MAKALAH
KONSEP dan MODEL TEORI MANAJEMEN
Ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen
Pengampu:
Ahmad Saifudin, M.Pd.I
Oleh:
Aktsarul Ifadah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(STAIDA)
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat
ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada:
1.
Bapak Ahmad Saifudin, M.Pd.I yang telah memberikan pengarahan atas
terselesaikannya makalah ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman semester IV
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Kendati demikian, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam
makalah ini.
Krempyang, 12 Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………..1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………....1
C.
Tujuan Masalah…………………………………………………....1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Model Teori Manajemen…………………………………………2
B.
Implikasi Penerapan Manajemen………………………………..5
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan………………………………………………………7
B.
Saran…………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam membahas
sejarah, khususnya sejarah manajemen haruslah diingat bahwa sejarah tidak
sepenuhnya linier dalam berbagai periode, sejarah melibatkan komponen-komponen
yang saling mempengaruhi secara dinamis dan tidak dapat dipisahkan menjadi
elemen-elemen tersendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah waktu dari
berbagai periode, karena pada kenyataannya tidak ada waktu atau penanggalan
yang tepat ketika satu pemikiran atau pendekatan utama dimulai atau berakhir.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Model-model Teori Manajemen?
2.
Bagaimana Implikasi dalam Penerapan Manajemen?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui Model-model Teori Manajemen
2.
Untuk mengetahui Implikasi dalam Penerapan Manajemen
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Teori Manajemen
Konsep-konsep
tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini
sekarang dikenal sebagai teori klasik (Classical Theory). Secara umum,
para teoritisi klasik menggambarkan organisasi sebagai struktur yang
tersentralisasi dengan tugas-tugas yang terspeliasisasi serta memberikan
petunjuk mekanistik structural yang kaku. Agar organisasi berjalan dengan lebih
efisien maka para teoritisi klasik menekankan pentingnya rantai perintah dan
penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat. Teori klasik berkembang dalam
tiga aliran: birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah. Ketiganya
mempunyai efek yang sama dalam praktek dan semuanya dikembangkan sekitar
tahun1900-1950 oleh kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak
saling berhubungan.[1]
1.
Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920) dalam buku “The
Protestant Ethic and Spirit of Capitalism” dan “The Theory of Social and
Economic Organization. Dia kemudian dikenal sebagai bapak dari birokrasi.
Birokrasi muncul dari permasalahan yang terkait dengan perusahaan bisnis besar
dan meningkatnya kompleksitas operasi pemerintahan.
Menurut Weber, birokrasi merupakan metode yang terbaik dalam
mendorong usaha kelompok. Karakteristik birokrasi menurut Max Weber:
a.
Pembagian kerja yang jelas
b.
Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
c.
Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi
d.
System prosedur bagi penanganan situasi kerja
e.
System aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban posisi para
pemegang jabatan
Karakteristik
yang dituliskan Weber dapat diaplikasikan dalam sekolah dan institusi
pendidikan lainnya. Sekolah dikategorikan sebagai organisasi formal yang
mempunyai banyak kesamaan dan karakteristik dengan organisasi birokrasi.
Beberapa karakteristik sekolah yang ditemukan dalam organisasi birokrasi
misalnya struktur hirarkis, promosi, spesialisasi staf, peraturan dan
kebijakan, tanggung jawab dan kekuasaan sebagaimana pembagian kerja.[2]
2.
Teori Administrasi
Beberapa tokoh yang mengembangkan teori ini antara lain Fayol yang
menuliskan 14 prinsip manajemen yang menjadi dasar teori administrasi, yaitu:
a.
Pembagian kerja atau spesialisasi. Pekerja diberikan elemen
pekerjaaan yang terkecil sehingga dapat meningkatkan produktivitas baik dalam
pekerjaan teknis maupun manajerial.
b.
Wewenang dan tanggung jawab. Hal ini terkait dengan hak untuk
memberikan perintah dan menciptakan kepatuhan agar pekerjaan dapat
terselesaikan dan tujuan organisasi dapat tercapai.
c.
Disiplin. Anggota organisasi harus menghormati tujuan organisasi.
Mereka juga harus mematuhi aturan dan peraturan organisasi.
d.
Kesatuan perintah. Masing-masing orang hanya menerima perintah dan
bertanggung jawab pada satu atasan.
e.
Kesatuan pengarahan. Anggota organisasi harus bekerja bersama-sama
menuju tujuan bersama.
f.
Balas jasa. Adanya pemberian upah yang adil baik bagi pegawai
maupun organisasi. Hal ini dapat didasarkan pada factor-faktor yang beragam
seperti waktu, pekerjaan, tingkat potongan, bonus, bagi hasil atau imbalan
non-finansial.
g.
Keadilan. Organisasi harus menegakkan keadilan dan kesetaraan.
h.
Semangat tim. Manajemen harus mendorong terciptanya semangat tim.
Kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki sangat penting untuk menciptakan
kinerja yang baik. Kesatuan adalah kekuatan.
Fayol juga mendeskripsikan manajemen sebagai seperangkat
perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan
pengawasan. Kelima elemen ini disebut sebagai Fayol’s Functionalism.
Gulick dan Urwick (1937) juga memandang organisasi dalam istilah fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian,
pengarahan, pengkoordinasian, pelaporan dan penganggaran.[3]
3.
Teori Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah dimaksudkan sebagai penerapan metode ilmiah pada
studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi atau seperangkat mekanisme
untuk meningkatkan efisiensi kerja. Pendekatan manajemen ilmiah ini
dikembangkan oleh Fredrick W. Taylor (1856-1915) berdasarkan konsep perencanaan
pekerjaan untuk memperoleh efisiensi, standarisasi, spesialisasi dan
simplifikasi (penyederhanaan). Taylor memulai pekerjaannya sebagai buruh harian
pada suatu pabrik baja, kemudian naik jabatan menjadi supervisor dan pernah
mengalami perjuangan manajemen kelas menengah dalam menolak usaha top manajemen
untuk meningkatkan produktivitas.[4]
Taylor menyarankan bahwa untuk meningkatkan produktivitas maka
manajemen dan pekerja harus saling mempercayai. Untuk meningkatkan kepercayaan,
Taylor juga mengembangkan empat prinsip dari manajemen ilmiah untuk
meningkatkan produktivitas:
a.
Mengganti aturan lama dalam metode kerja dengan metode atas dasar
ilmu pengetahuan.
b.
Seleksi pekerja secara ilmiah, anggota organisasi harus diseleksi
berdasarkan beberapa analisis dan kemudian dilatih, diajari dan dikembangkan.
c.
Kerja sama manajemen dengan para karyawan. Manajemen harus
berkolaborasi dengan semua anggota organisasi sehingga semua pekerjaan dapat
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah yang telah dikembangkan.
d.
Pelatihan para pegawai secara ilmiah. Pekerja harus dilatih oleh
para ahli menggunakan metode ilmiah.
4.
Teori Hubungan Manusiawi
Teori hubungan manusiawi menekankan pentingnya aspek psikologis dan
social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja. Salah satu studi dalam
pendekatan hubungan manusiawi dilakukan oleh psikolog social bernama Mar Park
Follet (1863-1933). Dia menolak pendekatan manajemen ilmiah dengan prinsipnya
yang mengutamakan produktivitas yang tinggi, efisiensi dan factor fisik lain
dan gaji sebagai cara memotivasi pekerja:[5]
Perusahaan dan pegawai harus menyelesaikan permasalahan mereka
melalui pertemuan dan kerja sama. Cara demokratis dalam menyelesaikam masalah
ini harus dilaksanakan oleh keduan belah pihak, dimana:
a.
Kedua belah pihak harus mau saling mendengar perbedaan situasi dan
cara pandang.
b.
Saling menerima cara pandang dan lebih mengerti kondisi satu sama
lain.
c.
Menyatukan cara pandang mereka dan menjadi satu dalam mencapai
tujuan bersama.
d.
Koordinasi harus diciptakan pada tahap awal. Agar dapat menjalankan
organisasi dengan baik maka segala tugas harus dikoordinasikan dari awal.
e.
Koordinasi adalah proses yang berkelanjutan. Berbagi ide-ide dan
bekerja sama antara administrator dan pekerja harus berkelanjutan untuk
kebaikan kedua belah pihak.
B.
Implikasi dalam penerapan manajemen
Implikasi
terhadap perencanaan sumber daya manusia antara lain ialah bahwa perencanaan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga.[6]
1.
Para pekerja yang segera memasuki masa pension benar-benar siap
untuk itu, terutama dalam hal mental dan financial.
2.
Dalam itu tidak terjadi kekosongan jabatan dalam arti siapnya
tenaga-tenaga yang lebih muda untuk mengisi lowongan yang terjadi.
Untuk kepentingan inilah system informasi ketenagakerjaan mutlak
perlu dikembangkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Pemberhentian.
Satu hal yang tidak mungkin dicegah dan pasti selalu terjadi dalam kehidupan
organisasional ialah adanya pekerja yang mengajukan permohonan berhenti.
Tentunya berbagai alasan digunakan untuk pengajuan permohonan seperti itu,
seperti alasan pribadi, pertimbangan keluarga atau karena pindah bekerja ke
tempat atau organisasi lain.
Pemutusan hubungan kerja. Pada dasarnya pemutusan hubungan kerja merupakan tindakan yang
sejauh mungkin harus diusahakan jangan sampai terjadi. Akan tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja sering tidak terelakkan. Apapun
alasan yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang jelas ialah
bahwa lowongan yang ditimbulkannya harus segera di isi. Berarti kemungkinan
seperti itu pun harus tercermin dalam perencanaan sumber daya manusia.
Cuti panjang.
Yaitu suatu bentuk cuti panjang yang biasannya diberikan oleh organisasi kepada
para pegawainya yang telah bekerja terus-menerus untuk satu kurun waktu yang
panjang dengan prestasi yang memuaskan. Contoh organisasi yang biasa menempuh
kebijaksanaan demikian adalah lembaga pendidikan tinggi bagi tenaga akademik
dalam lingkungannya. Tenaga akademik yang menjalani ‘sabbatical’ pada
umumnya menggunakan kesempatan itu untuk melakukan hal-hal tertentu yang berkaitan
dengan profesinya seperti melanjutkan studi, melakukan penelitian, menulis buku
dan berbagai kegiatan lain yang tidak mungkin dilakukannya tanpa mengambil cuti
panjang. Selama yang bersangkutan mengambil cuti panjang itu, gajinya tetap
dibayarkan secara penuh dan waktu cuti itu diperhitungkan pula untuk masa kerja
yang bersangkutan. Berbagai jenis organisasi di luar lembaga-lembaga pendidikan
tinggi tidak mustahil menempuh kebijaksanaan serupa.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agar
organisasi berjalan dengan lebih efisien maka para teoritisi klasik menekankan
pentingnya rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran: birokrasi, teori administrasi, dan
manajemen ilmiah.
Implikasi
terhadap perencanaan sumber daya manusia antara lain ialah bahwa perencanaan
harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga para pekerja yang segera memasuki
masa pensiun benar-benar siap untuk itu, terutama dalam hal mental dan
financial. Dan dalam itu tidak terjadi kekosongan jabatan dalam arti siapnya
tenaga-tenaga yang lebih muda untuk mengisi lowongan yang terjadi.
B.
Saran
Penulis
telah menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka, penulis sangat
mengharapkan saran terutama dari dosen kami dan juga para pembaca untuk membantu
demi membangun kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wukir,
2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta: Multi
Presindo.
Siagian
Sondang , 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar