MOTIVASI
DAN KEPUASAN KERJA
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen
Pengampu : Ahmad Syaifuddin, M.Pd
Oleh:
Dewi
Martalia Kurniasari
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM DARUSSALAM
NGANJUK
JAWA TIMUR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan
membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.
Bapak Ahmad Syaifuddin, M.Pd yang telah memberikan
pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.
Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3.
Teman-teman semester IV.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran
guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam
makalah ini.
Tanjunganom, 3
Pebruari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan .................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi dan Kepuasan Kerja................................. 2
B.
Hubungan
Motivasi dengan Kepuasan Kerja............................ 5
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja................. 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
.............................................................................. 11
B.
Saran ........................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan
sebuah organisasi, manusia merupakan unsur yang terpenting sehingga
pemeliharaan hubungan antaranggota dalam sebuah organisasi menjadi sangat
penting, meski peran unsur lainnya seperti modal dan sarana prasarana juga
tidak dapat dihilangkan. Karena setiap organisasi akan mengharapkan anggotanya
memberikan produktifitas dan kualitas yang terus meningkat, sehingga dapat
meningkatkan kualitas organisasi itu sendiri.
Teori manajemen
sumber daya manusia menyebutkan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam memaksimalkan produktifitas anggota adalah motivasi dan kepuasan kerja,
penanggulangan stress, komunikasi, dan lain-lain. Makalah ini sendiri akan
membahas salah satu faktor tersebut yaitu motivasi dan kepuasan kerja serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagao berikut
1.
Bagaimana pengertian
motivasi dan kepuasan kerja?
2.
Bagaimana kaitan motivasi
dengan kepuasan kerja?
3.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi kepuasan kerja?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini antara lain
1.
Mengetahui pengertian
motivasi dan kepuasan kerja.
2.
Mengetahui kaitan motivasi
dengan kepuasan kerja.
3.
Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi dan Kepuasan Kerja
1.
Konsep Motivasi
Kata motivasi berasal
dari bahasa latin movere yang berarti to move (untuk bergerak)
sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah seperangkat alasan untuk melakukan
tindakan tertentu.[1]
Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian motivasi,
diantaranya
a.
Sumadi Suryabrata
Motivasi adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktifitas tertentu guna pencapaian tujuan.
b.
Gates
Motivasi adalah
suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mengatur tindakannya dengan cara tertentu.
c.
Greenberg
Motivasi adalah
proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku ke arah suatu
tujuan.[2]
d.
Chung dan Megginson
Motivasi
dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkitan
dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.[3]
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai
kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktifitas dengan cara tertentu yang terararah
untuk mencapai tujuan.
Menurut Arnold,
Robertson, dan Cooper, motivasi terdiri dari tiga komponen, yaitu:[4]
a.
Direction (arah),
yaitu apa yang seseorang coba lakukan.
b.
Effort (usaha), yaitu seberapa keras seseorang mencoba.
c.
Persistence (ketekunan), yaitu seberapa lama seseorang
terus berusaha.
Menurut Luthans, proses
motivasi kerja sendiri terdiri dari tiga elemen penting, yakni kebutuhan (needs),
dorongan (drives) dan rangsangan (incentives) dapat dijelaskan
sebagai berikut:[5]
1.
Kebutuhan adalah tekanan
yang ditimbulkan oleh adanya kekurangan untuk menyebabkan seseorang berperilaku
untuk mencapai tujuan. Kekurangan tersebut dapat bersifat psikologis, fisiologis,
atau sosial.
2.
Dorongan adalah suatu
kondisi yang menyebabkan seseorang menjadi aktif untuk melakukan suatu tindakan
atau perilaku demi tercapainya kebutuhan atas tujuan.
3.
Rangsangan adalah sesuatu
yang memiliki kecenderungan merangsang minat seseorang untuk bekerja mencapai
tujuan.
2.
Konsep Kepuasan Kerja
Sumber daya
manusia merupakan salah satu bagian yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan. Dengan mengetahui kepuasan kerja
karyawan, melalui bagaimana karyawan tersebut merespon terhadap berbagai
program atau rencana yang telah ditetapkan oleh perusahaan, hal ini dapat
menjadi umpan balik yang sangat berharga bagi perusahaan tersebut. Kepuasan
kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.[6] Pada dasarnya kepuasan
merupakan suatu konsep yang multifacet atau banyak dimensi, dan bersifat
subyektif dari masing-masing individu yang bersangkutan.[7]
Kepuasan kerja
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana
pegawai memandang perkerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminnkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dari sikap positif pegawai
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.[8] Sedangkan menurut As’ad kepuasan
kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus
terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan individu di
luar kerja.[9]
Kepuasan kerja
juga memiliki hubungan yang erat dengan sikap karyawan atas pekerjaan mereka, situasi
kerja setiap harinya, kerjasama antar karyawan baik dengan atasan maupun dengan
rekan kerja. Kepuasan kerja secara lebih jauh, juga menunjukkan kesesuaian
antara sebuah harapan terhadap pekerjaan yang ada dan imbalan yang diperoleh
dari pekerjaan tersebut.[10]
Dari beberapa
definisi dan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan
kerja merupakan refleksi dari seorang karyawan terhadap pekerjaannya yang
timbul bukan hanya sebagai hasil interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya,
tetapi juga dengan lingkungan kerja, situasi dan kondisi kerja serta rekan
kerja karyawan.
Adapun yang
menentukan kepuasan kerja adalah:[11]
a.
Kerja yang secara mental
menantang, bagi pegawai yang cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan
kesempatan menggunakan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja.
b.
Gagasan yang pantas,
pegawai menginginkan sistem upah atau gaji dan kebijakan promosi yang adil,
tidak meragukan dan sesuai dengan pengharapan mereka.
c.
Kondisi kerja mendukung,
bagi pegawai yang peduli lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik.
d.
Rekan sekerja yang
mendukung adanya interaksi sosial antara sesama pegawai yang saling mendukung
meningkatkan kepuasan kerja.
e.
Jangan melupakan kesesuaian
antara kepribadian pekerjaan, kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang
pegawai dan pengharapan akan menghasilkan individual yang lebih terpuaskan.
f.
Ada dalam gen bahwa 30%
dari kepuasan individual dapat dijelaskan oleh keturunan.
Dalam mengelola
kepegawaian harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu
mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhan
dan masalah personalia vital lainnya. Oleh karena itu fungsi personalia
mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung, selain itu berbagai
kebijakan dalam kegiatan personalia berdampak pada iklim organisasi memberikan
suatu lingkungan kerja yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan bagi anggota
organisasi yang akhirnya memenuhi kepuasan kerja anggota organisasi.
B. Hubungan Motivasi dengan Kepuasan Kerja
1.
Teori Motivasi dan Kepuasan
Kerja.
Terdapat beberapa
teori yang mengkaitkan antara motivasi dan kepuasan kerja:[12]
a.
Teori Keadilan dan Kepuasan
Kerja
Teori keadilan
ini membantu untuk memahami bagaimana seorang pegawai mencapai kesimpulan bahwa
ia diperlakukan dengan adil atau tidak. Perasaan ini mmerupakan perasaan
subjektif yang dapat mempengaruhi motivasi kerja. Untuk itu seorang pimpinan
harus mengetahui bahwa pegawainya membandingkan imbalan, hukuman, tugas, serta
dimensi lainnya antarpegawai.
Beberapa cara
untuk mengetahui adanya perasaan perlakuan tidak adil ini dapat dilakukan
dengan:[13]
1)
Manajer harus mengenal
kesimpulan dari tindakan seseorang yang mengindikasikan bahwa ia telah mendapat
perlakuan tidak adil.
2)
Manajer harus mampu memberikan resolusi sederhana
terkait isu ketidak-adilan yang dapat mengganggu distorsi input atau output.
3)
Manajer harus mampu mengenal klaim-klaim ketidak
adilan.
4)
Manajer harus mampu mencegah klaim-klaim ketidak
adilan dengan cara memperjelas apa yang sebenarnya mereka rasakan.
b.
Teori Kebutuhan
Menurut teori ini
manusia mempunyai beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu teori
kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow menyebutkan bahwa manusia memiliki
tingkat kebutuhan dari tingkat bawah sampai yangpaling tinggi, yaitu: kebutuhan
fisiologis dasar, keselamatan dan keamanan, sosial dan kasih sayang,
penghargaan dan aktualisasi diri.
c.
Teori Harapan dan Motivasi
Teori harapan
atau expectancy secara logis mencoba untuk menyusun kembali proses
mental yang mengakibatkan seorang pegawai mencurahkan usaha dalam tugas
tertentu. Diasumsikan bahwa usaha para pegawai diakibatkan oleh tiga hal,
yaitu: kemungkinan subyektif pegawai yang berkaitan dengan kemampuan kerja,
kemungkinan subjektif terhadap reward atau punishment yang terjadi sebagai
hasil dari perilaku pimpinan, dan nilai pegawai yang menempatkan penghargaan
dan hukuman.
d.
Job Desain dan Motivasi
Motivasi dan
kepuasan kerja juga dapat dilihat dari bagaimana pekerjaan didesain. Terdapat
beberapa prinsip dasar dalam metode untuk mengklasifikasikan dan merancang
pekerjaan, yakni:[14]
1)
Pekerjaan yang
disimplifikasi dapat dilakukan oleh setiap orang dengan pelaatihan yang
sedikit.
2)
Pekerjaan yang distandarisasikan
menggunakan cara terbaik untuk melaksanakannya. Ketentuan ini dapat ditetapkan
melalui pengamatan tujuan dan analisis metode kerja.
3)
Pekerjaan yang sudah
dispesialisasikan membuat seseorang dapat dengan cepat mengembangkan
keterampilan tanpa buang-buang waktu.
2.
Hubungan Antara Motivasi
dengan Kepuasan Kerja
Terdapat hubungan
antara motivasi dan kepuasan dari seorang pekerja. Hubungan tersebut dapat
dikategorikan dalam empat bagian, yaitu:[15]
a.
Pegawai yang motivasi dan
kepuasannya tinggi, ini merupakan keadaan ideal, baik bagi organisasi maupun
bagi pegawai itu sendiri. Keadaan ini
timbul bila sumbangsih yang diberikan oleh pegawai bernilai bagi organisasi,
dimana pada gilirannya organisasi
memberikan hasil yang diinginkan atau pantas bagi pegawai.
b.
Karyawan termotivasi untuk bekerja dengan
baik, tetapi tidak merasa puas dengan kerja mereka. Beberapa alasan yang
memungkinkan adalah karyawan membutuhkan pekerjaan dan uang. Uang dan pekerjaan
tergantung pada kinerja yang baik, di satu sisi karyawan merasa bahwa mereka
berhak mendapatkan gaji yang lebih atas kinerja yang diberikan kepada
perusahaan, namun tidak mendapatkannya.
c.
Kinerja yang rendah dari
karyawan namun mereka merasa puas dengan pekerjaannya. Perusahaan telah
memberikan segala sesuatu sesuai dengan harapan karyawan sehingga karyawan
tidak mengeluh, namun tidak ada timbal balik yang berarti bagi perusahaan
sehingga kerugian dapat dirasakan dari sisi perusahaan.
d.
Karyawan tidak bekerja
dengan baik dan tidak memperoleh rangsangan yang memuaskan dari perusahaan.
Situasi seperti inilah yang akan mendorong keinginan pegawai untuk berhenti
dari pekerjaan atau keputusan perusahaan untuk memberhentikan karyawan karena
tidak ada manfaat yang dapat diperoleh baik oleh pegawai maupun perusahaan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor
kepuasan kerja yang diambil berdasarkan pada Job Descriptive Index,
dimana terdapat pengukuran yang standar terhadap kepuasan kerja, yang meliputi
beberapa faktor yaitu pekerjaan itu sendiri, mutu dan pengawasan supervisi,
gaji atau upah, kesempatan promosi, dan rekan kerja. Job Description Index
adalah pengukuran terhadap kepuasan kerja yang dipergunakan secara luas. Riset
menunjukkan bahwa Job Description Index dapat menyediakan skala kepuasan
kerja yang valid dalam skala yang dapat dipercaya. Seperti yang dikemukakan
oleh Dipboye, Smith, dan Houkakawell, faktor-faktor tersebut meliputi:[16]
1.
Pekerjaan itu sendiri
Setiap karyawan
lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk
menggunakan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki, yang mampu menawarkan satu
varietas tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya mereka dalam
melakukan hal tersebut. Karakteristik tersebut membuat pekerjaan menjadi lebih
menantang secara mental. Studi-studi mengenai karakteristik pekerjaan,
diketahui bahwa sifat dari pekerjaan itu sendiri adalah determinan utama dari
kepuasan kerja. Lima dimensi inti dari materi pekerjaan yang meliputi ragam
ketrampilan (skill variety), identitas pekerjaan (task identity),
keberartian pekerjaan (task significance), otonomi (autonomy) dan
umpan balik (feed back). Dari setiap dimensi inti dari pekerjaan
mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang. Adapun kaitan masing-masing dimensi tersebut dengan semakin besarnya
keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa pekerjaanya
semakin berarti.
2.
Mutu Pengawasan Supervisi
Kegiatan
pengawasan merupakan suatu proses dimana seorang manajer dapat memastikan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh karyawannya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Proses pengawasan mencatat perkembangan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh karyawan sehingga memungkinkan manajer untuk dapat
mendeteksi adanya penyimpangan dari apa yang telah direncanakan dengan hasil
saat ini, dan kemudian dapat dilakukan tindakan pembetulan untuk mengatasinya.
Perilaku pengawas merupakan hal penting yang menentukan selain dari kepuasan
kerja itu sendiri. Sebagian besar dari studi yang telah dilakukan menunjukkan
hasil bahwa karyawan akan lebih puas dengan pemimpin yang lebih bijaksana,
memperhatikan kemajuan, perkembangan dan prestasi kerja dari karyawannya.
3.
Gaji atau Upah
Karyawan selalu
menginginkan sistem penggajian yang sesuai dengan harapan mereka. Apabila
pembayaran tersebut tampak adil berdasarkan pada permintaan pekerjaan, tingkat
ketrampilan individu, dan standar pembayaran masyarakat pada umumnya, maka
kepuasan yang dihasilkan akan juga tinggi. Upah sebagai jumlah keseluruhan
pengganti jasa yang telah dilakukan oleh tenaga kerja yang meliputi upah pokok
dan tunjangan sosial lainnya. Gaji merupakan salah satu karakteristik pekerjaan
yang menjadi ukuran ada tidaknya kepuasan kerja, dalam artian ada atau tidaknya
keadilan dalam pemberian gaji tersebut. Gaji atau upah yang diberikan kepada
karyawan merupakan suatu indikator terhadap keyakinan seseorang pada besarnya
upah yang harus diterima.
4.
Kesempatan Promosi
Promosi merupakan
perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain dimana jabatan tersebut
memiliki status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini memberikan nilai
tersendiri bagi karyawan, karena merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi
kerja yang telah dicapai oleh karyawan. Promosi juga memberikan kesempatan
untuk pertumbuhan pribadi, untuk lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status
sosial. Oleh karena itu salah satu kepuasan terhadap pekerjaan dapat dirasakan
melalui ketetapan dan kesempatan promosi yang diberikan oleh perusahaan.
5.
Rekan Kerja
Manusia merupakan makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, begitu juga dengan
karyawan di dalam melakukan pekerjaannya membutuhkan interaksi dengan orang lain
baik rekan kerja maupun atasan mereka. Pekerjaan seringkali juga memberikan
kepuasan kebutuhan sosial, dimana tidak hanya dalam arti persahabatan saja
tetapi dari sisi lain seperti kebutuhan untuk dihormati, berprestasi, dan
berafiliasi. Rekan kerja juga merupakan bagian dari perwujudan salah satu teori
motivasi menurut Alderfer yaitu kebutuhan akan hubungan (Relatedness Needs),
dimana penekanan ada pada pentingnya hubungan antar-individu (interpersonal
relationship) dan bermasyarakat (social relationship). Pada
dasarnya seorang karyawan juga menginginkan adanya perhatian dari rekan
kerjanya, sehingga pekerjaan juga mengisi kebutuhan karyawan akan interaksi
sosial, sehingga pada saat seorang karyawan memiliki rekan kerja yang saling
mendukung dan bersahabat, maka akan meningkatkan kepuasan kerja mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Motivasi dapat diartikan
sebagai kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas dengan cara tertentu yang terararah
untuk mencapai tujuan. Sedangkan kepuasan kerja merupakan refleksi dari seorang
karyawan terhadap pekerjaannya yang timbul bukan hanya sebagai hasil interaksi
antara karyawan dengan pekerjaannya, tetapi juga dengan lingkungan kerja,
situasi dan kondisi kerja serta rekan kerja karyawan.
2.
Hubungan motivasi dan
kepuasan terdapat empat kemungkinan yaitu: jika kepuasan dan motivasi sama-sama
tinggi maka menunjukkan nilai positif bagi organisasi dan pegawai, jika
kepuasan rendah namun motivasi tinggi maka menunjukkan nilai positif untuk
organisasi tetapi negatif untuk pegawai, jika motivasi rendah dan kepuasan
tinggi maka menunjukkan nilai positif bagi pegawai dan negatif bagi organisasi,
sedangkan jika motivaasi dan kepuasan sama-sama rendah maka menunjukkan nilai
negatif bagi keduanya.
3.
Faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu: pekerjaan itu sendiri, mutu dan pengawasan supervisi,
gaji atau upah, kesempatan promosi, dan rekan kerja.
B. Saran
Motivasi dan
kepuasan kerja merupakan dua hal yang saling berkaitan dan berpengaruh dalam
sebuah organisasi. Dengan menyeimbangkan keduanya maka akan didaptkan keadaan
yang ideal dan memberikan nilai positif baik bagi organisasi maupun bagi
pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Sulistyani dan Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep, Teori dan Pengembangan dalam
Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Endo Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu, Analisis Pengaruh Motivasi Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja, Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food
Festival Surabaya dalam Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, No. 1 Vol 12 (Maret 2010)
Faustino C. Gomes. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
T. Hani Handoko. 2011. Manajemen
Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Wukir. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah.
Yogyakarta: Multi Presindo.
[1]
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah
(Yogyakarta: Multi Presindo, 2013) 115.
[2]
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) 17.
[3]
Faustino C. Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Penerbit
Andi, 2003) 177.
[4]
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia.116.
[5] Endo
Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu, “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja, Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival
Surabaya” dalam Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, No. 1 Vol. 12 (Maret 2010) 102.
[6] S.
P. Robbins, 2003, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia) 101.
[7]
Faustino C. Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia. 178.
[8] T.
Hani Handoko, Manajemen Personalia
dan Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2011) 193.
[9] Endo
Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu, Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja. 104.
[10]
Ibid., 104.
[11]
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia
dan Sumberdaya Manusia, 194-195.
[12] Ambar
Teguh Sulistyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep, Teori dan Pengembangan dalam
Konteks Organisasi Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) 239-242.
[13]
Ambar Teguh Sulistyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Konsep, Teori dan Pengembangan dalam
Konteks Organisasi Publik, 239.
[14]
Faustino C. Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia.196.
[15]
Ibid., 179-180.
[16] Endo
Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu, Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja. 104-105.
izin save min sebagai rujukan
BalasHapussilakan
Hapus