Kamis, 12 Januari 2017

MAKALAH SENI DAN KEINDAHAN


SENI DAN KEINDAHAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IASBD

Dosen Pengampu : Syaiful Muda’i M.Sy






Oleh :
Dewi Martalia Kurniasari
Imala Hidayati 

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM

2015

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya  saya dapat menyelesaikan makalah ini.
            Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang lurus.
            Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1.        Bapak Syaiful Muda’i yang telah memberikan pengarahan atas terselesaikannya makalah ini.
2.        Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
3.        Teman-teman semester I.
Makalah  ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah IASBD. Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap makalah  ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.





Krempyang,  10 Agustus 2015


          Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

         Keindahan menurut etimologi berasal dari kata latin bellum, akar dari kata bonum yang berarti kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful). (1)
          Keindahan tidak dapat dilepaskan dari setiap manusia, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menghadirkan keindahan dalam hidupnya, mulai dari pakaian, rumah, sekolah, tempat ibadah, buku dan lain lain ditampilka dengan membawa cita rasa estetik tertentu. Pentingnya keindahan dalam diri manusia mencerminkan harga dirinya, juga menunjukkan dirinya memiliki perasaan yang halus dan menghargai kualitas
         Mengapresiasi seni berarti menghargai terhadap karya seni itu sendiri. Rasa dan sikap batin tersebut berangkat dari suatu kemampuan meresapi dan menghayati keindahan serta memahmi makna yang terkandung di dalamnya. (2)

B. Rumusan Masalah

        Dari latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimanakah makna dari keindahan?
2. Bagaimana perbedaan antara seni dan keindahan?
3. Bagaimana yang dikatakan karya seni yang tidak indah?
4. Bagaimana sifat-sifat keindahan?
5. Bagaimana keindahan dari sudut pandang Islam?
6. Bagaimana pandangan kita terhadap pencapaian kemakmuran?

C. Tujuan

Tujuan dari ditulisnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang makna keindahan.
2. Untuk mengetahui perbedaan seni dan keindahan.
3. Untuk mengetahui tentang karya seni yang tidak indah.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat keindahan.
5. Untuk mengetahui keindahan ditinjau dari sudur pandang Islam.
6. Dapat memberikan pandangan  terhadap pencapaian kemakmuran.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Keindahan

Makna keindahan secara akademis sudah dipelajari manusia sejak abad ke-18 oleh para filsuf yang tertarik untuk mengembangkan estetika. Berawal dari sanalah dapat dilihat pandangan dari berbagai ahli tentang makna keindahan tersebut. Keindahan bersal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik dan sebagainya. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetika, keindahan berasal dari bahasa Inggris, yaitu beautiful, bahasa Perancis yaitu beau, dan Italia juga Spanyol yaitu bello. Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin bellum. (1)
Beberapa pendapat mengenai keindahan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1. Alexander Baungarten
Ia berpendapat bahwa keindahan adalah keseluruhan yang tersusun secara teratur dari bagian bagian yang saling berhubungan satu sama lain (beauty is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole)
2. Sulzer
Ia berpendapat bahwa yang indah hanyalah yang baik, jadi jika tidak baik belum dapat dikatakan indah.
3. Shaftesbury
Ia berpendapat bahwa yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis.
4. Tolstoy
Ia berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat. (2)
Dari berbagai pendapat tersebut, pengertian keindahan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Berdasar Landasan Objektif dan Subjektif
Secara objektif yaitu keindahan memang ada pada objeknya. Secara subjektif, yaitu keindahan ditinjau dari segi subjek yang menghayati sehingga menimbulkan rasa senang
2. Berdasarkan Cakupannya
Berdasarkan cakupannya keindahan dibedakan menjadi dua yaitu keindahan sebagai kualitas abstrak dan sebagai benda tertentu yang memang indah. (3)
3. Berdasarkan Luasannya
Keindahan dalam arti luas dimana didalamnya terdapat kebaikan. Terdapat istilah symmetria untuk keindahan berdasarkan penglihatan, dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi, keindahan dalam artian yang luas meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual. Keindahan dalam arti sempit yakni keindahan yang terlihat meliputi bentuk dan warna. Serta keindahan dalam arti estetis murni yang merupakan pengalaman estetis seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diamati tanpa tujuan lain selain untuk pengamatan itu sendiri. (4)
Keindahan pada dasarnya merupakan kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering disebut yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). (5) Rumusan keindahan yang paling sederhana adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada diantara kesadaran persepsi yang memberikan kesenangan. (6) 

B. Perbedaan Seni dan Keindahan

Kesalahan mengenai konsep seni dan keindahan seringkali ditimbulkan oleh kurang tepatnya penggunaan  kata seni dan keindahan. Anggapan yang berkembang yaitu bahwa seni itu indah dan yang indah adalah seni, padahal seni tidak selalu harus identik dengan keindahan. Karena penilaian keindahan yang terdapat pada suatu karya seni sifatnya berubah, bisa menurut zaman maupun lingkungan.
Perlu di perhatikan bahwasanya manusia yang menciptakan karya seni dan menikmatinya sendiri. Manusia tidak melulu merupakan homo estheticus, melainkan sebagai makhluk sosial yang secara historis berakar dari suatu masyarakat dan zaman tertentu, itulah sebabnya dalam menciptakan barang-barang seni seorang seniman juga terpengaruh lingkungan dan zamannya, dimana mungkin pada generasi sebelumnya atau sedudahnya kurang diperhatikan sehingga terdapat perubahan penilaian sebuah karya seni, terlepas dari sifat keindahan yang abadi, sehingga karya seni yang keindahannya tidak abadi belum dapat dikatakan indah. (7)
Pada saat ini penciptaan seni juga tidak selalu didorong oleh hal-hal yag indah, melainkan banyak diantaranya yang merupakan bentuk ekspresi dari apa yang seniman alami yang sifatnya lebih riil dan dapat dirasakan oleh penikmat seni pda umumnya, karena realita yang ada lebih bermakna dan lebih mendesak ketimbang mengekspresikan apa yang dinikmati di tempat yang tenang dan tenteram. (8)

C. Karya Seni yang Tidak Indah

Jika kita mengamati perjalanan sejarah seni, maka kita akan melihat bahwa seni yang berkembang saat ini terlihat seperti tidak ada aturannya. Orang sering mengatakan bahwa zaman ini adalah zaman kontemporer, sehingga seni yang hidup di zaman kontemporer juga mengikuti gaya kontemporernya. Jika pada zaman sebelumnya seni dapat diukur dengan jelas berdasarkan kriterianya seperti keharmonisan, keteraturan, kesimetrisan, atau warna-warna yang rapi dan teratur, maka pada zaman kontemporer kita merasa kesulitan untuk mengatakan bahwa sebuah seni itu indah atau tidak.
Seni pada saat ini memang sulit dimengerti, karena daya tariknya tidak hanya mengacu pada keindahan dan atau keharmonisan, melainkan suatu yang menggemparkan. Seniman mencurahkan imajinasinya secara blak-blak an, seperti menunjukkan rasa frustasi, pemberontakan, atau perasaan lain yang dirasakannya, membiarkannya terekspose untuk menarik penikmat seninya.
Dalam karya seni yang baik tentu saja mengandung nilai keindahan, yang oleh Horace dan dikutip oleh Wellek dan Warren (1987) disebut dulce et utile, yang artinya berguna dan menyenangkan. Dengan kata lain sebuah karya seni yang baik haruslah berguna bagi yang menikmatinya dan mampu menghibur atau menyenangkan. Aspek kegunaan inilah yang kemudian diidentikkan dengan kebenaran, karena mampu menggugah perasaan dan pikiran manusia tentang hal kebaikan. Sebuah karya seni yang sebatas memberikan kesenangan namun tidak menggugah perasaan ke arah kebaikan, maka dapat dikatakan karya tersebut tidak memiliki nilai keindahan. (9)
Jika dipandang dari sudut indah atau tidaknya suatu karya seni, maka akan kembali pada dasar penilaiannya yaitu relatif atau berbeda tiap individu yang menilai. Jika keindahan dalam hal ini dikaitkan dengan kebaikan, maka indah tidaknya karya seni juga menyangkut proses dan tujuan pembuatan karya tersebut. Misalnya, tidak indah apabila suatu karya merupakan jiplakan, atau suatu karya dibuat dengan tujuan untuk menghujat pada sasaran yang tidak tepat, termasuk juga karya seni yang melangkahi norma atau aturan, seperti lukisan (graffity) bertema vullgar yang sering kita jumpai di tepi jalan kota-kota besar.

D. Sifat-Sifat Keindahan

Untuk mengatakan sesuatu itu indah atau tidak, berikut ini akan diungkapkan sifat keindahan.
1. Keindahan itu kebenaran      
Kebenaran artinya bukan tiruan. Oleh karena itu, tiruan lukissn Monalisa tidak indah karena dasarnya tidak benar.
2. Keindahan itu abadi      
Abadi artinya tidak pernah dilupakan, tidak hilang atau susut dari masa ke masa atau tidak terikat waktu.
3. Keindahan itu mempunyai daya tarik      
Daya tarik artinya memikat perhatian orang, menyenangkan, tidak membosankan. Sebuah tempat wisata, seperti candi Borobudur menyenangkan orang, juga mempunyai daya tarik, oleh karena itu dikatakan Borobudur indah.
4. Keindahan itu universal      
Universal artinya tidak terikat selera perseorangan, waktu, dan tempat. Mode tidak universal karena terikat pilihan seseorang dan dalam kurun waktu tertentu.
5. Keindahan itu wajar      
Wajar artinya tidak berlebihan juga tidak minim, atau apa adanya. Seperti foto, perempuan yang nampak cantik apa adanya jika difoto dengan tambahan aplikasi B612 akan tampak berbeda dari aslinya dan hasil fotonya terkesan berlebihan..
6. Keindahan itu kenikmatan      
Kenikmatan artinya kesenangan atau memberikan kepuasan. Pencipta karya seni akan puas bila karyanya dikatakan indah. Contoh sebuah novel yang diangkat menjadi film dan mendapat banyak penonton menyebabkan si pengarang merasa puas.
7. Keindahan itu kebiasaan      
Kebiasaan artinya dilakukan berulang-ulang. Sesuatu yang tidak indah dapat diubah menjadi indah karena kebiasaan. Contohnya yaiktu pemakaian pakaian adat saat pernikahan.

E. Keindahan Menurut Sudut Pandang Islam

Al - Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu benda terletak pada kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Contohnya adalah karangan yang indah adalah karangan yang susunannya harmonis, hubungan kalimatnya teratur, dan dapat membawa pembacanya meresapi makna dari karangan tersebut.-Seperti yang kita ketahui bahwa seni merupakan salah satu media penyebaran ajaran Islam. Seni dalam Islam lebih menonjolkan nilai suci atau sakral yang dapat dinikmati estetikanya. Hal tersebut menjelaskan bahwa seni dan estetika Islam sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan moralitas untuk menghaailkan karya yang indah, suci, dan dapat dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya.-Seni dalam islam merupakan sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek kehidupan. Contohnya puji-pujian. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda yang artinya"Allah itu indah dan menyukai keindahan" dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran islam juga terdapat kaitan dengan keindahan atau seni. Sebagai wujud keindahan tidak hanya dalam karya seni, namun juga dapat ditemukan dalam keindahan akhlak,

F. Pandangan Hubungan Keindahan terhadap Pencapaian Kemakmuran dan Sebaliknya

Ketika berbicara mengenai kemakmuran, hal pertama yang akan terlintas dalam pikiran kita adalah materi atau uang. Padahal kemakmuran tidak semata mengenai harta, seperti halnya ketentraman hati, kemakmuran waktu dan lain lain.
Manusia yang berpikir tentunya menginginkan keindahan dalam hidupnya, baik keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, maupun keindahan intelektual. Seiring berjalannya waktu, tingkat keindahan dapat berubah yang biasanya berbanding lurus dengan perubahan kemakmuran. Dapat dikatakan jika terjadi peningkatan keindahan akan menjadikan perubahan pula pada kemakmuran, namun dalam suatu perubahan kemskmuran tidak selalu berdampak baik bagi keindahan.
Seperti yang banyak kita jumpai di sekitar kita, adanya peningkatan keindahan akan berdampak pada kemakmuran, sebagai contoh, jika moralitas kaum muda yang awalnya tidak tertata, setelah keindahan moralnya diperbaiki akan berpengaruh pada kemakmuran seperti menurunnya angka  kejahatan. Dalam hal keindahan intelektual, jika seseorang tingkat intelektualitasnya meningkat, maka ia akan dapat memberikan pemikiran, gagasan, atau tindakan yang mungkin sedang di butuhkan dalam masyarakat.
Namun jika dibalik, peningkatan kemakmuran tidak selalu berbanding lurus dengan keindahan. Dalam kaitannya dengan kemamuran materiil, tidak semua orang yang berkecukupan ekonominya dapat mengarahkan apa yang ia miliki ke arah yang baik, tidak sedikit dari mereka yang berfoya-foya, hal ini menunjukka bahwa keindahan moral orang tersebut tidak sebanding dengan kemakmurannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keindahan pada dasarnya merupakan kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu. Kualitas yang paling sering disebut yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). Rumusan keindahan yang paling sederhana adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada diantara kesadaran persepsi yang memberikan kesenangan.
2. Kesalahan mengenai konsep seni dan keindahan seringkali ditimbulkan oleh kurang tepatnya penggunaan  kata seni dan keindahan. Anggapan yang berkembang yaitu bahwa seni itu indah dan yang indah adalah seni, padahal seni tidak selalu harus identik dengan keindahan. Karena penilaian keindahan yang terdapat pada suatu karya seni sifatnya berubah, bisa menurut zaman maupun lingkungan.
3. Dalam karya seni yang baik tentu saja mengandung nilai keindahan, yang oleh Horace dan dikutip oleh Wellek dan Warren (1987) disebut dulce et utile, yang artinya berguna dan menyenangkan. Dengan kata lain sebuah karya seni yang baik haruslah berguna bagi yang menikmatinya dan mampu menghibur atau menyenangkan. Aspek kegunaan inilah yang kemudian diidentikkan dengan kebenaran, karena mampu menggugah perasaan dan pikiran manusia tentang hal kebaikan. Sebuah karya seni yang sebatas memberikan kesenangan namun tidak menggugah perasaan ke arah kebaikan, maka dapat dikatakan karya tersebut tidak memiliki nilai keindahan.
4. Sifat sifat keindahan yaitu : Keindahan itu kebenaran, keindahan itu abadi, keindahan itu mempunyai daya tarik, keindahan itu universal, keindahan itu wajar, keindahan itu kenikmatan, dan keindahan itu kebiasaan
5. Al - Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu benda terletak pada kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Seni dalam Islam lebih menonjolkan nilai suci atau sakral yang dapat dinikmati estetikanya. Seni dan estetika Islam sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan moralitas untuk menghaailkan karya yang indah, suci, dan dapat dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya. Seni dalam islam merupakan sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek kehidupan.
6. Seiring berjalannya waktu, tingkat keindahan dapat berubah yang biasanya berbanding lurus dengan perubahan kemakmuran. Dapat dikatakan jika terjadi peningkatan keindahan akan menjadikan perubahan pula pada kemakmuran, namun dalam suatu perubahan kemskmuran tidak selalu berdampak baik bagi keindahan.

B. Saran

Manusia tidak pernah lepas dari keinginan untuk memberikan keindahan dalam berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya yang mendukung terciptanya keindahan harus dapat dikelola secara efektif. Agar keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual terwujud secara seimbang dan berjalan beriringan.-Seluruh komponen masyarakat dapat turut serta dalam proses peningkatan kemakmuran dan keindahan. Perubahan lingkungan dan zaman hendaknya tidak merubah total budaya sebagai perwujudan seni itu sendiri sehingga bangsa ini tetap memiliki kekhas an dan tidak akan kehilangan jati dirinya.


1. Mawardi dan Nurhidayati, IAD, ISD DAN IBD, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm 158
2. Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm 120
3. Ibid, hlm 121
4. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm 103
5. Ibid
6. Mawardi dan Nurhidayati, IAD, IBD DAN ISD, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm 144
7. Mawardi, hal 478.
8. Ibid, hlm 469.
9. Sujarwa, 314

Tidak ada komentar:

Posting Komentar