Senin, 04 September 2017

PENDIDIKAN DAN TERBENTUKNYA STRATIFIKASI DAN DIFERENSIASI SOSIAL

MAKALAH
KAITAN ANTARA PENDIDIKAN DAN TERBENTUKNYA STRATIFIKASI DAN DIFERENSIASI SOSIAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah
SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing:
M. Munir. S.Pd.I.,M. M.Pd.


Disusun oleh:
Apriliana
Novi Indah Kumla  Sari
Jurusan:
Tarbiyah (MPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(STAIDA)
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
201
7


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.  Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah “SOSIOLOGI PENDIDIKAN”. Makalah ini di tulis dari hasil penulisan data-data yang diperoleh dari buku panduan yang bersangkutan.
 Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu matakuliah ini, atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat selesaikannya makalah ini.Kami berharapkan, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.






Krempyang, 22 Febuari  2017

Penulis




DAFTAR ISI


HALAM AN JUDUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan  Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Stratifikasi Sosial.................................................................................. 2
B.     Diferensisasi Sosial............................................................................... 6
C.     Hubungan Antara Pendidikan dan Terbentuknya Diferensiasi Sosial
Serta Stratifikasi Sosial......................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 12
B.     Saran..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masyarakat selalu bergerak dinamis seiring dengan kemajuan zaman.semakin kompleks suatu masyarakat, maka terjadi pembagian kerja yang semakin rinci. Dalam masyarakat primitif, sebuah keluarga menjalankan semua fungsi social mulai dari merawat dan mendidik anak, mencari nafkah, membuat pakaian, membuat rumah, dan sebagainya. Hal tersebut berlawanan dengan masyarakat modern. Berbagai urusan dan kebutuhan hidup dikerjakan oleh orang-orang tertentu sesuai keahlianya. Misalnya pendidikan anak di serahkan kepada guru, perawat kesehatan dikerjakan oleh dokter, dan lain-lain.
Semakin rinci pembagian kerja dalam suatu masyarakat, semakin banyak kelompok-kelompok social itu membentuk kebutuhan masyarakat. Ada dua macam kelompok sosial di masyarakat, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki strata sama. Kelompok-kelompok dengan strata berjenjang dihasilkan oleh proses yang disebut stratifikasi sosial, sedangkan kelompok-kelompok yang tidak berjenjang dihasilkan oleh diferensiasi sosial.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari stratifikasi sosial?
2.      Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
3.      Bagaimana hubungan antara pendidikan dan terbentuknya diferensiasi sosial serta stratifikasi sosial?


C.     Tujuan Masalah
1.      Mengetahu pengertian dari stratifikasi sosial.
2.      Mengetahui pengertian dari diferensiasi sosial.
3.      Mengetahui bagaimana hubungan antara pendidikan dan terbentuknya diferensiasi sosial serta stratifikasi sosial.


BAB II
PEMBAHASAN
            Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan tersebut akan menempatkan seseorang pada sebuah kedudukan kelas sosial.
A.    Stratifikasi Sosial
Coba Anda perhatikan masyarakat di sekitar anda! Ada yang miskin, kaya, buruh, pengusaha, sarjana, tukang, dan sebagainya. Adakah perbedaan perlakuan masyarakat terhadap mereka? Oleh karena status, baik yang berupa harta, kedudukan atau jabatan, seringkali menciptakan perbedaan dalam menghargai seseorang. Dalam suatu masyarakat, orang yang memiliki harta berlimpah lebih dihargai daripada orang yang miskin. Demikian pula orang yang lebih berpendidikan dihargai lebih daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu, kemudian masyarakat dikelompok-kelompokkan secara vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga membentuk, lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya masing-masing.[1]
1.      Pengertian Stratifikasi Sosial
Sejak lahir, seseorang memperoleh sejumlah status tanpa memandang perbedaan antar individu atau kemampuan. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya itu, anggota masyarakat di beda-bedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti kasta dan kelas. Berdasarkan status yang di peroleh ini, terjadilah stratifikasi atau lapisan di dalam masyarakat.
Masyarakat sebenarnya telah mengenal pembagian atau pelapisan sosial sejak zaman dahulu. Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). Sedangkan Max Weber berpendapat bahwa stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan. Cuber juga mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda. Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.[2]
Di dalam masyarakat, ada orang-orang tertentu yang menduduki kelas sosial lebih tinggi, sedang yang lainya berada dikelas sosial lebih rendah. Perbedaan kedudukan diukur menurut penilaian warga masyarakat yang bersangkutan. Secara umum, kedudukan setiap warga masyarakat dapat dibagi dalam tiga strata (lapisan kelas), yaitu kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Pembagian ini tidak bersifat mutlak, namun berfariasi menurut kondisi maayarakat yang bersangkutan. Kelas sosial adalah suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam suatu kesatuan status sosial. Dapat dikatakan bahwa kelas sosial memiliki kebudayaan khusus atau subkultur. Sedangkan status sosial sendiri adalah posisi seseorang di dalam masyarakat yang didasari pada hak-hak dan kuwajiban tertentu. Stratifikasi sosial muncul dalam dua cara yakni disengaja dan tidak disengaja. Hal tersebut membuat kelas-kelas sosial di setiap masyarakat berbeda-beda.[3]
2.      Faktor-faktor Pembentuk Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial. Pembedaan lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian system sosial setiap masyarakat.[4] Stratifikasi sosial juga terbentuk karena di masyarakat terjadi persaingan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap berharga, seperti sesuatu yang bernilai ekonomi. Berikut ini fakttor utama yang sering menjadi petunjuk dalam menentukan kelas sosial di masyarakat:
a.       Faktor Ekonomi
Bentuk stratifikasi berdasarkan factor ekonomi terjadi sejak zaman Aristoteles. faktor-faktor ekonomi yang sering menjadi dasar terbentuknya kelas sosial antara lain kekayaan, penghasilan, dan kepemilikan alat produksi. Penghasilan adalah  pemasukan bersih yang diperoleh seseorang dalam jangka waktu tertentu.
Uang dan kekayaan dapat menentukan kelas sosial seseorang. Secara umum kekayaan dan uang masih merupakan faktor penting dalam menentukan perbedaan kelas sosial seseorang. Dengan mengukur tingkat pendapatan, uang dan kekayaan seseorang, maka diperoleh bentuk stratrifikasi sosial yang menggolongkan warga masyarakat menjadi kelas bawah atau atas.
b.      Faktor Pekerjaan
Masyarakat memiliki penilaiantertentu terhadap setiap jenis pekerjaan. Ada jenis pekerjaan yang dianggap memiliki pestasi lebih dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainya. Penghargaan terhadap setiap jenis pekerjaan berbeda-beda antara satu dengan masyarakat yang lain. Misalnya di Indonesia secara umum, pekerjaan sebagai bpegawai negeri lebih tinggi kedudukanya daripada sebagai buruh pabrik. Demikian pula pekerjaan sebagai dokter dianggap lebih tinggi kedudukanya disbanding pekerjaan sebagai guru.
Penilaian seperti itu berhubungan dengan keahlian dan pendidikan yang menjadi syarat pekerjaan tersebut serta penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan itu. Namun ada pengecualian, misalnya seorang artis mampu memperoleh penghasilan jauh lebih tinggi daripada penghasilan seorang guru dalam sebulan. Walaupun demikian, masyarakat tetap menilai bahwa guru adalah jenis pekerjaan yang lebih tinggi dan terhormat dari pada artis.
c.       Faktor Pendidikan
Latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi kelas sosial seseorang. Ada dua alasan mengapa bisa demikian. Pertama, pendidikan tinggi memerlukan biaya dan motivasi. Artinya pendidikan hanya diperoleh bagi mereka yang mempunyai biaya dan motivasi untuk belajar. Walaupun demikian, tidak ada jaminan bagi kelas sosial yang mempunyai kemampuan financial dapat memperoleh pendidikan pada jenjang yang tinggi dengan mudah apabila mereka tidak memiliki motivasi. Sebaliknya, tidak mustahil bagi kelas sosial bawah untuk memperoleh pendidikan yang tinggi walaupun hanya dengan motivasi belajar yang kuat.
Kedua, setelah seseorang memperoleh pendidikan, maka terjadilah perubahan mental, selera, minat, tujuan hidup (cita-cita), tatakrama, cara berbicara, dan aspek gaya hidup lainya. Selain itu pendidikan juga membekali seseorang dengan keahliandan ketrampilan yang memungkinkanya memperoleh status sosial yang lebih baik.



d.      Faktor Status Sosial
Kelas sosial dimasyarakat terjadi karena adanya perbedaan status berdasarkan kehormatan. Disatu sisi ada kelas sosial yang memiliki status yang lebih tinggi dan terhormat, sedangkan disisi lain ada kelas yang tidak memiliki kehormatan seperti yang disebutkan tadi. Kelas terhormat biasanya eksklusif, membatasi kelas sosial dibawahnya, dan melarang adanya perkawinandengan orang luar kelas sosialnya. Status sosial berdasarkan kehormatan dalam masyarakat berupa kelas bangsawan.
e.       Faktor Usia (Age Stratification)
Stratifikasi berdasarkan usia (Age Stratification) membagi masyarakat menjadi kelompok usia balita, anak-anak, remaja, remaja dan manula. Setiap kelompok memiliki hak dan kuwajiban berbeda. Oaring yang lebih muda selayaknya menghormati orang yang lebih tua. Salah satu contoh stratifikasi usia terdapat sistem pewarisan tahta kerajaan di Inggris, Jepang dan Belanda. Di ketiga negara itu, orang yang berhak mewarisi tahta adalah anak tertua dari keturunan raja atau kaisar. Dalam lingkup yang lebih luas, stratifikasi usia mengndung arti status kehormatan yang didasarkan kepada senioritas.[5]
3.      Ciri-ciri Stratifikasi Sosial
Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki cirri-ciri yang berbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan sumber daya. Ketiga cirri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut:
a)      Perbedaan kemampuan
Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan anggota kelas sosial dibawahnya. Misalnya, orang kaya tentu mampu membeli barang-barang mewah dan membiayai pendidikan anaknya sampai jenjang tinggi bahkan sampai ke luar negeri. Berbeda dengan orang yang miskin. Harus berjuang keras untuk biaya hidup sehari-hari.

b)      Perbedaan Gaya Hidup
Gaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model rumah, selera makanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, cara bicara, hobi dan pergaulan. Orang yang berasal dari kelas atas (pengusaha besar atau pejabat tinggi), tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang kalangan atas biasanya berbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar negeri, bepergian naik pesawat atau mobil sedangkan orang kalangan bawah biasanya sebaliknya.
c)      Perbedaan Hak dan Sumber Daya
Hak adalah sesuatu yang dapat di peroleh atau dinikmati sehubung dengan kedudukan seseorang, Sedangkan sumber daya adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosial seseorang maka hak yang diperolehnya bsemakin besar, termasuk kemampuan untuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki seorang direktur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentu berbeda. Penghasilanya pun berbeda.[6]
4.      Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:
a.       Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat itu sendiri. Adapun lapisan tersebut dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya, melainkan berjalan secara alamiah.
b.      Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama
Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata[7]
B.     Diferensiasi Sosial
 Diferensiasi sosial yang muncul bersamaan dengan terbentuknya stratifikasi sosial, tumbuh sebagai konsekuensi dari bperubahan sosial. Seperti organism biologis, masyarakat berkembang semakin lama makin terspesialisasi dan kompleks atau heterogen.
1.      Pengertian Diferensiasi Sosial
Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.  Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertical seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial.
 Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi dari pada golongan lainnya. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Sebagaimana disebutkan oleh Nasikhun bahwa perbedaan masyarakat secara vertical disebut stratifikasi sosial, sedangkan perbedaan masyarakat secara horizontal di sebut dengan diferensiasi sosial. Stratifikasi sosial muncul Karen ketimpangan distribusi dan kelangkaan barang berharga yang dibutuhkan masyarakat, seperti uang, jabatan, pendidikan, kekuasaan, dan semacamnya itu. Sedangkan diferensiasi sosial muncul karena adanya perbedaan agama, ras, (pengelompokan individu berdasarkan cirri fisik), etnis (pengelompokan individuates dasar cirri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat sejarah, dan wilayah), atau perbedaan jenis kelamin.[8]
2.      Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b.      Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c.       Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.[9]
3.      Bentuk-bentuk  Diferensiasi Sosial
Masyarakat manusia pada dasarnya bisa dibedakan atau terdiferensiasikan menurut berbagai criteria seperti ciri fisik dan kebudayaan. Berikut bentuk-bentuk diferensiasi sosial.
a)   Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan cirri-ciri fisiknya, bukan budayanya. Para ahli antropologi  fisik umumnya membedakan ras berdasarkan lokasi geografis, cirri-ciri fisik seperti warna mata, warna kulit, bentuk wajah, warna rambut dan bentuk kepala. G. Cuvier (1812) membedakan masyarakat kedalam tiga ras pokok, yaitu:
1)      Leukoderm (Leuko artinya putih) termasuk dalam ras ini adalah Europid, Polinesid, Weddid, Ainuid dengan ciri-ciri umum: wajah dan bagian-bagianya menonjol, rambut lurus hingga berombak, hidung sempit, tinggi. Contonya: orang-orang eropa dan polinesia.
2)      Melanoderm (Melano artinya hitam) termasuk di dalam ras ini adalah Negrid, Melanesid, Pigmid, Australid dengan ciri-ciri umum: warna kulit agak gelap, rambut agak kriting, hidung sangat lebar, wajah prognat, bibir sangat tebal. Contohnya: orang Afrika, Aborigin di Australia, dan Melanesia.
3)      Xantoderm (xanto artinya kuning) termasuk dalam ras ini adalah Mongoloid, Indianid, Khoisanid, dengan ciri-ciri umum: wajah mendatar dengan pangkal hidung rendah, dan pipi menonjol kedepan, rambut hitam lurus. Contoh: orang Asia, Indian, bangsa Khoisan di Afrika.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi, perbedaan masyarakat ras akhirnya makin lama makin kompleks karena masyarakat semakin terbuka, baik secara budaya, sosial, maupun secara geografis.
b)   Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaann berikut : ciri fisik, kesenian, bahasa daerah, adat istiadat.
c)      Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal). Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) antara lain terdapat pada: Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga).Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus,Tambun, Paranginangin; Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar; Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara,Daulay.
d)     Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat   pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi, diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya. Komponen-komponen Agama meliputi: Emosi keagamaan, sistem keyakinan, upacara keagamaan, tempat ibadah, dan umat.[10]
e)      Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya. Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.

f)       Diferensiasi Jenis Kelamin (Gender)
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
g)      Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi: masyarakat desa  yaitu kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa, masyarakat kota yaitu kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut ini : perilaku, tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, dan sebagainya.
h)      Diferensiasi Partai
Demi menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta mengatur negara/berkuasa, maka bermunculan banyak sekali partai. Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan sosial, seazas, seideologi dan sealiran. Pada Pemilu tahun 1999 yang lalu terdapat 48 partai, pada Pemilu tahun 2004 mungkin jumlah partai sudah bertambah lebih banyak.[11]
C.     Hubungan Antara Pendidikan dan Terbentuknya Diferensiasi Sosial Serta Stratifikasi Sosial
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut pengertian pendidikan di atas, jelas lah bahwa pendidikan dan diferensiasi serta stratifikasi sosial mempunyai hubungan dan keterkaitan yang sangat erat, di mana tujuan pendidikan adalah kekuatan spiritual agama, pengendalian dri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan dimana sumaunya merupakan pecahan dari diferensiasi dan stratifikasi sosial.
Keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, di mana diferensiasi dan stratifikasi sosial sudah mengakar dan tak terpisahakan tempat terjadinya proses pembelajaran tersebut, dan terbentuknya diferensiasi dan stratifikasi sosial juga sangat di pengaruhi pendidikan. Pendidikan juga meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam, yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi, dimana kebudayaan lama dan pengaruh lingkungan sekitar akan sangat berpengaruh.
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat lebih disebabkan oleh adanya sesuatu yang dihargai lebih, baik itu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, keturunan, maupun ilmu pengetahuan. Pendidikan atau ilmu pengetahuan dalam  masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau berpendidikan tinggi akan mendapat penghargaan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan. Pendidikan merupakan salah satu dasar ter bentuknya stratifikasi sosial, dan mungkin dasar yang paling kuat karena orang yang mempunyai pendidikan akan lebih mudah dalam mendapatkan kekuasaan, kehormatan dan akan yang merupakan dasar terbentuknya stratifikasi sosia.[12].

D.     
BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi dari pada golongan lainnya.
pendidikan dan diferensiasi serta stratifikasi sosial mempunyai hubungan dan keterkaitan yang sangat erat, di mana tujuan pendidikan adalah kekuatan spiritual agama, pengendalian dri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan dimana sumaunya merupakan pecahan dari diferensiasi dan stratifikasi sosial.

B.     SARAN
Penulis telah menyelesaikan makalah ini dengan baik . Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kurang lebihnya penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA


Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional
Suhardi Sri Sunarti, Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2004.
Ramdani Wahyu, ISD (Ilmu Sosial Dasar), Bandung : Pustaka Setia, 2007.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers 2010.


[1] Ramdani Wahyu,ISD (Ilmu Sosial Dasar),(Bandung : Pustaka Setia,2007)183
[2] Ibid,184
[3] Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,2009)5
[4] Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta: Rajawali Pers, 2010)201
[5] Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,2009)10
[6] Ibid,12
[7] Ramdani Wahyu,ISD (Ilmu Sosial Dasar),(Bandung : Pustaka Setia,2007)188
[8] J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta : Kharisma Putra Utama,2004)194
[9] Ibid,13
[10] J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta : Kharisma Putra Utama,2004)204
[11] Suhardi Sri Sunarti,Sosiologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS(Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,2009)17
[12] Sanapiah Faisal,Sosiologi Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional)107

1 komentar:

  1. http://unipdupaib2012.blogspot.com/2014/10/hubungan-pendidikan-dan-terbentuknya.html

    BalasHapus