflik
Suatu organsasi atau perusahaan perlu mempunyai pedoman untuk memanajemeni konflik yang terjadi. Isi pedoman konflik tersebut sebagai berikut:
a.       Prosedur proses untuk menyelesaikan konflik. Konflik yang terjadi dalam organisasi harus segera diselesaikan agar tidak mengganggu produksi dan operasi organisasi ini dalam mencapai tujuannya.
b.      Siapa yang bertanggung jawab menyelesaikan konflik dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan jika terjadi konflik.
c.       Apakah kewajiban dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat konflik. Sebagai contoh: pegawai yang terlibat konflik harus menghasilkan dan wajib mengutamakan penyelesaian konflik didalam organisasi dengan tidak meminta bantuan dari orang luar atau pengadilan.
Jika suatu organisasi mulai menghadapi konflik antar pegawai atau anggota ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk mengurangi konflik. Berikut lakngkah-langkah tersebut:[16]
a.       Melaksanakan prinsip-prinsip birokrasi organisasi.
b.      Pemisahan fisik, pihak-pihak yang terlibat konflik dipisahkan.
c.       Mengintegrasi, menyatukan kembali pihak-pihak yang terlibat konflik melalui intervensi pihak ketiga, atasan atau penasehat dan lain-lain.
d.      Pelatihan, melaksanakan pelatihan mengenai konflik dan manajemen konflik.




















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya,
Manajemen konflik adalah proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilakan resolasi yang diinginkan.
Gaya manajemen konflik adalah Pola perilaku orang dalam menghadapi situasi konflik.
Strategi konflik adalah adalah proses yang menentukan tujuan seseorang terlibat suatu konflik dan pola interaksi konflik yang digunakan untuk mencapai keluaran konflik yang diharapkan. Taktik konflik adalah teknik yang memengaruhi lawan konflik untuk menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Factor-faktor yang mempengaruhi konflik adalah emosi, marah, stress dan menyelamatkan muka.
Organisasi atau perusahaan yang mapan mempunyai kebijakan mengenai konflik. Kebijakan tersebut seperti: Asumsi mengenai konflik, definisi mengenai konflik, dan pedoman manajemen konflik

B. Saran
Perbedaan yang terdapat dalam organisasi sering menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Konflik antar individu atau kelompok dapat merugikan bagi kelangsunan organisasi. Maka untuk itu kita perlu mempelajari manajemen konflik agar konflik dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar mendalami tentang resolusi konflik.




DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. Konflik  dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba Humanika, 2013.
Rusdiana, Manajemen Konflik. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.
Syukur, fatah, Manajemen Pendidikan. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2011.


[1] A. Rusdiana, Manajemen Konflik  (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 169.
[2] Ibid,…68.
[3] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik  (Jakarta: Selemba Humanika, 2013), 129.
[4] Ibid,…132.
[5] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik, 134-135.
[6] Ibid,…135-136.
[7] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik, 138.
[8] Ibid,…138-139.
[9] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik.139-142.
[10] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2011), 168.
[11] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik,146.
[12] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik, 148-149.
[13] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik,150-163.
[14] A. Rusdiana, Manajemen Konflik,…150-151.
[15] Wirawan, Konflik dan Manajeman Konflik, 174-176.
[16] Ibid,….176. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar