Jumat, 01 September 2017

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Makalah ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
M. Munir, M.Pd.I





Disusun Oleh :
Anis Ita’ul Mufida
Iva Miftahul Jannah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM
KREMPYANG TANJUNGANOM NGANJUK
JAWA TIMUR
2017

 KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Bapak Munir selaku dosen pembimbing “Sosiologi Pendidikan”
2.    Orang tua yang selalu mendukung study kami
3.    Teman-teman yang selalu membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan segenap kemampuan kami. Namun, kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari anda demi kesempurnaan makalah ini.

Alhamdulillahirobbilalamiin




Krempyang, 15 Februari 2017


Penyusun






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hubungan Antara Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial....................... 2
B.     Berkembangnya Struktur Hierarki dalam Masyarakat............................ 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................... 8
B.     Saran......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9







 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dimana anggota masyarakat berada di dalamnya.  Ahli sosial berpendapat bahwa dalam semua masyarkat memiliki ketidaksamaan di berbagai bidang. Misalnya, di bidang ekonomi, sebagian anggta masyarakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup yang terjamin, seedangkan sebagian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak sejahtera.
Peristiwa yang sedemikian itu akan memengaruhi pendidikan seorang anak dari masing-masing kelas sosial. Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan masalah mengenai stratifikasi sosial hingga terjadinya moblitas sosial.

B.     Rumusan Masalah
1.   Bagaimana Hubungan Antara Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial?
2.   Bagaimana Berkembangnya Strukur Hierarki dalam Masyarakat?

C.     Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Hubungan Antara Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial.
2.      Mengatahui Berkembangnya Strukur Hierarki dalam Masyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hubungan antara Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dimana anggota masyarakat berada di dalamnya.[1] Dalam kutipan buku Soerjono Soekanto dijelaskan bahwa stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan atau pengelompokkan suatu kelompok sosial (komunitas) secara bertingkat.[2]
Pada zaman kuno dahulu, filsuf Aristoteles (Yunani) di dalam Negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, melarat, dan di tengah-tengahnya. Ucapan demikian paling tidak membuktikan bahwa di zaman itu, dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai lapisan yang bertingkat-tingkat dari bawah ke atas.[3]
Lapisan sosial atau strata sosial rendah meliputi keluarga yang ekonominya rendah meliputi keluarga ekonomi lemah, yang berciri-ciri berpendidikan formal rendah, jangkauan hari esok terbatas, tahan penderitaan, dll. Strata sosial menengah bercirikan: penghasilan melebihi kebutuhan hidup, bisa menabung, terpelajar, pendidikan sebagai alat kemajuan, menggandrungi masa depan lebih baik, dll. Sedangkan strata sosial tinggi yakni keluarga lapisan atas, dengan ciri-ciri: kehidupan sangat baik, kaya raya, berwibawa, tidak khawatir kebutuhan ekonomi  di kemudian hari, dll.
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1.   Ukuran kekayaan
2.   Ukuran kekuasaan
3.   Ukuran kehormatan
4.   Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran tersebut tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran diatas amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.[4]
Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang tiak dapat dihindari dan terdapat di setiap masyarakat mana pun di dunia ini. Pandangan dan keperluan mengenai pendidikan, dororngan, cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan pendidikan, diwarnai stratifikasi sosial. Masyarakat yang menganut sistem terbuka memiliki kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Konsekuensinya terbuka pula untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Gejala naik dan turunnya tangga pelapisan sosial ini tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.[5]
Mengenai hubungan antara pendidikan dengan status sosial dan pelapisan sosial telah banyak penelitian dilakukan di berbagai masyarakat dan bangsa. Pertama-tama dikemukakan bahwa sikap dan perhatian akan pendidikan ada kaitan dengan pelapisan dan status sosial. Orang-orang dari lapisan bawah kurang perhatian akan pendidikan. Disamping tidak mampu membiayai, mereka tidak melihat akan pentingnya pendidikan. Orang-orang dari lapisan dan status sosial tertinggi juga kurang menaruh perhatian akan pendidikan karena mereka merasa telah berkecukupan secara ekonomis, telah memiliki kepuasan hidup yang tinggi serta tidak perlu khawatir dengan masa depan kehidupannya. Jadi mereka tidak melihat peran pendidikan dalam perbaikan status sosialnya. Sebaliknya orang-orang lapisan menengah. Mereka berpendapat bahwa pendidikan itu bisa menolong kehidupan mereka, mengangkat derajat, dan merupakan sarana mobilitas sosial.  Kedua, pendidikan lebih menguntungkan kelas menegah ke atas daripada kelas sosial rendah. Kemampuan ekonomi kelas menengah dan kelas atas cukup kuat untuk mendukung kepentingan pendidikan bagi anak-anaknya. Ketiga, keberhasilan pendidikan di sekolah tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan peserta didik dalam belajar, melainkan lebih sering tergantung kepada dukungan finansial dari orang tua.[6]

B.     Berkembangnya Struktur Hierarki dalam Masyarakat
Apabila kita berbicara tentang stratifikasi atau pelapisan sosial, pada dasarnya kita berbicara tentang penguasaan sumber sosial., yaitu segala sesuatru yang oleh masyarakat dipandang berharga tetapi terbatas dalam jumlah, sehingga untuk memperolehnya diperlukan usaha-usaha tertentu, seperti  harus bersaing atau berebut dengan orang lain. Dalam setiap masyarakat selalu ada orang-orang yang menguasai sumber sosial atau mudah memperlehnya, atau sebaliknya, yaitu yang sukar memperolehnya sehingga tidak memiliki atau hampir tidak memilikinya. Dengan perkataan lain, gambaran tentang pelapisan sosial adalah gambaran tentang ketidakpemerataan sosial (social inequality).[7]
Dilihat dari sumber terjadinya stratifikasi sosial, sejumlah ahli sosiologi mengatakan: (1) Max Weber: ada tiga factor yang sosial yang ketidakmerataan pemilikinya menyebabkan terjadi pelapisan sosial yaitu: kemakmuran (wealth), prestise atau status (prestige), dan kekuasaan (power);[8] (2) P.A. Sorikin: stratifikasi sosial bersumber dari distribusi dan pembagian yang tidak sama dalam hak, pembagian tugas, kewajiban atau tanggung jawab, nilai-nilai sosial, kekuatan sosial, dan pengaruh, diantara anggota masyarakat; (3) Selo Soemarjan: sumber stratifikasi sosial adalah sesuatu yang dihargai tinggi atau rendah oleh masyarakat, dalam hal uang, benda-benda ekonomis, ilmu, dsb; (4) Robbin William jr: sistem stratifikasi sosial berpangkal pada sistem penjenjangan dalam masyarakat.[9]
Dalam mempelajari struktur sosial, para ahli sosiologi memilih untuk menjelaskan satu atau dimensi lainnya dengan melakukan studi stratifikasi sosial (social stratification). W. Lloyd Warner, Meeker, dan Eells (1960) meneliti tentang dinamika komunitas organisasi, yakni mereka memfokuskan pada prestise dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang mengatur kehidupan sosial pada suatu komunitas. Prosedur lazim adalah ilmuwan sosial untuk bergerak ke dalam suatu komunitas dan hidup di sana pada suatu waktu, berbicara dengan orang lain dan mengamati kehidupan sosial. Peneliti memperoleh kelompok-kelompok sosial dan bertanya tentang struktur sosial dari suatu komunitas. Ilmuwan sosial mempelajari tentang siapa berhubungan dengan siapa, siapa yang dipertimbangkan sebagai posisi teratas, siapa yang di bawah, dan mengapa. Secara perlahan peneliti menunjukkan suatu gambaran dari suatu komunitas sebagaimana dipandang atau dipersepsikan oleh anggotanya. Sungguh jarang seorang warga melihat seluruh struktur secara jelas, tetapi ilmuwan sosial mengombinasikan pandangan-pandangan dari bnayak orang ke dalam suatu gambaran komposisi tunggal yang mempresentasikan consensus. Gambaran ini menunujukkan kelompok-kelompok yang mengatur dalam suatu jaringan, sebagaimana halnya pada suatu gejala sosial, dari yang tertinggi ke yang terendah dalam bentuk-bentuk dari status yang di setujui mereka oleh warga mereka. Setelah garis-garis umum dari struktur sosial telah diperoleh dan posisi-posisi dari orang tertentu telah disetujui sangat mungkin untuk menempatkan orang lain dalam hubungannya dengan orang asli (original people). Akhirnya mayoritas, dari populasi dapat di lokasikan pada pemetaan sosial dalam cara ini.[10]
Pembicaraan tentang pelapisan sosial diakhiri dengan mobilitas sosial. Mobiltas sosial berarti perubahan atau peralihan dari status sosial yang satu ke status sosial lain. Ada dua macam mobilitas sosial, yaitu mobilitas sosial horizontal dan vertical. Pada mobilitas horizontal, perubahan terjadi dari suatu status sosial tertentu ke status sosial lain yang terdapat pada lapisan sosial yang sama sehingga tidak mengubah derajat orang yang bersangkutan. Mobilitas vertical merupakan perubahan berbentuk kenaiakan atau penurunan derjat orang yang bersangkutan melewati batas lapisan sosial.
Kesempatan mobilitas naik diberikan kepada orang yang memiliki keunggulan kualitatif secara komparatif, baik di bidang wawasan, pengetahuan, ketrampilan, disiplin, dll. Kesempatan seperti ini terdapat secara luas pada masyarakat modern yang memiliki lapisan sosial terbuka. Oleh karena sistem pelapisan sosial merupakan piramida, maka persaingan untuk memperoleh posisi yang lebih baik berlangsung ketat. Dalam situasi demikian, peran pendidikan mmenjadi sangat penting karena seperti telah dikemukakan, pendidikan merupakan variable utama dalam pembentukan pribadi. Barang siapa berhasil dalam pendidikan dialah yang memiliki potensi yang paling kuat untuk naik dalam tangga sosial. Pendidikan merupakan sarana yang diperlukan dalam suatu mobilitas sosial vertikal ke atas. Pada masyarakat yang cukup maju, selalu tampak adanya hubungan antara tingkat pendidikan di satu pihak dengan tingkat upah dan jabatan di pihak lain.[11]
Gerak horizontal seperti pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan penduduk (urbanisasi, transmigrasi, dsn), tidak akan dibicarakan secara panjang lebar. Bukan karena gejala tersebut tidak penting, tetapi karena gerak sosial vertikal lebih penting untuk dijadikan landasan bagi pembangunan. Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut.[12]
1.      Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup, dimana sama sekali tidak ada gerak sosial yang vertikal.
2.      Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan sebeas-bebasnya.
3.      Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada.
4.      Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh factor-faktor ekonomi, politik, serta pekerjaan berbeda.
5.      Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang disebabkan factor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecenderungan yang continue perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial dapat berkembang seiring dengan pentingnya pendidikan. Dengan pendidikan dapat menjadikan mobilitas sosial dalam masyarakat itu sendiri. Yang dapat merubah kehidupan suatu masyarakat menjadi yang lebih baik.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hubungan antara pendidikan dengan status sosial dan pelapisan sosial telah banyak penelitian dilakukan di berbagai masyarakat dan bangsa. Pertama-tama dikemukakan bahwa sikap dan perhatian akan pendidikan ada kaitan dengan pelapisan dan status sosial. Kedua, pendidikan lebih menguntungkan kelas menengah ke atas daripada kelas sosial rendah. Kemampuan ekonomi kelas menengah dan kelas atas cukup kuat untuk mendukung kepentingan pendidikan bagi anak-anaknya. Ketiga, keberhasilan pendidikan di sekolah tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan peserta didik dalam belajar, melainkan lebih sering tergantung kepada dukungan finansial dari orang tua.
stratifikasi sosial dapat berkembang seiring dengan pentingnya pendidikan. Dengan pendidikan dapat menjadikan mobilitas sosial dalam masyarakat itu sendiri. Yang dapat merubah kehidupan suatu masyarakat menjadi yang lebih baik.

B.     Saran
Dengan adanya stratifikasi sosial diharapkan menjadi peningkatan mutu pendidikan dan pada akhirnya berujung keberhasilan. Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik- baiknya. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Maka, penulis sangat mengharapkan saran terutama dari dosen kami dan juga para pembaca untuk membantu demi membangun kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono, 2010, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Idi, Abdullah, 2011, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: RajaGranfindo Persada.
Khoiriyah, 2012, Sosiologi Pendidikan Islam,  Yogyakarta: Teras.
Adiwirakarta, Sudardja, 2016, Sosiologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.


      [1] khoiriyah, Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2012), 40.
      [2] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), 178.
      [3] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 197-198.
      [4] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 208.
      [5] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, 180.
      [6] Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan, 107-108.
      [7] Ibid,…103.
      [8] Ibid,…104.
      [9] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan,…184.
      [10] Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, 186.
      [11] Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan, 109-110.
      [12] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 222.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar