DORONGAN-DORONGAN DALAM AL-QUR’AN
Oleh:
Aqim Durrotul Aimmah
Dewi Martalia K.
A. Pendahuluan
Sebagai manusia yang memiliki banyak sekali kebutuhan baik
kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, yang mana kebutuhan primer ini
merupakan kebutuhan yang harus di penuhi karena kebutuhan ini merupakan
kebutuhan yang berhubungan dengan kebutuhan mempertahankan eksisitensi diri dan
memelihara keberlanjutan spesies. Ada juga kebutuhan untuk mencapai ketenangan
jiwa dan kebahagiaan hidup. Kebutuhan-kebutuhan pokok itulah yang mendorong atau
memotivasi manusia untuk melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Salah satu kebutuhan
primer manusia adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis berkaitan dengan
keseimbangan organik dan kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari makanan
atau kandungan air dalam tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia supaya berusaha
memperoleh makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhannya.
Di samping kebutuhan
fisiologis, manusia juga mempunyai kebutuhan psikologis dan spiritual. Diantara
kebutuhan tersebut ada yang bersifat penting dan lazim. Tujuannya ialah untuk
menciptakan rasa aman dan ketenangan jiwa. Kebutuhan ini ada pada setiap diri
manusia seperti kebutuhan untuk mengenal Allah SWT. Dan sesuatu untuk
mendapatkan rasa aman, nyaman dan damai dari mengenal Tuhannya. Sebagaimana
juga manusia mempunyai naluri untuk bersosialisasi dalam suatu komunitas.
Manusia butuh untuk
meraih prestasi, sukses, unggul dari yang lain, dan merealisasikan ambisinya,
karena semua itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri, puas dan bahagia. Dalam
Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang dorongan fisiologis
dan psikologis. Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari bersama tentang
kedua dorongan tersebut.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Dorongan
Dorongan ialah kekuatan
penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori
tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai tujuan.
Dorongan-dorongan itulah yang mendorong makhluk hidup untuk memenuhi
kebutuhannya serta mendorong makhluk hidup untuk melakukan banyak tindakan
penting yang bermanfaat dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.[1]
K.S. Lashley
berpendapat bahwa motivasi dikendalikan oleh respon-respon susunan saraf
sentral ke arah rangsangan dari dalam dan dari luar yang variasinya sangat
komplek termasuk perubahan komposisi kimiawi dan aliran darah. Para ahli jiwa
modern membagi dua dorongan pokok yaitu: dorongan fisiologis dan psikologis.
2. Dorongan Fisiologis
Dorongan fisiologis berkaitan
dengan keseimbangan organik dan kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari
makanan atau kandungan air dalam tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia
berusaha untuk mendapatkan makanan dan air untuk memenuhi kebutuhannya yang
bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Motivasi fisiologis ini
bersifat naluriah dan tidak di peroleh melalui proses pembelajaran (al-muktasabah).
Motivasi fisiologis meliputi berbagai kebutuhan seperti rasa lapar, rasa haus,
bernapas, istirahat (tidur), buang air besar dan air kecil, hubungan seksual,
dan lain-lain.
Allah telah memberi
karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk, telah menciptakan dalam diri para
makhluk-Nya karakteristik dan sifat-sifat khusus yang membuat para makhluk
mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang telah di ciptakan Allah bagi mereka.
رَبَّنَاالَّذِى أَعْطَى كُلَّ
شىءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
“Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk” (QS, Thaha, 20 :
50)
Fungsi fungsi fisiologis
yakni melakukan fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia. Fungsi
fisiologis inilah yang memenuhi kebutuhantubuh dan menutup semua kekurangan organis
dan kimiawi yang menimpa tubuh. Fungsi-fungsi tersebut yang selalu menjaga
kadar tertentu dari keseimbangan biologis yang di perlukan untuk memelihara
diri dan kelangsungannya. Dan apabila keseimbangan ini mengalami gangguan maka
timbulah suatu dorongan yang spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh.
Kegiatan yang spontan ini berlangsung atas dorongan fisiologis murni, tanpa
adanya dorongan individu yang bersangkutan, misalnya seperti dorongan yang
timbul sewaktu mata meneteskan air mata karena ada benda asing yang masuk ke
dalam kelopak mata.
Dorongan fisiologis
terbagi menjadi dua yakni : pertama, dorongan yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup individu, dan yang kedua dorongan yang di perlukan untuk menjaga
kelestarian jenisnya.
a. Dorongan Untuk Menjaga
Diri
Allah telah
mengemukakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang dorongan-dorongan fisiologis yang berfungsi untuk menjaga diri
dan kelangsungan hidup individu, misalnya dorongan rasa lapar, haus, lelah,
kapanasan, rasa sakit dan bernafas.
Dalam firman-Nya kepada
Adam sewaktu ia masih di surga, Allah mengingatkan nikmat yang telah ia terima.
Karena karunia itulah ia tidak tertimpa rasa lapar atau haus, tidak telanjang
sehingga tidak merasa malu dan menjadi sakit karena perubahan cuaca, serta
tidak merasakan panasnya sinar matahari. Tetapi Allah juga mengingatkannya agar
tidak terjatuh dalam godaan syetan yang berusaha mengeluarkannya dari surga,
agar Adam turun kebumi dan ia beserta anak-anaknya akan merasakan susah
payahnya berusaha, bekerja untuk mendapatkan makanan dan mencari air minum.
Firman Allah SWT :
فَقُلْنَا يَأَدَمَ أِنَّ
هَذَاعَدُوَّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمِامِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى . أِنَّ
لَكَ أَلَّا تَجُوْعَ فِيْهَاوَلَاتَعْرَى . وَأَنَّكَ
لَاتَطْمَؤُا فِيْهَا وَلَا تَضْحَى.فَوَسْوَسَ أِلَيْهِ الشَّيْطَنَ قَالَ
يَأَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ اَلحُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلِى .
“Maka kami berkata :
“Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka
sekali- kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkankamu sengsara. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya
dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak (pula) akan di timpa panas matahari di dalamnya”. Kemudian syetan membisikkan
pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “ Hai Adam, maukah saya tunjukkan
kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?”(QS,Tha Ha,
20: 117-120).
Dalam ayat tersebut
terkandung tiga dorongan penting untuk menjaga diri. Yaitu dorongan rasa lapar,
rasa haus dan dorongan untuk menghidari panas dan dingin yang berlebih-lebihan.
Di dalam ayat itu juga mengisyaratkan dorongan untuk tetap hidup dan dorongan
memiliki (yang termasuk dorongan psikologis). Dorongan untuk tetap hidup dan
dorongan untuk memiliki inilah yang melapangkan jalan syetan untuk menggoda
Adam : “Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang
tidak akan binasa ?”. Maka Adam pun lupa akan peringatan Allah dan
memakan buah pohon keabadian tersebut.
b. Dorongan Mempertahankan
Kelestarian Hidup Jenis
Sebagaimana dengan
kebijaksanaan-Nya, Allah telah menciptakan dalam diri manusia dan hewan
dorongan-dorongan fisiologis alamiah yang mendorong manusia untuk
mempertahankan kalestarian jenisnya yang terbagi menjadi dua bagian yakni
dorongan seksual dan dorongan keibuan.
1) Dorongan Seksual
Dorongan seksual
mempunyai suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan
jenis. Lewat dorongan seksual inilah dapat terbentuknya keluarga, dari keluarga
terbentuk bangsa, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan serta industri
menjadi maju.
فَاطِرُالسَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَجًاوَمِنَ الْأَنْعَمِ
أَزْوَجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ, وَهُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“(Dia) Pencipta langit
dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan
dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula) , di
jadikann-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS, Asy-Syura, 42 :
11)
Dorongan seksual
merupakan landasan pembentukan keluarga, dimana suami dan istri sama-sama
mendapatkan kedamaian hati, sehingga timbul rasa aman tentram dan damai. Dan antara
keduanya timbul perasaan cinta, kasih sayang, dan rahmah yang akan mendorong
terpeliharanya kehidupan bersama dengan harmonis dan rasa saling
tolong-menolong.
3. Dorongan Psikis
Dorongan psikis ialah
dorongan yang tidak bisa di rujukkan secara langsung pada kondisi fisiologis, dorongan
psikis merupakan dorongan yang dipelajari manusia dalam proses sosialisasi yang
dijalaninya. Ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan psikis merupakan
dorongan yang di peroleh berdasarkan dorongan fisiologis kita. Dorongan psikis
tidak ada hubungannya dengan menjaga eksistensi diri dan kelestarian jenis,
dorongan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian
dorongan ini juga menjadi kebutuhan penting bagi manusia, karena kebutuhan ini
memberikan rasa aman, tentram dan bahagia. Dorongan psikis terbagi menjadi :
a. Dorongan Memiliki
Dorongan memiliki termasuk
dorongan psikis yang di pelajari manusia dalam proses sosialisasi. Dari
kebudayaan manapun dan pengalaman pribadinya, manusia belajar rasa cinta untuk memiliki
harta, dan berbagai hak milik yang menumbuhkan rasa tentram dari kemiskinan dan
membekalinya dengan pengaruh pangkat, dan kekuatan dalam masyarakat. Firman
Allah:
زُيِّنَ لِلنَّاسش حُبَّ
الشَّهَوَتِ مِنَ النِّسَاءِوَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَطِيْرِ المُقَنْطَرَةِ مِنَ
الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْحَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَم وَالْحَرْثِ
ذَلِكَ مَتَعُ الحَيَوةَ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَأَبِ
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
disisi Allah lah tempat kembali yang baik(surga).”(QS, Ali Imran, 3:14)
Dorongan memiliki ini
merupakan salah satu di antara dua dorongan penting yang di bangkitkan iblis
pada diri Adam as, yang membuatnya jatuh pada perbuatan maksiat. Seperti yang
terkandung dalam QS, Tha Ha, 20:120, “Kemudian syetan membisikkan pikira jahat
kepadanya, dengan berkata:” Hai Adam maukah saya tunjukkan kepadamu pohon
keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?”.
Dari godaan syetan
terhadap diri Adam bahwa ia akan menunjukkan kepada Adam “ kerajaan yang tidak
akan binasa”, dengan sendirinya dapat di simpulkan bahwa dorongan memiliki
merupakan dorongan alamiah atau instink pada diri Adam dan anak-anaknya.
b. Dorongan Memusuhi
Dorongan memusuhi
nampak dalam tingkahlaku manusia yang memusuhi orang lain dengan tujuan untuk
menyakiti, baik dalam bentuk fisik maupun kata-kata. Permusuhan pertama
yang terjadi dalam kehidupan manusia yaitu permusuhan Qabil, anak adam terhadap
saudaranya Habil yang tercantum dalam firman Allah :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأْ
اَبْنَى أَدَمَ بِالْحَقِّ اِذْ قُرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِ
هِمَاوَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنْ الْاَخَرِ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ قَالَ اِنَّمَا
يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ .لَئِنْ بَسَطتَ اِلَىَّ
يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِىَ أِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَ اِنِّى
أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَلَمِيْنَ . اِنِّى أُرِيْدُ أَنْ
تَبُوْأَ وَاِثْمْكَ فَتَكُوْنَ مِنْ أَصْحَبِ النَّارِ
وَذَلِكَ جَزَؤُا الظَّلِمِيْنَ . فَطَوَّ عَتْ لَهُ
نَفْسُهُ, قَتْلَ أَخِيْهِ فَقَتَلَهُ,فَأَصْبَحَ مِنَ الْحَسِرَيْنَ.
“Ceritakanlah kepada
mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak di terima dari yang lain. Ia (Qabil) berkata:
“Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerim korban
dari orang yang bertakwa”. “ Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku
untuk membunuhku, aku tikan akan sekali-kali menggerakkan tanganku untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. Maka hawa nafsu
Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itulah di
bunuhnya, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi”.
(QS,Al-Maidah, 5:27-30)
Para ahli ilmu jiwa dan
pskologi berbeda pendapat mengenai permusuhan, apakah permusuhan itu termasuk
dorongan alamiah atau dorongan yang di peroleh dengan belajar? Freud dan Lorenz
bahwa permusuhan termasuk dorongan alamiah, namun ahli jiwa lainnya tidak
sepakat dengan pendapat tersebut. Sebab ini memberikan konsepsi yang negatif
dan pesimistis terhadap tabiat manusia. Dengan wawasan yang seperti itu manusia
akan nampak memiliki fitrah yang cenderung melakukan kejahatan dan permusuhan.
Sedangkan Fromm dan Moslow, cenderung mengukuhkan aspek-aspek yang positif,
kooperatif dan baik dalam tabiat manusia.
c. Dorongan berkompetisi
Kompetisi merupakan
salah satu dari dorongan psikis yang dipelajari seseorang dari kebudayaan
dimana ia hidup. Pendidikan yang di terimanya mengantarkannya pada aspek-aspek
dimana kompetisi di pandang baik, demi kemajuan dan perkembangannya sesuai
dengan nilai-nilai yang di pegang oleh masayakat dimana tempatnya tinggal.
Terkadang seseorang belajar dari kebudayaan dimana ia hidup, kompetisi
ekonomis, kompetisi politik, kompetisi ilmiah atau kompetisi-kompetisi lainnya.
Dalam Al-Qur’an di jelaskan kompetisi dalam hal bertaqwa kepada Allah,
kebajikan, berpegang teguh peda nilai-nilai manusiawi yang luhur, dan
lain-lain.
سَا بِقُوْا اِلَى مَغْفِرَةٍ
مِّنْ رَّبِّكَمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِوَالْاَرْضِ أُعِدَّتْ
لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْابِاللهِ وَرُسُلِهِ,ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاُء وَاللهِ ذُوالْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit
dan bumi, yang di sediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, di berikan-Nya kepada siapa yang di
kehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS, Al-Maidah, 5:48)
Dalam ayat tersebut di
jelaskan bahwa manusia di anjurkan agar berlomba-lomba(berkompetisi) dalam
mendapat ampunan dari Allah.
d. Dorongan Beragama
Dorongan beragama
merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah dalam waktak kejadian
manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan adanya dorongan untuk mencari
dan memikirkan Sang Penciptanya dan Pencipta alam semesta, dorongan untuk
menyembah-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya setiap kali ia ditimpa malapetaka
dan bencana. Namun godaan duniawi yang lebih mementingkan kebutuhan jasmani
atau materi dapat membuat manusia lupa pada fitrahnya sebagai makhluk berTuhan
bahkan lambat laun dapat terkikis sehingga manusia akan semakin jauh dari
nilai-nilai spiritualitas keagamaan yang sebenarnya tersembunyi dalam relung
bawah sadarnya.
وَاِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ
بَنِى أَدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوْابَلَى شَهِدْنَا اَنْ تَقُوْلُوْايَوْمَ الْقِيَمَةِ
اِنَّ كُنَّا عَنْ هَذَا غَفِلِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika
tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):” Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul(Engaku Tuhan kami), kami menjadi saksi”.
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (Bani Adam) tak tahu apa-apa tentang hal ini”.(QS,
Al-A’araf, 7: 172)
Dari ayat tersebut
tampak jelas bahwa dalam tabiat manusia terdapat kesiapan alamiah untuk
mengenal Allah dan mengesakan-Nya. Jadi pengakuan terhadap terhadap Tuhan
tertanam kuat dalam fitrahnya dan telah tertanam dalam jiwa manusia sejak zaman
azali.
4. Konflik Antar Dorongan
Apabila sebagian
dorongan pada diri manusia saling bertentangan, misalnya saja salah satu
dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu, sementara dorongan yang lain
tertarik ke arah yang berlawanan, maka orang itu akan tertimpa perasaan resah,
ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus di
tempuhnya. Keadaan demikian di sebut konflik psikis. Dalam Al-Qur’an konflik
psikis di deskripsikan sebagai keadaan yang di derita oleh sebagian orang yang
mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan. Jadi, tidak sepenuhnya mereka
beriman tapi tidak juga dalam keadaan kafir. Firman Allah :
قُلْ أَنَدْعُوْامِنْ
دُوْنِالله مَالاَيَنْفَعُنَا وَلاَيَضُرُّنَا وَنُرَدَّعَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدّ
اِذَ هَدَنَا الله كَالَّذِى اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَطِيِنُ فِي الاَرْضِ حَيْرَانَ
لَهُ, أَصْحَبٌ يَدْعُوْنَهُ, اِلَى الْهُدَى ائتِنَا
“Katakanlah: “Apakah
kita akan menyaru selain pada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan
kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita
dan (apakah) kita akan di kembalikan ke balakang, sesudah Allah memberi
petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah di sesatkan syetan di bumi dalam
keadaan bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang
lurus (dengan mengatakan) : “Marilah ikuti kami...”(QS, Al-An’am, 6:71)
Ayat ini menjelaskan
bahwa keadaan konflik psikis, keresahan dan keraguan yang di timbulkan pada diri seseorang. Dari satu pihak
syetan berusaha menjatuhkan dan meniknya kearah kesesatan dan kekafiran. Di pihak
lain, kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Sementara itu ia berdiri tegak ditengah-tengah, diantara kedua seruan.
5. Pengendalian Dorongan
Allah telah menciptakan
berbagai dorongan dalam diri manusia gunamerealisasian tujuan yang di
kehendaki Allah seperti penjagaan diri dan kelangsungan hidup seluruh jenis.
Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang
mengisyaratkan di anggap buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun
di ingkari. Sebaliknya, Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya
mengendalikan dorongan-dorongan tersebut dengan batas-batas yang di perkenankansyari’at,dan
tanpa berlebih-lebihan.
يَأَيُّهَاالَّذِينَ أَمَنُوْالاَتُحَرِّمُوْاطَيِّبَتِ
مَاأَحلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَتَعْتَدُوْا اِنَّاللهَ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ,
وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقْكُمُ اللهُ حَلَلاً طَيِّبًاوَاتَّقٌوا اللهَ الَّذِى
أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُوْنَ
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai otang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi
baik dari apa yang Allah telah rezikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah
yang kamu beriman kapada-Nya”. (QS, al-Maidah 5:87-88)
Dalam ayat di atas
dijelaskankan bahwa Allah melarang berbuat sesuatu yang melampaui batas, dan
Allah juga malarang untuk memenuhi dorongan-dorongan dengan malanggar syariat.
C. Kesimpulan
1.
Dorongan ialah kekuatan
penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan memotori
tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai tujuan.
2.
Motivasi fisiologis
yang bersifat naluriah dan tidak di peroleh melalui proses pembelajaran (al-muktasabah).
Motivasi fisiologis meliputi berbagai kebutuhan seperti menjaga diri, rasa
lapar, rasa haus, bernapas, istirahat (tidur), buang air besar dan air kecil,
hubungan seksual, dan dorongan keibuan.
3.
Dorongan psikis ialah
dorongan yang tidak bisa di rujukkan secara langsung pada kondisi fisiologis, dorongan
psikis merupakan dorongan yang dipelajari manusia dalam proses sosialisasi yang
dijalaninya. Dorongan psikis terdiri dari dorongan untuk memiliki, dorongan
memusuhi, dorongan berkompetisi, dorongan beragama.
4.
Apabila sebagian dorongan
pada diri manusia saling bertentangan, maka orang itu akan tertimpa perasaan
resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan arah mana yang harus di
tempuhnya. Keadaan demikian di sebut konflik psikis. Dalam Al-Qur’an konflik
psikis di deskripsikan sebagai keadaan yang di derita oleh sebagian orang yang
mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan.
5.
Dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang mengisyaratkan di anggap
buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun di ingkari. Sebaliknya,
Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya mengendalikan dorongan-dorongan
tersebut dengan batas-batas yang di perkenankan syari’at dan
tanpa berlebih-lebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim.
Utsman Najati, Muhammad . 1985. Al-Qur’an dan
ilmu jiwa. Bandung : Pustaka.
Psikologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar