MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM (600 SM-610 M)
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Rakhil Fajrin, M.Pd.I
Oleh
:
1. DEWI MARTALIA KURNIA SARI
2. IMALA HIDAYATI
3. BINTI ULFATUL JANAH
PROGAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian
alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan
kepada :
1.
Ibu Rakhil Fajrin, M.Pdi yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya laporan ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu saya dalam
menyelesaikan laporan ini.
3.
Teman-teman semester II.
Laporan
ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kendati demikian, kami berharap laporan ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir
kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.
Krempyang,
25
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i...........
KATA
PENGANTAR ....................................................................................................... ii...........
DAFTAR
ISI ..................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................................... 1
C.
Tujuan
Masalah ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Peradaban Arab pra Islam....................................................................... 2
B.
Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab pra Islam ....................... 4
C.
Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab pra Islam.................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perjalanan
hidup manusia yang penuh dengan perubahan serta tantangan mendorong manusia
untuk senantiasa bercermin kepada para pendahulunya, sebagai suri tauladan
dalam berkehidupan. Begitu pula dengan bangsa-bangsa di dunia sebelum Islam
datang. Ketika Nabi Muhammad SAW lahi, kota Makkah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena
letaknya. Kota ini di lalui jalur perdagangn yang ramai, serta danya Ka’bah
sebagai puat keagiatan keagamaan, dimana didalamnya terdapat 360 berhala yang
mengelilingi berhala utama, Hubal.
Selain
di Jazirah Arab, peradaban di dunia juga terdapat di berbagai belahan dunia lainnya seperti Yunani, Romawi,
Mesir, dan Pesia dengan berabagai aspek kehidupan didalamnya, juga dengan
berbagai kepecayaan yang telah lebih dahulu berkembang disana sebelum Islam
datang.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
peradaban banga Arab sebelum datangnya Islam?
2.
Bagaimana
tradisi menulis dan pendidikan bangsa Arab pra Islam?
3.
Dimana
saja pusat kegiatan intelektual di luar Arab pada masa pra Islam?
C.
Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah ini yaitu:
1. Mengetahui peradaban bangsa Arab
sebelum datangnya Islam.
2.
Mengetahui tradisi menulis dan pendidikan bangsa Arab pra-Islam.
3.
Mengetahui pusat kegiatan intelektual di
luar Arab pada masa pra Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARABIYA PRA ISLAM
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya,
para sejarawan membagi kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang
sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud,
Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Bentuk
Jazirah Arab secara geografis adalah memanjang kesebelah utara, berbatasan
dengan Palestina dan Padang Syam. Jazirah Arab terletak di
antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. ke
sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke
sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut
Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari
utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak
geografis ini telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta
penyebaran agama.
Sistem sosial
masyarakat Arab pra-Islam mengikuti garis bapak (patriakal) dalam
memperhitungkan keturunan, sehingga setiap nama selalu menyebut bapaknya, kalau
laki-laki dengan bin, kalau anak perempuan dengan binti. Orang
Arab akan bangga dengan rentetan nama dibelakangnya karena menunjukan kabilah
dan suku bangsa dari nenek moyang mereka yang sangat dihormati.
Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah.
Sebagian ahli sejrah menamai tanah Arab itu “Shibhul jazirah” yang dalam bahasa
Indonesia berarti “Semenanjung”. Sebelum datang agama islam, bangsa arab telah
mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlaq dan peraturan-peraturan
hidup. Sebelum datangnya Islam bangsa Arab memiliki kepercayaan yang kuat
tehadap penyembahan pohon, bintang, binatang, dan batu.[1] Agama
baru ini pun datang membawa akhlaq, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup.
Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka
bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam
dengan peraturan-peraturan bangsa arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan
yang banyak memakan waktu.
Bangsa Arab terbagi atas dua bagian, yaitu: penduduk
gurun pasir dan penduduk negeri. Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir
hampir tidak di kenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka
hanyalah yang dimulai dari kira-kira 150 tahun sebelum Islam. Adapun yang
sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa
Arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang
selalu berperang. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh
keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak
memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat
menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi
budak.
Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku
(kabilah-kabilah). Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang eksisitensi
politiknya adalah kesatuan fanatisme,
adanya kesatuan timbal dalam menjaga daerah, dan menghadang musuh di
luar kabilah karena masing-masing kabilah seing kali bermusuhan. Peperangan-peperangan
itu menghabiskan waktu dan tenaga; karena itu mereka tidak mempunyai waktu dan
kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan bilamana di antara mereka
dapat bekerja,mencipta dan menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain
memerangi dan meruntuhkannya. Dan lagi, mereka buta huruf. Oleh karena itu
sejarah dan kehidupan mereka tiadalah dituliskan. Jadi,tidak ada
bangunan-bangunan yang dapat melukiskan sejarah itu. Adapun yang sampai kepada
kita tentang orang-orang zaman dahulu itu, adalah yang diceritakan oleh
kitab-kitab suci. Sejarah mereka, mulai dari masa 150 tahun sebelum Islam,
dapat kita ketahui dengan perantaraan syair-syair atau cerita-cerita yang
diterima dari perawi-perawi.
Adapun sejarah bangsa Arab penduduk negeri, adalah lebih jelas.
Negeri-negeri mereka ialah: Jazirah Arab sebagian selatan, kerajaan Hirah dan
Ghassan, dan beberapa kota di tanah Hejaz.[2]
Sementara itu sumber ekonomi utama bangsa arab adalah perdagangan
dan pertanian. Barang yang di perjual belikan bangsa arab pada saat itu adalah
kain, pakaian, anggur, dan gandum. Orang Quraisy biasanya melakukan perjalanan
terutama ke negeri Syam pada musim panas dan Yaman pada musim dingin.[3]
B. Tradisi
Menulis dan Pendidikan bangsa Arab Pra-Islam
Menurut Jawad Ali, seorang penulis sejarah terbaik bangsa Arab
Pra-Islam, pada masa pra-Islam pendidikan dasar atau kuttab sudah
dikenal sebagai lembaga yang mengajarkan baca tulis, berhitung, dan dasar-dasar
agama. Hal ini menurut Husein Asari didukung oleh terdapatnya catatan sejarah
dengan beberapa nama yang dikenal sebagai
guru yang hidup pada masa pra-islam seperti Bisyr bin ‘Abd Al-Malik,
Sufyan bin Umayyah bin ‘Abd Syams, ‘Usman bin Zarrah, Abu Qays, dan lain
sebagainya.
Catatan sejarah tentang kegiatan pendidikan pada komunitas Yahusi
dan Kristen di Arab pada masa ini cenderung lebih lengkap dibanding banga Arab
yang menyembah berhala (pagan). Komunitas Yahudi dan Kristen memiliki perhatian
yang cukukp tinggi terhadap pendidikan yang ditunjukkan dengan adanya
sekolah-sekolah yang mengajarkan kitab suci (Taurot dan Injil), filsafat,
debat, dan sejarah.[4]
Selain itu, meskipun belum terdapat sistem pendidikan sebagaimana
zaman modern saat ini, masyarakat Arab tidak mengabaikan pekembangan budaya.
Kemampuan mereka dalam bidan satra sangat terkenal, baik dalam hal satra maupun
syair. Bahasa mereka sangat kaya dengan ungkapan, tata bahasa, dan kiasan.[5]
Keistimewaan bahasa ini merupakan kontribusi mereka dalam pekembangan Islam
pada masa yang akan datang. Seperti dikutip dari pernyataan Philip K. Hitti,
bahwa keberhasilan penyebaran agama Islam diantaranya didukung oleh keluasan
bahasa Arab, khusunya bahasa Arab Al-Quran. Dalam kaitan ini Ahmad Syalabi
bependapat bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang murni dan terpelihara, karena
kerusakan bahasa terutama karena penjajahan bangsa asing tidak terjadi disini,
sehinga tidak terdapat percampuran bahasa.
Kemajuan kebudayaan di bidang syair tidak diwarnai dengan semangat
kebangsaan Arab, melainkan diwarnai dengan semangat kesukuan. Pujangga-pujangga
sayi zaman Jahiliah membanggakan suku, kemengangan dalam pertempuran,
mengagungkan nama tokoh, pahlawan dan leluhur mereka. Biasanya syair-syair
tersebut dibacakan di pasar-pasar, semacam pegelaran pembacaan syair, seperti
di pasar ‘ukaz’.
Namun disayangkan bahwa sikap mereka terkait pemerataan pendidikan
masih sangat minim, bagi mereka, ilmu pengetahuan merupakan hak istimewa bagi
kaum terpandang. Sehingga yang boleh pintar hanya orang-orang terhormat,
sementara rakyat jelata dibiarkan bodoh. Dengan kebodohannya tadi mereka dapat
di kelabuhi dan ditindas. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tidak
mendaatkan pendidikan, biasanya akan belajar tentang apa saja kepada keluarga,
misalnya anak laki-laki ang belajar berburu, bertani, maupun berperang kepada
ayahnya.
Pada intinya, sebagian bangsa Arab telah mengembangkan suatu
kegiatan pendidikan, meskipun pendidikan yang dominan adalah secara lisan dan
praktik, namun tulisan telah mulai dikenal secara terbatas, setidaknya pada
komunitas Yahudu dan Kristen sudah ada struktur pendidikan meskipun sangat
sederhana. Sementara sebagian lainnya masih buta huruf. Itulah sebabnya
bahan-bahan sejarah Arab pra Islam sangat langka didapatakan, selain itu juga
peperangan antar kabilah menyebabkan kebudayaan mereka sulit berkembang.
C. Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab Pra Islam
Menurut Dr.
Teungku Saifullah pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya sebelum dan
menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses
penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat Islam generasi awal, meliputi: Atena,
Alexandria, India, Jundi Syapur.
a.
India
Dibanding dengan pusat-pusat kegiatan intelektual yang
terdapat di daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Romawi dan Sasaniayah, India jauh
mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dan tak langsung pada perkembangan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Hal ini terutama dikarenakan oleh letak geografisnya
yang lebih jauh dari Semenanjung Arabia. Namun demikian perlu kita ingat bahwa
daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad ke-6 M, yakni
abad menjelang datangnya Islam. India membuat kemajuan berarti di bidang
matematika lewat ilmuan besarnya yang bernama Varahamihira. Kemajuan di bidang
ilmu bahasa ilmu kedokteran, astronomi, geografi, historiografi, dan
matematika. Pada abad yang sama, bangsa Jepang mulai mepelajari ilmu-ilmu Cina
melalui para ilmuan Korea.
b. Athena
Sebagai sebuah kota yang berada
dibawah kekuasaan kerajaan Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan
kemajuan budaya, serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan
Romawi. Sejumlah pusat pendidikan berdiri dikota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu
lainnya berkembang dengan baik. Dikota inilah lahir Plato yang hidup dan
mendirikan sebuah akademi filsafat yang belakangan berkembang menjadi Museum
Athena, pada 387 SM. Di akademi inilah sejumlah ilmuan dari berbagai bangsa dan
agama mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 529 M, Kaisar Romawi Timur,
Justinian I, menutup Museum Athena bagi filosof dan ilmuan pagan yang
sebelumnya bebas keluar masuk atau menetap.[6]
c.
Alexandria
Alexandria (al-Iskandariyyah
sekarang masuk wilayah Mesir) adalah sebuah kota kuno dibangun sekitar abad ke-
13 SM dan terletak di pantai timur Laut Tengah. Kota ini dulunya berada dibawah
kekuasaan Romawi hingga menjelang datangnya Islam. Sejak abad ke-1 M Alexandria
telah menjadi pusat perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani bersamaan
dengan pengetahuan yang berasal dari Timur, utamanya India dan Cina. Dukungan
yang diberikan oleh kaisar konstantinopel melatarbelakangi kemajuan Alexandria
yang berlangsung hingga sekitar lima abad. Kejayaan intelektual ini didukung
oleh ilmuan-ilmuan besar sssssemacam Euclid dan Ptolemy serta sejumlah sarjana
lain yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.
Fanatisme agama
tampaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan intelektual di
Alexandria. Sejak awal abad ke-5 M kegiatan intelektual di kota ini terus
mengalami kemunduran. Konflik-konflik keagamaan mengakibatkan ketidaknyamanan
bagi para ilmuan pagan yang kemudian mendorong mereka untuk eksodus, antara
lain ke Athena, dimana keadaan masih relatif baik. Dengan mundurnya Alexandria,
ditambah dengan apreiasi yang rendah terhadap kegiatan intelektual, sejumlah
besar ilmuan meninggalkan Alexandria dan pindah kedaerah yang berada dibawah
kekuasaan Kerajaan Sasaniyah. Pada saat itu Kerajaan Sasaniyah menjamin
kebebasan intelektual bagi semua ilmuan, tanpa mempersoalkan etnissitas dan
afiliasi keagamaan mereka.
d.
Jundi Syapur
Posisi Jundi Syapur semakin penting pada masa
kekuasaan Sasaniyah, ketika Raja Shapur
II (310-379 M) memperluas kota ini dan membangun sebuah lembaga pendidikan
tinggi yang kemudian membuat Jundi Syapur menjadi kota intelektual terpenting
di seluruh kekuasaan Sasaniyah (kota lainnya adalah Herat, Marw, dan
Samarkand), bahkan juga di seluruh teritori kerajaan Romawi. Perlu diungkapkan
bahwa sebelum masa Sasaniyah, bangsa Persia telah berusaha mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berasal dari Babilonia dan India (terutama dalam bidang
matematika dan musik).
Akumulasi pengetahuan dari kegiatan awal ini kemudian
menjadi fondasi intelektual dan Akademi Jundi Syapur yang mencapai puncak
kejayaannya pada abad ke-6 M. Sikap ini memusuhi ilmu pengetahuan yang tumbuh
di daerah kerajaan Romawi dengan akibat ditutupnya berbagai pusat kegiatan
ilmiah, secara langsung menguntungkan bagi Jundi Syapur. Banyak ilmuan Kristen
dari Athena yang pindah ke Jundi Syapur di mana kebebasan ilmiah dijamin,
bahkan didorong oleh para raja Sasaniyah. Hal yang sama menarik ilmuan-ilmuan
dari berbagai daerah lain.
Kejayaan Jundi Syapur berlangsung tanpa gangguan untuk
waktu yang relatif panjang, dan masih tetap merupakan sebuah kota inteletual
terpenting ketika ditaklukkan oleh pasukan Islam pada tahun 15/636. Signifikasi
kota Jundi Syapur tetap bertahan sampai tumbuhnya Baghdad sebagai kota
intelektual baru yang lebih besar. Khalifah-Khalifah pertama Kerajaan Abbasiyah
memanfaatkan dokter-dokter dari Jundi Syapur sebagai dokter istana mereka.
Dalam konteks ini, kejayaan Jundi Syapur berlanjut hingga akhir abad ke-4/10,
dan berfungsi sebagai jalur utama masuknya warisan pengetahuan dari peradaban
kuno ke dalam peradaban Islam.
Di samping kegiatan-kegiatan di bidang filsafat dan
ilmu pengetahuan, Jundi Syapur juga berperan dalam proses penerjemahan sastra
Hindu (Sansekerta) ke dalam bahasa Pahlavi. Contoh paling terkenal dari hasil
kegiatan ini adalah Kulilah wa Dimnah, yang diterjemahkan oleh Ibn
al-Muqaffa’ dari edisi Pahlavinya yang semua diterjemahkan dari bahasa aslinya
Sansekerta.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah dipaparkan di atas, peradaban dunia sebelum Islam di daerah Arab
yaitu dimana masyarakat telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlaq dan
peraturan-peraturan hidup. Bangsa Arab terbagi atas dua bagian, yaitu: penduduk
gurun pasir dan penduduk negeri. Pada penduduk gurun pasir sering terjadi
peperangan sehingga kebudayaan mereka sulit dilacak, berbeda dengan penduduk
negeri. Sementara tradisi menulis dan pendidikan pada masa itu sudah ada
meskipun tebatas pada kalangan yang hidup di kota, terutama kaum Yahudi dan
Kristen yang menaruh perhatian cukup besar terhadap dunia pendidikan. Selain
itu bangsa Arab juga terkenal dengan kemahiran dalam bidang bahasa dan syair. pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya sebelum dan
menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses
penyerapan ilmu pengetahuan antara lain dikota Athena, Alexandria, Jundi
Syapur, dan India.
B. Saran
Dalam kaitannya
dengan peradaban dunia pra Islam, hendaknya dapat dijadikan cerminan untuk kehidupan
di masa depan yang lebih baik sehingga hal yang kurang baik tidak perlu
terulang kembali. Kami sangat mengharapkan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Syalabi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Badri
Yatim. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulasman,
Suparman, 2013. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung: Pustaka Setia.
http://abiyadoktor.com
http://youtube.com
Assalamu'alaikum . . .Mau ngopi nih
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSAMA .IZIN NGOPI
BalasHapusAssalamu'alaikum.. .
BalasHapusSubhanallah bagus banget aku jadi lebih ngerti, ijin di copy makalahnya ya kak
BalasHapus