Kamis, 12 Januari 2017

PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM (600 SM-610 M)

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM (600 SM-610 M)

Disusun  Untuk  Memenuhi  Tugas  Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam

Dosen  Pengampu : Rakhil Fajrin, M.Pd.I







Oleh :

1.  DEWI MARTALIA KURNIA SARI
2.  IMALA HIDAYATI
3.  BINTI ULFATUL JANAH


PROGAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2015
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya  saya dapat menyelesaikan makalah ini.
            Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
            Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.        Ibu Rakhil Fajrin, M.Pdi yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya laporan ini.
2.        Pihak-pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.
3.        Teman-teman semester II.
Laporan ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kendati demikian, kami berharap laporan ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.





Krempyang, 25 Desember 2015

Penulis

DAFTAR  ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i...........
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii...........
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB 1          PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C.       Tujuan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II         PEMBAHASAN
A.      Peradaban Arab pra Islam....................................................................... 2
B.       Tradisi Menulis dan Pendidikan Bangsa Arab pra Islam ....................... 4
C.       Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab pra Islam.................................. 5

BAB III       PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................. 8
B.     Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9



 BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Perjalanan hidup manusia yang penuh dengan perubahan serta tantangan mendorong manusia untuk senantiasa bercermin kepada para pendahulunya, sebagai suri tauladan dalam berkehidupan. Begitu pula dengan bangsa-bangsa di dunia sebelum Islam datang. Ketika Nabi Muhammad SAW lahi, kota Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri  Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini di lalui jalur perdagangn yang ramai, serta danya Ka’bah sebagai puat keagiatan keagamaan, dimana didalamnya terdapat 360 berhala yang mengelilingi berhala utama, Hubal.
            Selain di Jazirah Arab, peradaban di dunia juga terdapat di berbagai  belahan dunia lainnya seperti Yunani, Romawi, Mesir, dan Pesia dengan berabagai aspek kehidupan didalamnya, juga dengan berbagai kepecayaan yang telah lebih dahulu berkembang disana sebelum Islam datang. 

B.  Rumusan Masalah
            Dari latar belakang diatas  dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana peradaban banga Arab sebelum datangnya Islam?
2.    Bagaimana tradisi menulis dan pendidikan bangsa Arab pra Islam?
3.    Dimana saja pusat kegiatan intelektual di luar Arab pada masa pra Islam?

C.  Tujuan
Tujuan disusunnya makalah  ini yaitu:
1. Mengetahui peradaban bangsa Arab sebelum datangnya Islam.
2. Mengetahui tradisi menulis dan pendidikan bangsa Arab pra-Islam.
3. Mengetahui  pusat kegiatan intelektual di luar Arab pada masa pra Islam.




BAB II
PEMBAHASAN
A. ARABIYA PRA ISLAM
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
            Bentuk Jazirah Arab secara geografis adalah memanjang kesebelah utara, berbatasan dengan Palestina dan Padang Syam. Jazirah Arab terletak di antara dua kebudayaan besar dunia, yaitu Romawi di Barat dan Persia di Timur. ke sebelah timur Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara serta dari timur padang sahara dan Teluk Persia, letak geografis ini telah melindunginya dari serangan dan penyerbuan penjajahan serta penyebaran agama.
Sistem sosial masyarakat Arab pra-Islam mengikuti garis bapak (patriakal) dalam memperhitungkan keturunan, sehingga setiap nama selalu menyebut bapaknya, kalau laki-laki dengan bin, kalau anak perempuan dengan binti. Orang Arab akan bangga dengan rentetan nama dibelakangnya karena menunjukan kabilah dan suku bangsa dari nenek moyang mereka yang sangat dihormati.
Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah. Sebagian ahli sejrah menamai tanah Arab itu “Shibhul jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”. Sebelum datang agama islam, bangsa arab telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlaq dan peraturan-peraturan hidup. Sebelum datangnya Islam bangsa Arab memiliki kepercayaan yang kuat tehadap penyembahan pohon, bintang, binatang, dan batu.[1] Agama baru ini pun datang membawa akhlaq, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu.
Bangsa Arab terbagi atas dua bagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan penduduk negeri. Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak di kenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira 150 tahun sebelum Islam. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.
Bangsa Arab sebelum Islam hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah). Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang eksisitensi politiknya adalah kesatuan fanatisme,  adanya kesatuan timbal dalam menjaga daerah, dan menghadang musuh di luar kabilah karena masing-masing kabilah seing kali bermusuhan. Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu dan tenaga; karena itu mereka tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan bilamana di antara mereka dapat bekerja,mencipta dan menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkannya. Dan lagi, mereka buta huruf. Oleh karena itu sejarah dan kehidupan mereka tiadalah dituliskan. Jadi,tidak ada bangunan-bangunan yang dapat melukiskan sejarah itu. Adapun yang sampai kepada kita tentang orang-orang zaman dahulu itu, adalah yang diceritakan oleh kitab-kitab suci. Sejarah mereka, mulai dari masa 150 tahun sebelum Islam, dapat kita ketahui dengan perantaraan syair-syair atau cerita-cerita yang diterima dari perawi-perawi.
Adapun sejarah bangsa Arab penduduk negeri, adalah lebih jelas. Negeri-negeri mereka ialah: Jazirah Arab sebagian selatan, kerajaan Hirah dan Ghassan, dan beberapa kota di tanah Hejaz.[2]
Sementara itu sumber ekonomi utama bangsa arab adalah perdagangan dan pertanian. Barang yang di perjual belikan bangsa arab pada saat itu adalah kain, pakaian, anggur, dan gandum. Orang Quraisy biasanya melakukan perjalanan terutama ke negeri Syam pada musim panas dan Yaman pada musim dingin.[3]
B. Tradisi Menulis dan Pendidikan bangsa Arab Pra-Islam
Menurut Jawad Ali, seorang penulis sejarah terbaik bangsa Arab Pra-Islam, pada masa pra-Islam pendidikan dasar atau kuttab sudah dikenal sebagai lembaga yang mengajarkan baca tulis, berhitung, dan dasar-dasar agama. Hal ini menurut Husein Asari didukung oleh terdapatnya catatan sejarah dengan beberapa nama yang dikenal sebagai  guru yang hidup pada masa pra-islam seperti Bisyr bin ‘Abd Al-Malik, Sufyan bin Umayyah bin ‘Abd Syams, ‘Usman bin Zarrah, Abu Qays, dan lain sebagainya.
Catatan sejarah tentang kegiatan pendidikan pada komunitas Yahusi dan Kristen di Arab pada masa ini cenderung lebih lengkap dibanding banga Arab yang menyembah berhala (pagan). Komunitas Yahudi dan Kristen memiliki perhatian yang cukukp tinggi terhadap pendidikan yang ditunjukkan dengan adanya sekolah-sekolah yang mengajarkan kitab suci (Taurot dan Injil), filsafat, debat, dan sejarah.[4]
Selain itu, meskipun belum terdapat sistem pendidikan sebagaimana zaman modern saat ini, masyarakat Arab tidak mengabaikan pekembangan budaya. Kemampuan mereka dalam bidan satra sangat terkenal, baik dalam hal satra maupun syair. Bahasa mereka sangat kaya dengan ungkapan, tata bahasa, dan kiasan.[5] Keistimewaan bahasa ini merupakan kontribusi mereka dalam pekembangan Islam pada masa yang akan datang. Seperti dikutip dari pernyataan Philip K. Hitti, bahwa keberhasilan penyebaran agama Islam diantaranya didukung oleh keluasan bahasa Arab, khusunya bahasa Arab Al-Quran. Dalam kaitan ini Ahmad Syalabi bependapat bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang murni dan terpelihara, karena kerusakan bahasa terutama karena penjajahan bangsa asing tidak terjadi disini, sehinga tidak terdapat percampuran bahasa.
Kemajuan kebudayaan di bidang syair tidak diwarnai dengan semangat kebangsaan Arab, melainkan diwarnai dengan semangat kesukuan. Pujangga-pujangga sayi zaman Jahiliah membanggakan suku, kemengangan dalam pertempuran, mengagungkan nama tokoh, pahlawan dan leluhur mereka. Biasanya syair-syair tersebut dibacakan di pasar-pasar, semacam pegelaran pembacaan syair, seperti di pasar ‘ukaz’.
Namun disayangkan bahwa sikap mereka terkait pemerataan pendidikan masih sangat minim, bagi mereka, ilmu pengetahuan merupakan hak istimewa bagi kaum terpandang. Sehingga yang boleh pintar hanya orang-orang terhormat, sementara rakyat jelata dibiarkan bodoh. Dengan kebodohannya tadi mereka dapat di kelabuhi dan ditindas. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tidak mendaatkan pendidikan, biasanya akan belajar tentang apa saja kepada keluarga, misalnya anak laki-laki ang belajar berburu, bertani, maupun berperang kepada ayahnya.
Pada intinya, sebagian bangsa Arab telah mengembangkan suatu kegiatan pendidikan, meskipun pendidikan yang dominan adalah secara lisan dan praktik, namun tulisan telah mulai dikenal secara terbatas, setidaknya pada komunitas Yahudu dan Kristen sudah ada struktur pendidikan meskipun sangat sederhana. Sementara sebagian lainnya masih buta huruf. Itulah sebabnya bahan-bahan sejarah Arab pra Islam sangat langka didapatakan, selain itu juga peperangan antar kabilah menyebabkan kebudayaan mereka sulit berkembang.
C. Pusat Kegiatan Intelektual di luar Arab Pra Islam
Menurut Dr. Teungku Saifullah pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh umat Islam generasi awal, meliputi: Atena, Alexandria, India, Jundi Syapur.
a.    India
Dibanding dengan pusat-pusat kegiatan intelektual yang terdapat di daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Romawi dan Sasaniayah, India jauh mempunyai pengaruh yang lebih sedikit dan tak langsung pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Hal ini terutama dikarenakan oleh letak geografisnya yang lebih jauh dari Semenanjung Arabia. Namun demikian perlu kita ingat bahwa daerah ini telah membuat beberapa kemajuan ilmiah sepanjang abad ke-6 M, yakni abad menjelang datangnya Islam. India membuat kemajuan berarti di bidang matematika lewat ilmuan besarnya yang bernama Varahamihira. Kemajuan di bidang ilmu bahasa ilmu kedokteran, astronomi, geografi, historiografi, dan matematika. Pada abad yang sama, bangsa Jepang mulai mepelajari ilmu-ilmu Cina melalui para ilmuan Korea.
b.    Athena
Sebagai sebuah kota yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya, serta menjadi salah satu pusat kegiatan intelektual kerajaan Romawi. Sejumlah pusat pendidikan berdiri dikota ini. Filsafat dan ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan baik. Dikota inilah lahir Plato yang hidup dan mendirikan sebuah akademi filsafat yang belakangan berkembang menjadi Museum Athena, pada 387 SM. Di akademi inilah sejumlah ilmuan dari berbagai bangsa dan agama mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada tahun 529 M, Kaisar Romawi Timur, Justinian I, menutup Museum Athena bagi filosof dan ilmuan pagan yang sebelumnya bebas keluar masuk atau menetap.[6]

c.    Alexandria
Alexandria (al-Iskandariyyah sekarang masuk wilayah Mesir) adalah sebuah kota kuno dibangun sekitar abad ke- 13 SM dan terletak di pantai timur Laut Tengah. Kota ini dulunya berada dibawah kekuasaan Romawi hingga menjelang datangnya Islam. Sejak abad ke-1 M Alexandria telah menjadi pusat perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani bersamaan dengan pengetahuan yang berasal dari Timur, utamanya India dan Cina. Dukungan yang diberikan oleh kaisar konstantinopel melatarbelakangi kemajuan Alexandria yang berlangsung hingga sekitar lima abad. Kejayaan intelektual ini didukung oleh ilmuan-ilmuan besar sssssemacam Euclid dan Ptolemy serta sejumlah sarjana lain yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.
Fanatisme agama tampaknya berperan besar dalam proses kemunduran kegiatan intelektual di Alexandria. Sejak awal abad ke-5 M kegiatan intelektual di kota ini terus mengalami kemunduran. Konflik-konflik keagamaan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi para ilmuan pagan yang kemudian mendorong mereka untuk eksodus, antara lain ke Athena, dimana keadaan masih relatif baik. Dengan mundurnya Alexandria, ditambah dengan apreiasi yang rendah terhadap kegiatan intelektual, sejumlah besar ilmuan meninggalkan Alexandria dan pindah kedaerah yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sasaniyah. Pada saat itu Kerajaan Sasaniyah menjamin kebebasan intelektual bagi semua ilmuan, tanpa mempersoalkan etnissitas dan afiliasi keagamaan mereka.

d.    Jundi Syapur
Posisi Jundi Syapur semakin penting pada masa kekuasaan Sasaniyah, ketika  Raja Shapur II (310-379 M) memperluas kota ini dan membangun sebuah lembaga pendidikan tinggi yang kemudian membuat Jundi Syapur menjadi kota intelektual terpenting di seluruh kekuasaan Sasaniyah (kota lainnya adalah Herat, Marw, dan Samarkand), bahkan juga di seluruh teritori kerajaan Romawi. Perlu diungkapkan bahwa sebelum masa Sasaniyah, bangsa Persia telah berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari Babilonia dan India (terutama dalam bidang matematika dan musik).
Akumulasi pengetahuan dari kegiatan awal ini kemudian menjadi fondasi intelektual dan Akademi Jundi Syapur yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-6 M. Sikap ini memusuhi ilmu pengetahuan yang tumbuh di daerah kerajaan Romawi dengan akibat ditutupnya berbagai pusat kegiatan ilmiah, secara langsung menguntungkan bagi Jundi Syapur. Banyak ilmuan Kristen dari Athena yang pindah ke Jundi Syapur di mana kebebasan ilmiah dijamin, bahkan didorong oleh para raja Sasaniyah. Hal yang sama menarik ilmuan-ilmuan dari berbagai daerah lain.
Kejayaan Jundi Syapur berlangsung tanpa gangguan untuk waktu yang relatif panjang, dan masih tetap merupakan sebuah kota inteletual terpenting ketika ditaklukkan oleh pasukan Islam pada tahun 15/636. Signifikasi kota Jundi Syapur tetap bertahan sampai tumbuhnya Baghdad sebagai kota intelektual baru yang lebih besar. Khalifah-Khalifah pertama Kerajaan Abbasiyah memanfaatkan dokter-dokter dari Jundi Syapur sebagai dokter istana mereka. Dalam konteks ini, kejayaan Jundi Syapur berlanjut hingga akhir abad ke-4/10, dan berfungsi sebagai jalur utama masuknya warisan pengetahuan dari peradaban kuno ke dalam peradaban Islam.
Di samping kegiatan-kegiatan di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, Jundi Syapur juga berperan dalam proses penerjemahan sastra Hindu (Sansekerta) ke dalam bahasa Pahlavi. Contoh paling terkenal dari hasil kegiatan ini adalah Kulilah wa Dimnah, yang diterjemahkan oleh Ibn al-Muqaffa’ dari edisi Pahlavinya yang semua diterjemahkan dari bahasa aslinya Sansekerta.[7]

           
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, peradaban dunia sebelum Islam di daerah Arab yaitu  dimana masyarakat telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlaq dan peraturan-peraturan hidup. Bangsa Arab terbagi atas dua bagian, yaitu: penduduk gurun pasir dan penduduk negeri. Pada penduduk gurun pasir sering terjadi peperangan sehingga kebudayaan mereka sulit dilacak, berbeda dengan penduduk negeri. Sementara tradisi menulis dan pendidikan pada masa itu sudah ada meskipun tebatas pada kalangan yang hidup di kota, terutama kaum Yahudi dan Kristen yang menaruh perhatian cukup besar terhadap dunia pendidikan. Selain itu bangsa Arab juga terkenal dengan kemahiran dalam bidang bahasa dan syair. pusat-pusat kegiatan intelektual di luar Arabiya sebelum dan menjelang datangnya Islam, yang berperan sebagai jembatan dalam proses penyerapan ilmu pengetahuan antara lain dikota Athena, Alexandria, Jundi Syapur, dan India.
B. Saran
Dalam kaitannya dengan peradaban dunia pra Islam, hendaknya dapat dijadikan cerminan untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik sehingga hal yang kurang baik tidak perlu terulang kembali. Kami sangat mengharapkan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah pada masa yang akan datang.







DAFTAR PUSTAKA

A. Syalabi. 2003. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Badri Yatim. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulasman, Suparman, 2013. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung: Pustaka Setia.
http://abiyadoktor.com 
http://youtube.com




         [1] Sulasman, Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 20.
        [2] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003) , 27-28.
         [3] Sulasman, Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 30.
        [4] http://abiyadoktor.com 2015//04.html
        [5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 12.
        [6] http//abiyadoktor.com
[7] Ibid.

5 komentar: