Kamis, 12 Januari 2017

QOSAM (SUMPAH) DALAM AL QUR’AN

MAKALAH STUDI QUR’AN HADITS

QOSAM (SUMPAH) DALAM AL QUR’AN

Disusun  Untuk  Memenuhi  Tugas  Mata Kuliah Studi Qur’an Hadits

Dosen  Pengampu : H.M. Burhanuddin Ubaidillah Lc. MA







Oleh :
1.  DEWI MARTALIA KURNIASARI
2.  NANING NUR FARICHAH



PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM

2016

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya  kami dapat menyelesaikan makalah ini.
            Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
            Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.        Bapak H.M. Burhanuddin Ubaidillah Lc. MA yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.        Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.        Teman-teman semester II.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Studi Qur’an Hadits. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga kami sangat berharap akan adanya kritik dan saran guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.





Tanjunganom, 12 Januari 2016

Penulis


DAFTAR  ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB 1          PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C.       Tujuan...................................................................................................... 1

BAB II         PEMBAHASAN
A.      Pengertian  Qosam dalam Al-Qur’an...................................................... 2
B.       Rukun Al Qosam dalam Al-Qur’an......................................................... 2
C.       Macam-macam Al Qosam dalam Al-Qur’an..........................................6
D.      Tujuan dan Hikmah Al Qosam dalam Al-Qur’an.................................... 6

BAB III       PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................. 8
B.     Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9






BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bersumpah merupakan salah satu upaya yang dilakukan manusia dalam rangka meyakinkan orang lain bahwa dia berada atas kebenaran. Dengan diucapkannya sumpah oleh seseorang maka orang lain yang pada mulanya ragu atau tidak percaya akan informasi yang disampaikan, menjadi percaya dan meyakini kebenaran berita tersebut. Jika demikian halnya, maka berumpah boleh disebut suatu mekanisme yang teramat penting dalam berkomunikasi antar sesama manusia sebab kepercayaan oang lain sangat diperlukan.
Lain halnya jika sumpah tersebut datangnya dari Allah, karena kita memercayai sepenuh hati, bahwa Allah Maha Sempurna, Maha Benar, dan sekali-sekali tak pernah curang apalagi bohong. Dalam kondisi yang begitu mengagumkan, tentu tak perlu memakai kalimat sumpah untuk meyakinkan orang lain, baik mukmin maupun kafir. Bagi seorang mukmin, ada atau tidak sumpah dia akan tetap percaya informasi Al-Qur’an, sebaliknya bagi orang kafir sumpah tak akan ada gunanya apabila tak ada hidayah yang yang masuk kedalam hatinya.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah pengertian Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an?
2.    Apa sajakah rukun Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an?
3.    Apa saja macam-macam Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an?
4.    Apa tujuan dan hikmah Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an?

C.  Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu:
1.    Mengetahui dan memahami pengertian Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an.
2.    Mengetahui dan memahami rukun Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an.
3.    Mengetahui dan memahami macam-macam Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an.
4.    Mengetahui dan memahami tujuan dan hikmah Qosam atau sumpah dalam Al-Qur’an.




BAB  II
PEMBAHASAN

Kesiapan jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran dan tuntuk terhadap cahayaNya tentu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda oleh kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi sinarNya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sekilas saja.  Sedangkan jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak akan tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat lagi kokoh, sehingga dengan demikian barulah akan tergoncang keingkarannya itu. Qosam dalam pembicaraan termasuk salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti  konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang sebelumnya diingkarinya.

A.  Pengertian Qosam dalam Al-Qur’an.
 Secara bahasa, aqsam merupakan bentuk jamak  dari kata qosam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Sigat asli qosam adalah aqsama atau ahlafa yang ditransitifkan dengan ba untuk sampai kepada muqsam bih, lalu disusul dengan muqsam alaih. Qosam dan yamin adalah dua kata sinonim dengan definisi istilah sebagai “mengikat  jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu.” Bersumpah juga dinamkan dengan yamin (tangan kanan), karena orang Arab  ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.[1]
Sementara jika dikaitkan bahwa yang bersumpah adalah Allah, dapat di artikan bahwa sumpah dalam Al-Qu’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk kalimat sumpah. jadi bila dijumpai suatu kalimat yang berisi sumpah, tapi bukan wahyu Allah kepada Nabi  Muhammad, maka kalimat tersebut bukan sumpah alam Al-Qur’an, begitu pula jika dijumpai wahyu, tapi tidaak dalam bentuk sumpah, juga tidak dapat disebut sumpah dalam Al-Qur’an.[2]
Dalam kaitannya dengan faedah  Qosam dalam Al-Qur’an, bahasa Arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Allah SWT bersumpah dikarenakan adanya orang-orang yang begitu keras kepala dalam menanggapi dakwah Nabi Muhammad, banyak hal yang tidak dipercayai oleh kaum ingkar sehingga harus disampaikan melalui sumpah. Selain itu karena sumpah merupakan suatu kekuatan untuk memilah perkara yang benar dan yang salah secara bijaksana. Mukhatab (lawan bicara) ditinjau dari segi pengenalan dan penerimaan terhadap berita yang disampaikan, terbagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1.    Mukhatab khaliyuz zihni adalah seorang yang berhati kosong ,yaitu orang yang sama sekali tidak mempunyai persepsi akan pernyataan (hukum) yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu menggunakan penguat (ta’kid). Penggunaan perkataan yang demikian disebut dengan ibtida’i.
2.    Mukhatab Mutaraddid, yaitu lawan bicara yang ragu-ragu. Artinya lawan bicara ini ragu-ragu dengan kebenaran yang disampaikan kepadanya. Maka untuk tipe yang seperti ini sebaiknya menggunakan taukid untuk menguatkan berita sehingga dapat menghilangkan keraguan di pihak Mukhatab. Perkataan yang demikian dinamakan dengan talabi.
3.    Mukhatab Munkir, yaitu  lawan bicara yang inkar, lawan bicara seperti ini diperkirakan sudah mengetahui kebenaran berita yang disampaikan kepadanya, tetapi berusaha untuk mengingkarinya. Maka untuk tipe ini perlu digunakan taukid  sesuai dengan kadar keingkaranya. Perkataan seperti ini disebut dengan inkari.[3]
Qosam merupakan salah satu penguat penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an diturunkan untuk seluruhmanusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari, dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qosam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan menguatkan hukum dengan cara yang paling sempurna.

B.  Rukun Qosam dalam Al-Qur’an.
Rukun Qosam dalam Al-Qur’an ada empat, yakni Muqsim, Adat Qosam, Muqsam bih, dan MuqsamAlaih.
1.    Muqsim
Muqsim yaitu pelaku yang mengucapkan sumpah. Jika yang dimaksud adalah sumpah dalam Al-Qur’an, maka jelas Muqsimnya adalah Allah SWT.
2.    Adat Qosam
Adat Qosam yaitu alat atau perangkat untuk bersumpah, baik menggunakan fi’il qasam (أَقْسَم بِ), huruf wawu (و) ataupun huruf ta’ (ت) .
Perangkat qosam baik yang berbentuk uqsimu ataupun yang berbentuk ahlifu harus disertai dengan huruf ba’ (ب), seperti yang terdapat pada surat An-Nahl ayat 38:
وَأَقْسِمُواْبِاللّٰهِ. (النحل : ۳۸)
“Mereka bersumpah dengan nama Allah.”
Dalam Al-Qur’an, kadangkala dalam suatu ayat, bentuk qosam langsung disebutkan dengan huruf wawu (و) pada isim dzahir  ۱)   (وَاللَّيْلِ إِذَايَغْشَى: الليل: dan kadang kala langsung disebutkan dengan huruf ta’ (ت)  pada lafadzul jalalah, seperti
(وَ تَاللّٰهِ لَأَكِيْدَنَّأَصْنَامَكُمْ: الأنبياء: ٥۷). Yang demikian terjadi jika fi’il qosam tidak disebutkan dalam ayat tersebut.
3.    Muqsam bih
Muqsam bih yaitu sesutu yang dijadikan sumpah sebagai penguat pembicaraan. Adapun sumpah itu harus diperkuat dengan sandaran yang diagungkan oleh yang bersumpah. Contoh: Allah sebagai sandaran dalam bersumpah:
وَأَقْسِمُواْبِاللّٰهِ. (النحل : ۳۸)
 “Mereka bersumpah dengan nama Allah.”
Umat Islam dilarang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa yang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah, maka dia telah kafir atau musyrik.” (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi. Hadits shahih)
Sedangkan Allah, didalam Al-Qur’an Dia bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri ang Maha Agung atau dengan tanda-tanda kebesaran-Nya, seperti:
A.  Allah  bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri. Yang demikian terdapat dalam surat a) Maryam: 68, b) An-Nisa’: 65, c) Al-Ma’arif: 40, d) At-Taghabun: 7, e) Saba’: 3, f) Yunus: 53, dan g) Al-Hijr: 92.
Contoh dalam surat Al-Hijr ayat 92:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.” (QS. Al-Hijr: 92)

B.  Allah bersumpah   dengan tanda-tanda keagungan-Nya dan kebesaran ciptaan-Nya. Bentuknya adalah:
a)    Dengan kehidupan Rasulullah, terdapat dalam surat Al-Hijr ayat 72, yaitu:
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ
“(Allah berfi rman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang ambing didalam kemabukan (kesesatan)”.”
b)   Dengan hari qiamat, terdapat dalam surrah Al-Qiyamah ayat 1, yaitu:
لا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Aku bersumpah demi hari kiamat.”
c)    Dengan kalam-Nya (Al-Qur’an), terdapat dalam surat Yasin ayat 1-3, yaitu:
يس (١) وَالْقُرْٲَنِ الْحَكِيْمِ (٢) ٳِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ (٣) (يس : ۱-٣)
“Yaa siin (1) Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah (2) (yang berada) di jalan yang lurus (3)”
d)   Dengan makhluk angkasa (seperti bintang, matahari, bulan, fajar, malaikat, dan lainnya), terdapat dalam surat An-Najm: 1-2, As-Syams:1-2, Al-Fajr:1-5, dan An-Nazi’at:1-6. Contoh yang terdapat dalam surat As-Syams:
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا (۱) وَالْقَمَرِ إِذَاتَلَٮٰهَا (۲)
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari (1) dan bulan apabila mengiringinya (2)”
e)    Denga makhluk bumi (seperti buah thin, zaitun, negara yang aman, dan lainnya) contoh yang terdapat dalam surat At-Tin: 1-3
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ (١) وَطُوْرِسِيْنِيْنَ (٢) وَهَذَا الْبَلَدِ الٲَمِيْنِ (٣)
“Demi (buah) Tin dan (buah)Zaitun (1) dan demi bukit Sinai (2) dan demi kota (Mekah) ini yang aman (3).”
f)    Dengan masa (seperti waktu dhuha, asar, malam, dan lainnya), contoh terdapat dalam surat Ad-Dhuha:1-3, dan Al-Asr: 1
وَالْعَصْر
“Demi masa.”
4.    MuqsamAlaih
MuqsamAlaih yaitu isi atau bentuk berita yang dilakukan dalam bersumpah atau sesuatu yang disumpahkan. Contoh:
يس (١) وَالْقُرْٲَنِ الْحَكِيْمِ (٢) ٳِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ (٣) (يس : ۱-٣)
Yaa siin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul.”


Adapun hal-hal yang harus dipenuhi dalam muqsamalaih, yaitu:
a.    MuqsamAlaih harus terdiri dari hal-hal yang baik atau hal-hal yang penting.
b.    Lawan bicara dalam kondisi yang meragukan dan tidak percaya pada pembicaraan.
c.    Muqsamalaih sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Apabila kalimat muqsamalaih terlalu panjang, maka muqsamalaih-nya boleh dibuang, seperti dalam surat Al-Fajr: 1-6 muqsamalaih-nya tidak ada.

Secara garis besar, muqsamalaih dalam Al-Qur’an terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
a.    Ketauhidan, seperti dalam surat As-Shaffat ayat 1-4:
وَالصَّافَاتِ صَفَّا (۱) فَالزَّجرَاتِ زَجْرًا (۲) فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرَا (۳) إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ (٤)
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya (1) dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat) (2) dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran (3) sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa (4).“
Kalimat إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ  pada ayat ke empat adalah jawab qosam yang berisi tentang penegasan ke-Esa-an Allah, sehingga jelas itu merupakan pokok keimanan.
b.    Kebenaran Al-Qur’an seperti dalam surat Al-Waqi’ah ayat 75-77:
فَلاَ أُقْسِمُ بِمَوَ اقِعِ النُّجُوْمِ (۷۵) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْتَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ (۷٦) إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيْمٌ (۷۷)
“Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur’an (75) Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar jika kamu mengetahui (76) Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia (78).”
Penegasan Allah: إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيْمٌ  dapat menjadi landasan yang kuat untuk meyakini bahwa Al-Qur’an betul-betul sebuah kitab yang mulia dan haq (benar).
c.    Kebenaran Rasulullah, seperti dalam surat Yasin ayat 1-3:
يس (١) وَالْقُرْٲَنِ الْحَكِيْمِ (٢) ٳِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ (٣)
Yaa siin.(1) Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah.(2) Sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul(3).”
Dengan adanya penegasan Allah: ٳِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ  maka akan makin kokoh keyakinan kita bahwa Nabi Muhammad SAW benar-benar salah seorang diantara rasul yang pernah diutus Allah untuk menunjukkan umat ke jalan yang benar.
d.   Kebenaran adanya pembalasan, janji, dan ancaman, seperti alam surat Al-Mursalat ayat 1-7:
وَالْمُرْسَلاَتِ عُرْفًا (۱) فَالْعاَصِفاَتِ عَصْفًا (۲) وَالنّاَشِرَتِ نَشْرًا (۳) فَالْفاَرِقَتِ فَرْقًا (٤) فَالْمُقِيَتِ ذِكْرًا (٥) عُذْرًا أَوْنُّذْرًا (٦) إِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَقِعٌ (٧)
“Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan (1) dan (malaikat-malaikat) yang terban dengan kencangnya (2) dan  (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya (3) dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya (4) dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu (5) untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan (6) sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi (7).”
Kalimat إِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَقِعٌ  berfungsi sebagai jawab qosam dari kalimat sumpah yang disebutkan sebelumnya. Dengan demikian tidak ada alasan untuk tidak meyakini balasan amal kelak di akhirat, jika baik amal seseorang pasti akan dibalas dengan baik, dan sebaliknya jika buruk amal seseorang maka akan dibalas dengan buruk pula.
e.    Hal ihwal manusia, seperti dalam surat At-Tin ayat 1-4:
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ (١) وَطُوْرِسِيْنِيْنَ (٢) وَهَذَا الْبَلَدِ الٲَمِيْنِ (٣) لَقَدْخَلَقْنَا الٳِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْم (٤)
“Demi (buah) Tin dan (buah)Zaitun (1) dan demi bukit Sinai (2) dan demi kota (Mekah) ini yang aman (3) sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya(4).”
Dari ayat keempat nampak bahwa Allah menegaskan bahwa hal ihwal penciptaan manusia adalah dijadikan sebagai sebaik-baiknya makhluk.[4]
Apabila diamati dengan seksama, kelima unsur yang dijadikan Allah sebagai isi dari sumpah, niscaya tergambar dengan jelas dalam benak kita bahwa kelima hal tersebut merupakan landasan utama dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, tanpa hal-hal sebagaimana dissebutkan diatas, maka kehidupan akan serasa tak punya pedoman dan pegangan.
Sementara itu, hubungan antara Muqsam bih dan Muqsam ‘alaih juga nampak begitu erat. Sebagai contoh dapat kita temukan pada surat As-Shaffat ayat 1-4,  ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa dan merupakan dzat yang gaib. Dari itu Allah menggunakan yang gaib pula yakni malaikat yang bersaf-saf. Dengan begitu nampak kaitan yang serasi antara Muqsam bih dan muqsam ‘alaih. Selain itu masih banyak contoh yang menunjukkan eratnya kaitan antara Muqsam bih dan muqsam ‘alaih, dimana keduanya terdapat hubungan yang kuat dan harmonis, sehingga masing-masing saling menunjang dalam membentuk suatu ungkapan yang serasi, tepat, dan akurat.
Pada dasarnya Qosam dalam Al-Qur’an terpencar-pencar dalam surat-surat Al-Qur’an, baik dalam surat makiyah maupun madaniyah. Namun pada umumnya sumpah-sumpah tersebut terdapat pada permulaan surat sebagaimana dijumpai dalam surat makiyah, sementara dalam surat madaniyah jarang sekali dijumpai sumpah pada awal surat. 

C.  Macam-Macam Qosam dalam Al-Qur’an
Qosam dalam Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu qosam dhahir dan qosam mudhmar.
1.    Qosam Dhahir (jelas), yaitu sumpah yang adat qosam-nya disebutkan bersama dengan muqsam bih-nya. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qosamnya sebagaimana pada umumnya karena dicukupkan dengan huruf  jarr berupa “ba”, “wawu”, dan “ta”. Di beberapa tempat,  fi’il qosam terkadang didahului atau dumasuki “LA” nafy.
Contoh:
وَٲَقْسِمُوْابِاللهِ جَهْدَٲَيْمَانِهِمْ.... (النحل : ٣٨)  
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah nya yang sungguh-sungguh..”
2.    Qosam Mudhmar (tersimpan atau samar), yaitu sumpah yang adat qosam-nya dan muqsam bih-nya tidak disebutkan. Tetapi adanya qosam  ditunjukkan dengan adanya lam taukid (lam yang berfungsi untuk menguatkan pembicaraan) yang terletak pada muqsam ‘alaih. Contoh:
لَتُبْلَوُنَّ فِى ٲَمْوَالِكُمْ وَٲَنْفُسِكُمْ.....(آل عمران : ١٨٦)
 “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”
Jika diperhatikan, ayat diatas terdapat qosam yang tidak disebutkan yaitu:
وَاللهُ لَتُبْلَوُنَّ.....[5]

D.  Tujuan dan Hikmah Qosam dalam Al-Qur’an
Sebelum menguraikan hikmah sumpah dalam Al-Qur’an, perlu dicatat disini, bhwa Allah dalam bersumpah tidak pernah memakai lafal خلف melainkan selalu memakai kata kerja أقسم atau cukup dengan memakai huruf (adat) qosam. Karena jika diamati lebih jauh konotasi lafal خلف berbeda dengan lafal أقسم , sebab lafal خلف tidak menjamin bahwa si pelaku sumpah (muqsim) berada di atas kebenaran, boleh jadi ia berbohong seperti diisyaratkan Allah dalam ayat ke 56 dari surat At-Taubah,
وَيَخْلِفُونَ بِاللّهِ إِنَّهُمْ لَمِنْكُمْ وَمَا هُمْ مِنْكُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ. (التوبة:٥٦)
“dan mereka (orang-orang munafik)bersumpah dengan nama Allah bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka bukan golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut kepadamu.”
Dimana tampak dengan jelas bahwa lafal خلف digunakan untuk menggambarkan suatu sumpah yang boleh jadi si pelakunya berbohong. Disinilah letak antara lain perbedaan konotasi dua lafal sumpah tersebut, tidak salah bila dikatakan bahwa tidak digunakannya lafal خلف untuk bersumpah oleh Allah dalam Al-Qur'an menjadi salah satu indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam kitab suci adalah benar, tidak berpura-pura apalagi berbohong, Maha Suci Allah ari semua itu.
Dari uraian yang dikemukakan di bagian terdahulu, tampak ada dua hal yang dijadikan Allah untuk bersumpah, yaitu diri-Nya sendiri dan atau makhluk-Nya. Apabila Allah bersumpah menggunaka dzat-Nya sendiri, maka itu adalah untuk menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya sementara jika Allah bersumpah dengan makhluk-Nya, menunjukkan bahwa makhluk tersebut merupakan salah satu diantara wujud kebesaran-Nya.[6]
Hikmah-hikmah qosam dalam Al-Qur’an adalah:
1.    Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat percaya dan menerima.
2.    Menyempurnakan argumentasi.
3.    Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih.
4.    Menjelaskan betapa pentingnya al-muqsam ‘alaih.
5.    Agar manusia meneladani sikap bertanggungjawab.
6.    Berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan kebenaran.
7.    Jika diperlukan, maka sumpah harus diungkapkan untuk memperkuat pembicaraan.
8.    Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan begitu manusia merasa rendah di hadapan Allah.[7]




























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pembahasan kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Qosam atau sumpah dalam Al-Qu’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk kalimat sumpah, yang ditujukan kepada tiga kaum yaitu, Mukhatab khaliyuz zihni, Mukhatab Mutaraddid, & Mukhatab Munkir.
2.      Rukun Qosam dalam Al-Qur’an ada empat, yakni Muqsim, Adat Qosam, Muqsam bih, dan MuqsamAlaih.
3.      Qosam dalam Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu qosam dhahir dan qosam mudhmar.
4.      Hikmah dari sumpah dalam Al-Qur’an diantaranya untuk menyempurnakan atau menguatkan argumentasi. Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih dan pentingnya al-muqsam ‘alaih. Agar manusia meneladani sikap bertanggungjawab, berani, dan jujur, serta memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, sehingga manusia merasa rendah di hadapan Allah.

B.  Saran
Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya mempercayai apa yang termaktub dalam Al-Qur’an, baik yang berupa sumpah maupun tidak. Dengan memahami perihal sumpah dalam Al-Qur’an pula semoga ke depannya kita dapat menjadi muslim yang lebih baik dengan meneladani sikap bertanggungjawab, berani, jujur serta merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Terlepas dari itu semua, penulis senantiasa mengharapkan masukan baik kritik maupun saran demi memperoleh pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya bagi kita semua.









DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Khalil Qathan. 2014. Study Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa.
Nashrudin Baidan, 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
M Gufron dan Rahmawati. 2013. Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras.



[1] Manna’ Khalil Qathan, Study Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa, 2014) hlm 413-414.
[2] Nashrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm 206.
[3] Manna’ Khalil Qathan, Study Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa, 2014) hlm 414-415.
[4] Nashrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm 212-213.
[5] M Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras, 2013) hlm 104-110.
[6] Nashrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm 219-220.
[7] M Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras, 2013) hlm 110.

1 komentar: