Rabu, 19 April 2017

KONSEP dan MODEL TEORI MANAJEMEN

MAKALAH
KONSEP dan MODEL TEORI MANAJEMEN
Ditulis untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia

Dosen Pengampu:
Ahmad Saifudin, M.Pd.I



Oleh:
Aktsarul Ifadah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(STAIDA)
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada:
1.      Bapak Ahmad Saifudin, M.Pd.I yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.      Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.      Teman-teman semester IV
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kendati demikian, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.

                                                                                             Krempyang, 12 Februari 2017

                                                                                                              Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang……………………………………………………..1
B.   Rumusan Masalah………………………………………………....1
C.   Tujuan Masalah…………………………………………………....1
BAB II   PEMBAHASAN
A.   Model Teori Manajemen…………………………………………2
B.   Implikasi Penerapan Manajemen………………………………..5
BAB III  PENUTUP
A.   Kesimpulan………………………………………………………7
B.   Saran…………………………………………………………….7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………8




 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam membahas sejarah, khususnya sejarah manajemen haruslah diingat bahwa sejarah tidak sepenuhnya linier dalam berbagai periode, sejarah melibatkan komponen-komponen yang saling mempengaruhi secara dinamis dan tidak dapat dipisahkan menjadi elemen-elemen tersendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah waktu dari berbagai periode, karena pada kenyataannya tidak ada waktu atau penanggalan yang tepat ketika satu pemikiran atau pendekatan utama dimulai atau berakhir.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Model-model Teori Manajemen?
2.      Bagaimana Implikasi dalam Penerapan Manajemen?

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui Model-model Teori Manajemen
2.      Untuk mengetahui Implikasi dalam Penerapan Manajemen











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan  Teori Manajemen
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (Classical Theory). Secara umum, para teoritisi klasik menggambarkan organisasi sebagai struktur yang tersentralisasi dengan tugas-tugas yang terspeliasisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku. Agar organisasi berjalan dengan lebih efisien maka para teoritisi klasik menekankan pentingnya rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran: birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah. Ketiganya mempunyai efek yang sama dalam praktek dan semuanya dikembangkan sekitar tahun1900-1950 oleh kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling berhubungan.[1]
1.        Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920) dalam buku “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism” dan “The Theory of Social and Economic Organization. Dia kemudian dikenal sebagai bapak dari birokrasi. Birokrasi muncul dari permasalahan yang terkait dengan perusahaan bisnis besar dan meningkatnya kompleksitas operasi pemerintahan.
Menurut Weber, birokrasi merupakan metode yang terbaik dalam mendorong usaha kelompok. Karakteristik birokrasi menurut Max Weber:
a.       Pembagian kerja yang jelas
b.      Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
c.       Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi
d.      System prosedur bagi penanganan situasi kerja
e.       System aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban posisi para pemegang jabatan
Karakteristik yang dituliskan Weber dapat diaplikasikan dalam sekolah dan institusi pendidikan lainnya. Sekolah dikategorikan sebagai organisasi formal yang mempunyai banyak kesamaan dan karakteristik dengan organisasi birokrasi. Beberapa karakteristik sekolah yang ditemukan dalam organisasi birokrasi misalnya struktur hirarkis, promosi, spesialisasi staf, peraturan dan kebijakan, tanggung jawab dan kekuasaan sebagaimana pembagian kerja.[2]
2.      Teori Administrasi
Beberapa tokoh yang mengembangkan teori ini antara lain Fayol yang menuliskan 14 prinsip manajemen yang menjadi dasar teori administrasi, yaitu:
a.       Pembagian kerja atau spesialisasi. Pekerja diberikan elemen pekerjaaan yang terkecil sehingga dapat meningkatkan produktivitas baik dalam pekerjaan teknis maupun manajerial.
b.      Wewenang dan tanggung jawab. Hal ini terkait dengan hak untuk memberikan perintah dan menciptakan kepatuhan agar pekerjaan dapat terselesaikan dan tujuan organisasi dapat tercapai.
c.       Disiplin. Anggota organisasi harus menghormati tujuan organisasi. Mereka juga harus mematuhi aturan dan peraturan organisasi.
d.      Kesatuan perintah. Masing-masing orang hanya menerima perintah dan bertanggung jawab pada satu atasan.
e.       Kesatuan pengarahan. Anggota organisasi harus bekerja bersama-sama menuju tujuan bersama.
f.       Balas jasa. Adanya pemberian upah yang adil baik bagi pegawai maupun organisasi. Hal ini dapat didasarkan pada factor-faktor yang beragam seperti waktu, pekerjaan, tingkat potongan, bonus, bagi hasil atau imbalan non-finansial.
g.      Keadilan. Organisasi harus menegakkan keadilan dan kesetaraan.
h.      Semangat tim. Manajemen harus mendorong terciptanya semangat tim. Kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki sangat penting untuk menciptakan kinerja yang baik. Kesatuan adalah kekuatan.
Fayol juga mendeskripsikan manajemen sebagai seperangkat perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan. Kelima elemen ini disebut sebagai Fayol’s Functionalism. Gulick dan Urwick (1937) juga memandang organisasi dalam istilah fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan, pengkoordinasian, pelaporan dan penganggaran.[3]
3.      Teori Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah dimaksudkan sebagai penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi atau seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efisiensi kerja. Pendekatan manajemen ilmiah ini dikembangkan oleh Fredrick W. Taylor (1856-1915) berdasarkan konsep perencanaan pekerjaan untuk memperoleh efisiensi, standarisasi, spesialisasi dan simplifikasi (penyederhanaan). Taylor memulai pekerjaannya sebagai buruh harian pada suatu pabrik baja, kemudian naik jabatan menjadi supervisor dan pernah mengalami perjuangan manajemen kelas menengah dalam menolak usaha top manajemen untuk meningkatkan produktivitas.[4]
Taylor menyarankan bahwa untuk meningkatkan produktivitas maka manajemen dan pekerja harus saling mempercayai. Untuk meningkatkan kepercayaan, Taylor juga mengembangkan empat prinsip dari manajemen ilmiah untuk meningkatkan produktivitas:
a.       Mengganti aturan lama dalam metode kerja dengan metode atas dasar ilmu pengetahuan.
b.      Seleksi pekerja secara ilmiah, anggota organisasi harus diseleksi berdasarkan beberapa analisis dan kemudian dilatih, diajari dan dikembangkan.
c.       Kerja sama manajemen dengan para karyawan. Manajemen harus berkolaborasi dengan semua anggota organisasi sehingga semua pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah yang telah dikembangkan.
d.      Pelatihan para pegawai secara ilmiah. Pekerja harus dilatih oleh para ahli menggunakan metode ilmiah.
4.      Teori Hubungan Manusiawi
Teori hubungan manusiawi menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja. Salah satu studi dalam pendekatan hubungan manusiawi dilakukan oleh psikolog social bernama Mar Park Follet (1863-1933). Dia menolak pendekatan manajemen ilmiah dengan prinsipnya yang mengutamakan produktivitas yang tinggi, efisiensi dan factor fisik lain dan gaji sebagai cara memotivasi pekerja:[5]
Perusahaan dan pegawai harus menyelesaikan permasalahan mereka melalui pertemuan dan kerja sama. Cara demokratis dalam menyelesaikam masalah ini harus dilaksanakan oleh keduan belah pihak, dimana:
a.       Kedua belah pihak harus mau saling mendengar perbedaan situasi dan cara pandang.
b.      Saling menerima cara pandang dan lebih mengerti kondisi satu sama lain.
c.       Menyatukan cara pandang mereka dan menjadi satu dalam mencapai tujuan bersama.
d.      Koordinasi harus diciptakan pada tahap awal. Agar dapat menjalankan organisasi dengan baik maka segala tugas harus dikoordinasikan dari awal.
e.       Koordinasi adalah proses yang berkelanjutan. Berbagi ide-ide dan bekerja sama antara administrator dan pekerja harus berkelanjutan untuk kebaikan kedua belah pihak.
B.     Implikasi dalam penerapan manajemen
Implikasi terhadap perencanaan sumber daya manusia antara lain ialah bahwa perencanaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga.[6]
1.      Para pekerja yang segera memasuki masa pension benar-benar siap untuk itu, terutama dalam hal mental dan financial.
2.      Dalam itu tidak terjadi kekosongan jabatan dalam arti siapnya tenaga-tenaga yang lebih muda untuk mengisi lowongan yang terjadi.
Untuk kepentingan inilah system informasi ketenagakerjaan mutlak perlu dikembangkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Pemberhentian. Satu hal yang tidak mungkin dicegah dan pasti selalu terjadi dalam kehidupan organisasional ialah adanya pekerja yang mengajukan permohonan berhenti. Tentunya berbagai alasan digunakan untuk pengajuan permohonan seperti itu, seperti alasan pribadi, pertimbangan keluarga atau karena pindah bekerja ke tempat atau organisasi lain.
Pemutusan hubungan kerja. Pada dasarnya pemutusan hubungan kerja merupakan tindakan yang sejauh mungkin harus diusahakan jangan sampai terjadi. Akan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja sering tidak terelakkan. Apapun alasan yang menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang jelas ialah bahwa lowongan yang ditimbulkannya harus segera di isi. Berarti kemungkinan seperti itu pun harus tercermin dalam perencanaan sumber daya manusia.
Cuti panjang. Yaitu suatu bentuk cuti panjang yang biasannya diberikan oleh organisasi kepada para pegawainya yang telah bekerja terus-menerus untuk satu kurun waktu yang panjang dengan prestasi yang memuaskan. Contoh organisasi yang biasa menempuh kebijaksanaan demikian adalah lembaga pendidikan tinggi bagi tenaga akademik dalam lingkungannya. Tenaga akademik yang menjalani ‘sabbatical’ pada umumnya menggunakan kesempatan itu untuk melakukan hal-hal tertentu yang berkaitan dengan profesinya seperti melanjutkan studi, melakukan penelitian, menulis buku dan berbagai kegiatan lain yang tidak mungkin dilakukannya tanpa mengambil cuti panjang. Selama yang bersangkutan mengambil cuti panjang itu, gajinya tetap dibayarkan secara penuh dan waktu cuti itu diperhitungkan pula untuk masa kerja yang bersangkutan. Berbagai jenis organisasi di luar lembaga-lembaga pendidikan tinggi tidak mustahil menempuh kebijaksanaan serupa.[7]

















                                                         BAB III
                                                      PENUTUP
A.    Kesimpulan
Agar organisasi berjalan dengan lebih efisien maka para teoritisi klasik menekankan pentingnya rantai perintah dan penggunaan disiplin, aturan dan supervisi ketat. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran: birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah.
Implikasi terhadap perencanaan sumber daya manusia antara lain ialah bahwa perencanaan harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga para pekerja yang segera memasuki masa pensiun benar-benar siap untuk itu, terutama dalam hal mental dan financial. Dan dalam itu tidak terjadi kekosongan jabatan dalam arti siapnya tenaga-tenaga yang lebih muda untuk mengisi lowongan yang terjadi.

B.     Saran
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka, penulis sangat mengharapkan saran terutama dari dosen kami dan juga para pembaca untuk membantu demi membangun kesempurnaan makalah ini.














                                 DAFTAR PUSTAKA

Wukir, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta: Multi Presindo.
Siagian Sondang , 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.






[1] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013) hal, 14
[2]  Ibid, 16
[3]  Ibid, 18
[4]  Ibid, 19
[5]  Ibid, 20-21
[6]  Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara,2010), hlm 59
[7]  Ibid, 61-62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar